Sabtu, 24 September 2022

Hanoman Obhong : Percakapan Sita dan Trijata

"Sayangnya, banyak peluang yang terlewatkan, tindakan kekerasan, dan penyimpangan penilaian, terjadi oleh persepsi yang tak akurat," tutur sang Purnama. "Persepsi itu, kemampuan melihat, mendengar, atau menyadari sesuatu melalui indera. Banyak orang kehilangan kesempatan berkomunikasi dengan orang lain, lantaran mereka sangat bergantung pada kesan awal. Kita mengumpulkan kesimpulan tentang orang lain, dari informasi yang kita terima dari mereka. Jika kita punya kesan yang negatif, kemungkinan besar, kita akan memandang orang tersebut, dengan cara yang negatif pula.

Masih bertengger di pohon sonokelingnya, Hanoman mengamati gerak-gerik tubuh Trijata, agar bisa lebih memahaminya. Bahasa tubuh dan persepsi itu, dua komponen yang sama dengan kesimpulan. Cara seseorang memposisikan diri, memegang lengan, atau bahkan menggerakkan mata, bisa diambil dengan cara tertentu. Meskipun memahami bahasa tubuh itu, bagian alami dari perkembangan sosial, persepsi selalu dapat diubah. Kita punya kemampuan besar dapat mengakui sesuatu tanpa langusng mengambil kesimpulan. Benar-benar mungkinkah hal ini, bila menafsirkan bahasa tubuh?
Tentu! Salah satu kunci utama membangun pemahaman itu, melepaskan sugesti yang terbentuk sebelumnya. Misalnya, seorang nona selalu berdiri dengan tangan disilangkan, mata menunduk, dan mulut terlipat ke bawah. Setelah melihatnya, engkau dapat menyimpulkan bahwa ia pemalu, kaku, dan tak ramah. Hal ini, boleh jadi menghalangimu berbincang dengannya. Kenyataannya, sang nona, jauh dari sifat sombong. Sebaliknya, ia menderita kecemasan sosial dan tak nyaman dalam keramaian. Ia merasa takut melakukan percakapan bila merasa dirinya tak aman. Ia sangat ingin berkawan, namun tak hendak melakukannya terlebuh dahulu. Keterputusan hubungan ini, menciptakan angin puyuh suudzon, yang mencegah hubungan tulus sesama manusia. Lantaran satu pihak mempersepsikan sang nona sombong, keduanya menghindari mencetuskan percakapan tanpa benar-benar mengenal kepribadiannya. Hal ini sering terjadi dan merupakan akibat kesalahpahaman.
Agar dapat menganalisis orang lain dengan benar, penting mencari pemahaman dengan gerakan tubuhmu sendiri. Dalam lingkungan sosial, cara kita memposisikan tubuh kita, dapat menjadikan perbedaan antara berteman dan menolaknya. Lantaran kita tak dapat melihat gerakan tubuh kita sebaik orang lain, penting menyelaraskan perasaan dan persepsi kita. Sering kali, kita bahkan mungkin tak menyadari sinyal diam yang kita berikan. Tentulah, kita punya kemampuan mengungkapkan emosi kita, namun kita semua tahu, bahwa kebenaran jarang terucapkan.
Sains telah membuktikan bahwa, kita memancarkan energi yang dapat dideteksi, dan bahkan menular. Saat energi batinmu merasa lelah atau bosan, penampilan luarmu akan memberikan bukti energi itu, terlepas dari betapa 'bersemangatnya' engkau. Teknologi telah memberi kita kesempatan besar menampilkan penolakan dengan pandangan sekilas di telepon. Misalnya, ketika seorang teman menceritakan sebuah kisah yang 100 persen tak engkau minati, kemungkinan engkau akan menggenggam ponsel dan mulai bertele-tele. Kata-katamu kadang terucap, 'Iya, iya,', tapi tindak-tandukmu, berbicara banyak. Engkau merasa bahwa engkau mendengarkan, padahal sebenarnya, engkau bersikap tak menghargai terhadap lawan bicaramu. Tanda ini, sering dianggap tak sopan dan dapat memunculkan kerenggangan persahabatan.
Tanda umum lainnya, menyilangkan lengan. Dalam kehidupan sosial, sikap ini dapat diterjemahkan sebagai, 'Aku tak ingin berada di sini.' Padahal kenyataannya, engkau boleh jadi, merasa kedinginan. Oleh karena hal seperti inilah yang engkau pamerkan, orang lain secara alami akan memandangmu sebagai orang yang tak dapat didekati. Seringkah dirimu bersikap seperti ini? Menyilangkan lengan itu, bentuk lain dari perlindungan. Hal ini hampir diibaratkan sebagai mekanisme kenyamanan yang kita lakukan di saat berada dalam situasi yang tak nyaman.
Contoh lain terjadi selama komunikasi satu lawan satu. Tidakkah engkau memperhatikan matamu kelayapan selama percakapan? Atau bahkan tanganmu diletakkan di dagumu, saat seseorang sedang berbicara? Itu menandakan ketidaktertarikan dan bisa jadi, sangat tak sopan kepada orang yang berbicara. Pada gilirannya, lawan bicaramu marah padamu, tanpa engkau sadari.
Inilah indikator yang jelas tentang bagaimana bahasa tubuh kita, sangat berpengaruh pada cara orang memandang kita. Pentingnya menyadari bagaimana posisi tubuhmu saat berbicara dengan orang lain itu, tanda rasa hormat yang tersembunyi. Salah satu cara fantastis menyadari gerakan tubuhmu, dengan mengingat tiga W: Who, What, dan When. Mari kita cermati satu per satu.

