Rabu, 10 Mei 2023

Asal Jangan Cuman untuk sang Tuan Polan

"Seorang lelaki masuk ke Kantor Pemilu dan berkata kepada jeng resepsionis, 'Jeng, saya pingin ngajuin nama saya buat pemilu yang akan datang, sebagai calon Independen.'
Jeng resepsionis menjawab, 'Saghet bapak, monggo, isi formulir ini duluh.''
Selagi mengisi formulir, sampailah ia pada pertanyaan, 'Sudahkah Anda divaksinasi lengkap?' Maka iapun bertanya kepada jeng resepsionis, 'Jeng, opo kuwi perlu?'
Si jeng menjawab, 'Nuwun sewu bapak, kalau bapak udah divaksinasi penuh, bapak enggak berhak mencalonkan diri.'
Sang lelaki bertanya, 'Apa bedanya dengan yang belum di vaksin?'
Si jeng menjawab, 'Mudah bapak. Supaya jadi politisi, bapak mestinya, punya gejala!"

Rembulan melanjutkan, "Pembangunan bisa dilihat sebagai, kata Amartya Kumar Sen, sebuah proses perluasan kemerdekaan yang nyata, yang dinikmati masyarakat. Berfokus pada kemerdekaan manusia, ungkap Amartya Sen, bertentangan dengan pandangan pembangunan yang lebih sempit, semisal mengidentifikasi pembangunan dengan pertumbuhan Gross National Product (GNP), atau dengan peningkatan pendapatan pribadi, atau dengan industrialisasi, atau dengan kemajuan teknologi, atau dengan modernisasi sosial. Pertumbuhan GNP atau pendapatan individu, tentu saja, dapat menjadi sangat penting sebagai sarana memperluas kemerdekaan yang dinikmati oleh anggota masyarakat. Akan tetapi, kemerdekaan bergantung pula pada determinan lain, seperti pengaturan sosial dan ekonomi (misalnya, fasilitas pendidikan dan perawatan kesehatan) serta hak politik dan sipil (misalnya, kemerdekaan untuk berpartisipasi dalam diskusi dan pengawasan publik). Demikian pula, industrialisasi, atau kemajuan teknologi, atau modernisasi sosial, secara substansial dapat berkontribusi memperluas kemerdekaan manusia, namun pula, kemerdekaan bergantung pada pengaruh lain. Bila kemerdekaan bermakna kemajuan pembangunan, maka ada argumen utama agar berkonsentrasi pada tujuan yang menyeluruh, ketimbang pada beberapa cara tertentu, atau daftar instrumen yang dipilih secara khusus. Memandang pembangunan dalam kerangka memperluas kemerdekaan substantif, mengarahkan perhatian pada tujuan akhir yang membuat pembangunan menjadi penting, tak semata pada beberapa sarana yang, inter alia, memainkan peran penting dalam proses tersebut.

Kemiskinan merupakan tragedi besar, yang menghancurkan kehidupan banyak orang di seluruh dunia. Sebagaimana yang diperdebatkan George Bernard Shaw lebih dari 100 tahun yang lalu bahwa, 'Kedurjanaan terbesar dan kejahatan terburuk itu, kemiskinan'. Tragedi kemiskinan yang luar biasa, sudah cukup jelas: kehidupan teraduk-aduk, kebahagiaan dimatikan, kreativitas dihancurkan, kemerdekaan terhapus oleh malangnya kemiskinan.
Pandangan klasik bahwa kemiskinan hanyalah kekurangan pendapatan, boleh jadi, telah tertanam dalam benak kita, namun pada akhirnya, kita semestinya memandang kemiskinan sebagai berbagai jenis ketidakmerdekaan: tak memadainya kemerdekaan untuk mencapai kondisi kehidupan yang memuaskan bahkan minimal. Pendapatan yang rendah tentu dapat berkontribusi terhadap hal tersebut, namun ada pula sejumlah pengaruh lain, seperti kurang memadainya sekolah-sekolah, tiadanya fasilitas kesehatan, tak tersedianya obat-obatan, ketidakberdayaan kaum perempuan, fitur lingkungan yang berbahaya, dan kurangnya lowongan pekerjaan (sesuatu yang mempengaruhi lebih dari penghasilan). Kemiskinan dapat dikurangi melalui perluasan fasilitas-fasilitas tersebut, namun untuk menjamin hal itu, yang diperlukan ialah peningkatan kekuatan rakyat, terutama rakyat yang menderita, guna memastikan bahwa fasilitas-fasilitasnya diperluas dan defisiensinya dihilangkan.
Sangat banyak orang di seluruh dunia menderita berbagai jenis ketidakmerdekaan. Kelaparan terus terjadi di daerah tertentu, menyangkal kemerdekaan dasar jutaan orang agar bertahan hidup. Bahkan di negara-negara yang tak lagi dilanda kelaparan secara sporadis, kekurangan gizi dapat mempengaruhi sejumlah besar manusia yang rentan. Pula, banyak sekali orang yang memiliki sedikit akses pada perawatan kesehatan, pengaturan sanitasi atau air bersih, dan menghabiskan hidup mereka melawan penyakit yang tak perlu, sering kali meninggal karena kematian dini. Negara-negara kaya seringkali memiliki orang-orang yang sangat tidak beruntung, yang tak punya kesempatan dasar untuk mendapatkan perawatan kesehatan, atau pendidikan fungsional, atau pekerjaan yang menguntungkan, atau jaminan ekonomi dan sosial. Bahkan di negara-negara yang sangat kaya, kadang-kadang umur panjang kelompok-kelompok besar tidak lebih tinggi daripada di negara-negara yang jauh lebih miskin, yang dulunya disebut Dunia Ketiga.

Lalu kita berargumen, bahwa kita menginginkan lebih banyak kekayaan. Jika kita beralasan menginginkan lebih banyak