Who. Saat berbicara dengan orang lain, penting mengingat dengan siapa engkau berurusan. Teman dekatkah atau lawan jeniskah? Manajermukah atau bahkan orang yang lebih tua? Dalam banyak kasus, caramu memposisikan tubuhmu, bermakna segalanya. Ambil contoh, berbicara dengan manajermu. Adakah engkau mengetahui dirimu secara alami, menyilangkan lenganmu saat sang manajer mendekatimu? Hal ini menjadi caramu melindungi diri dari otoritas mereka, atau, engkau sebenarnya mungkin tak menyukai manajermu. Namun, engkau ingin mempertahankan pekerjaanmu dan malahan tampak tertarik dengan apa yangdia ucapkan. Contoh inilah, tatkala akting dan kesadaran memainkan peran utama.
Saat engkau melihat manajermu mendekat, perut-mulas mungkin terjadi. Engkau bahkan mungkin merasakan telapak-tanganmu dingin dan berkeringat. Daripada membiarkan perasaan itu menguasaimu, cukup akui saja, dan biarkan saja. Jangan berusaha memanipulasi perasaanmu, sebab akan menyebabkan kecemasan lebih lanjut. Sebaliknya, akui saja, dan letakkan tanganmu di samping dengan telapak tangan terbuka. Cobalah yang bernapas dengan baik dan tetap nyaman. Posisikan punggungmu tegak dengan bahu sejajar. Ciptakan sikap terbuka yang membuka pintu bagi percakapan.
What. Saat terlibat dalam percakapan, cobalah merasakan apa yang dilakukan tubuhmu. Mengepalkahkah tanganmu? Menegangkah wajahmu engkau rasakan seolah-olah engkau tak senang? Saat engkau menyadari apa yang dilakukan tubuhmu saat terlibat dalam percakapan, engkau akan dapat mengendalikan otot-otot tersebut. Satu pertanyaan penting yang dapat engkau tanyakan pada diri sendiri iaalah, 'Apa yang dikatakan tubuhku kepada orang lain saat ini?' Dengan melakukannya, engkau dapat segera mengubah cara orang lain memandangmu.
Where. Sangat penting menyadari dimana engkau berada saat berbicara dengan orang lain. Seringkali, suasana tertentu, mungkin memerlukan perilaku tertentu. Misalnya, selama kencan buta, akan sangat tak sopan jika Anda mengerutkan dahi dan alis oleh muak dengan penampilan teman kencanmu. Tentu, mungkin itu bukan yang engkau harapkan, namun janganlah pernah pernah ingin menampakkan emosi batinmu. Pada kesempatan lain, engkau takkan berjalan, saat berada di pemakaman, dengan senyum lebar dan tangan terbuka. Bahkan jika engkau hampir tak mengenal sang mendiang, sikap itu mungkin tampak tak berperasaan bagi keluarga yang berduka. Menghubungkan antara apa yang dilakukan tubuhmu dan mengingat dimana engkau berada, sangat penting bagi reputasimu.
Kesadaran tubuh [Body Awareness: perasaan bahwa kita memiliki tubuh kita sendiri] itu, kunci menavigasi duniamu. Ia merupakan pemahaman tentang bagian-bagian yang membentuk tubuh seseorang, di mana ia berada, bagaimana perasaannya, dan bahkan apa yang dapat ia lakukan. Kegiatan tertentu seperti yoga dan senam pilates, membantu menghubungkan jembatan antara tubuh dan pikiran. Saat melakukan latihan ini, engkau secara mental menyadari posisi tubuhmu. Engkau punya kendali penuh atas keseimbanganmu, yang memperkuat otot mental dan fisikmu. Turut-serta dalam kegiatan ini, secara teratur dapat membantu memahami gerakan tubuhmu. Hal ini akan berguna ketika mengevaluasi apa yang dilakukan tubuhmu dalam lingkungan sosial.
Untuk mengasah latihan propriocepsimu sendiri di rumah, mulailah dengan menyeimbangkan dengan satu kaki. Apa yang lenganmu lakukan? Jari-jarimu? Adakah rasa kesemutan di kakimu yang lain? Larutlah dengan bagaimana tubuhmu bekerjasama agar membuatmu tetap seimbang. Dengan mengulangi latihan sederhana ini setiap hari, engkau akan mulai memperhatikan gerakan bahkan bagian terkecil dari tubuhmu.
Untuk memahami sepenuhnya bahasa tubuh orang lain, engkau hendaknya terhubung dengan gerakan dirimu. Bahasa tubuh lebih dari sekedar gerakan membaca. Ia menghubungkan makna yang lebih dalam terhadap postur tubuh yang dapat berbicara banyak ke dalam emosi seseorang.

Mematahkan kesan yang telah terbentuk sebelumnya tentang perilaku tertentu, berhubungan dengan melenyapkan proses berpikir satu-arah. Sebagai perlawanan terhadap semata memberi satu makna pada gerakan tubuh tertentu, buka pikiranmu terhadap kemungkinan latarbelakang lain di balik perilaku. Faktor lingkungan, boleh jadi dapat mengubah makna bahasa tubuh tradisional. Lengan yang disilangkan, biasanya diterjemahkan menjadi perasaan kesadaran diri atau ketidaksetujuan. Namun, di ruangan yang sangat dingin, samakh maknanya? Saat berbicara dengan seorang teman di hari yang cerah, bila pandangannya mengarah ke samping, dapatkah bermakna ia berbohong? Atau bisakah matahari bersinar sangat cerah? Faktor situasional, penting pula agar dapat menarik kesimpulan yang pasti. Memutus kontak-mata, bukan berarti secara otomatis, kawanmu tak tertarik dengan percakapanmu. Mungkin mereka lelah atau dibanjiri masalah pribadi saat ini. Sangat penting bersikap fleksibel dengan caramu memandang perilaku. Dengan memahami bahwa selalu ada latarbelakang di balik segala sesuatu, engkau akan belajar memberi orang lain manfaat dari keraguan.
Pepatah tradisional, 'Engkau tak bisa menilai buku dari sampulnya,' sangat penting guna menjalin hubungan sosial. Wanita dengan alis mengernyit, mulut mencibir, dan punya lipatan mata [hooded eyes], dapat meninggalkan kesan bahwa ia selalu marah. Namun, setelah mengenalnya, engkau menyadari bahwa ia sangat ramah. Mungkin, itulah struktur alami wajahnya. Hal yang sama berlaku pula bagi lelaki yang melakukan kontak mata yang dalam, mencondongkan tubuh ke arah subjeknya, dan menyentuh tangan saat ia berbicara. Petunjuk-petunjuk ini, mungkin menunjukkan bahwa ia secara romantis tertarik pada siapapun yang ia ajak bicara. Pada kenyataannya, barangkali, begitulah caranya menunjukkan minat dalam percakapan. Hampir bisa disamakan dengan rasa-hormat.
Perbedaan budaya dapat mempengaruhi bagaimana kita memandang perilaku tertentu. Misalnya, di Amerika Serikat, kita biasanya menganggukkan kepala yang menandakan, "Ya." Namun, dalam budaya Yunani, anggukan kepala bermakna 'Tidak.' Di Portugal, orang mungkin menarik telinga mereka ketika sesuatu terasa lezat. Lucu, namun benar, orang Italia menafsirkannya sebagai langkah sugestif dengan nada seksual. Orang Eropa berciuman secara terbuka di depan umum, sedangkan negara-negara tradisional Asia, memandangnya sebagai hal yang tak pantas di depan umum. Lelaki yang disebutkan sebelumnya, yang tingkah lakunya mungkin sugestif, boleh jadi tumbuh di sekitar kaum wanita. Ibunya, tak diragukan lagi, mengajarinya cara memperlihatkan respek dan minat kepada orang-orang yang ia ajak bicara. Meskipun gerakannya terlihat genit, ia semata bertindak berdasarkan dorongan alami. Saat menganalisis orang lain, penting diingat bahwa setiap orang berasal dari keluarga berbeda yang menerapkan ekspektasi perilaku yang berbeda. Ada keluarga yang mungkin berkomunikasi dengan sentuhan dan pelukan hangat, sementara yang lain, menjaga jarak dengan hormat. Sebelum tersinggung, pertimbangkan bagaimana mereka dibesarkan dalam hubungannya dengan kepribadian mereka. Mungkin mereka benar-benar menyukaimu, tapi mereka menunjukkannya, dengan cara unik mereka sendiri.
Cara lain melenyapkan persepsi negatif awal, dengan mengenal orang tersebut. Tentu, seseorang mungkin terlihat kasar, pemalu, menyendiri, atau bahkan marah. Namun, kurang pantaskah mereka berhubungan sosial denganmu? Adakah mereka melakukan sesuatu yang konkret, yang mencegahmu bergaul dengan mereka? Inisiasi awal memecahkan batu-es, mungkin menantang, tapi hasilnya sepadan.
Ada sejumlah besar pemecah-es yang dapat digunakan mendekati seseorang yang mungkin tampak tak bisa didekati. Dengan melakukannya, kita akan belajar bahwa, meskipun persepsilah kuncinya, pemahamanlah yang membentuk keterhubungan. Kita bisa melewatkan persahabatan yang penuh tujuan karena kesalahpahaman. Dengan meluangkan waktu tambahan memahami orang lain, maka kita akan memaklumi bahasa tubuh mereka. Kita akan mempelajari apa yang menyelubungi batin mereka. Inilah yang akan membantu kita, mengembangkan pikiran terbuka, saat membangun keterhubungan.

Trijata mendekati Sita dan berkata, 'Sita, dengarkan apa yang kumimpikan.' Meskipun ia tak ingin mendengarnya, tetapi Sita berdiri seraya menyeka air matanya, masih gemetar oleh pelarian-dirinya.
Matanya yang garang penuh impian, Trijata berkata, ‘Aku melihat Rama biru berbalut sutra putih yang mengalir. Ia mengenakan karangan bunga teratai putih, yang bukan berasal dari dunia ini. Duhai, ia sangat tampan di masa lalu. Ia duduk di kereta cakrawala, wilmana [sejenis wahana yang dapat terbang di angkasa] gading yang ditarik oleh angsa putih. Sita juga mengenakan pakaian putih kerajaan, dan ia duduk di sampingnya.
Lalu, aku melihat Rama mengendarai gajah bergading empat, putra Airawata. Sama mulianya dengan sang kakak, Laksmana berkuda di sampingnya melewati kedalaman belantara. Seseorang menunggu mereka di rawa yang tersembunyi di pusat belantara itu. Aku melihat wajah yang menunggu; Sita, kemudian Rama dan Laksmana datang kepadanya dengan gembira. Rama menempatkan Sita di atas gajahnya dan mereka terbang mengarungi angkasa, sebab anak-anak Airawata pergi ke arah sana.'
Rakshasi lainnya, yang mudah terpengaruh dan percaya takhayul oleh segala keganasan mereka, mendengarkan Trijata dengan penuh perhatian, mulut tebal mereka ternganga.
Sang rakshasi tua melanjutkan, 'Dalam mimpiku, mereka terbang ke gerbang Alengka. Aku melihat Rama dalam kereta emas yang ditarik oleh delapan ekor lembu jantan yang perkasa. Saat aku melihatnya, ia membuka mulutnya dan menelan bumi. Aku sangat ketakutan. Lalu ada lautan susu dimana-mana, dan gunung putih muncul darinya, sangat anggun. Rama menempatkan gajahnya di atas gunung itu, dan Laksmana serta Sita, berkuda bersamanya.
Aku melihat Rama, berkilau, tubuhnya terbuat dari cahaya, di istana yang megah. Ia duduk menghadap ke Timur di atas takhta emas. Ia dimahkotai oleh resi abadi, dan kumpulan dewa dan muni berkumpul menghadiri penobatannya. Sita duduk di samping Rama. Aktu tak tahu bahwa singgasana itu, salah satu bagian dari bumi ini, yang aku tahu, tiada satupun singgasana di Triloka, yang lebih tinggi daripada yang diduduki Rama.’
Memelankan suaranya menjadi bisikan, Trijata berkata kepada para rakshasi, 'Dengarkan aku; jangan berpikir menyakiti sehelaipun rambutnya. Ada alunan irama yang tak wajar dimana-mana, seperti yang belum pernah kudengar sebelumnya.
Aku melihat Rama, Sita dan Laksmana lagi, di puspaka wilmana, terbang ke Utara menembus angkasa.’
Trijata berhenti. ia melirik ke kiri dan ke kanan, memastikan tiada penjaga yang memasuki asokawana, tiada mata-mata Rahwana. Mengumpulkan para rakshasi lebih dekat, melingkarkan lengannya yang panjang di bahu mereka, ia berkata dengan bisikan sangat pelan, 'Aku melihat Rahwana berpakaian merah, bunga karavira di lehernya dan tubuhnya mengkilap dengan minyak. Aku melihatnya berteriak di langit jatuh dari wilmananya. Di bumi, ia mengenakan pakaian hitam dan ia diseret oleh seorang wanita berkulit gelap. Aku melihatnya duduk di kereta yang ditarik oleh keledai, dan ia pergi ke Selatan, ke Selatan. Ia meminum minyak dari botol di tangannya dan tertawa terbahak-bahak, seolah-olah ia telah kehilangan akal-sehatnya.
Aku melihat adik Rahwana, Kumbakarna, tenggelam di bawah ombak. Aku melihat semua putra raja kita, dibunuh.’
Trijata berpikir sejenak. Ia melanjutkan, 'Aku melihat adik Rahwana yang lain, Wibisana yang lembut, dan ia bercahaya laksana matahari di siang hari. Ia duduk dengan payung kerajaan terbentang di atasnya; ia mengenakan sutra putih kerajaan dan mahkota di atas kepalanya. Wibisana tiba dengan kepala tertunduk pada Rama di atas gajahnya.
Dengan apa yang kuketahui tentang mimpi, dan ia tak pernah berbohong, Rama bakalan datang ke Alengka, membunuh Rahwana dan membawa Sita kembali bersamanya. Tentara besar Alengka, akan luluh-lantak.
Akhirnya, tepat sebelum aku terbangun, aku melihat seekor kera, satu dari suku Wanara. Ia membakar Alengka kita dan menghanguskannya jadi debu.’

Masih dengan mulut ternganga, para rakshasi lain mendengarkannya. Para rakshasi yang telah siap membunuh Sita itu, ketakutan dengan apa yang dikatakan Trijata. Sebagian besar berjalan kembali ke kuil kecil, dan ada yang tertidur di bawah pilar-pilar bundarnya. Melihat mereka semua, Trijata melantunkan,

Wouldn't it be good to be in your shoes
Even if it was for just one day?
Wouldn't it be good if we could wish ourselves away?

Wouldn't it be good to be on your side?
The grass is always greener over there
Wouldn't it be good if we could live without a care? *)

Di pohon sononya, Hanoman berpikir, 'Bisakah omongan Trijata dipercaya? Sekalipun Trijata tercitra sebagai cahaya positif, namun beberapa versi mengabaikannya atau menganggapnya sebagai agen Rahwana. Jadi, semua akan terbukti seiring berjalannya waktu. Wallahu a'lam.'"
Kutipan dan Rujukan:
- Ramesh Menon, The Ramayana: A modern Translation, HarperCollins
- Bibeck Debroy, The Valmiki Ramayana, Penguin Books
- Brandon Cooper, Body Language Mastery, International Kindle Paperwhite
*) "Wouldn’t It Be Good" karya Nicholas Kershaw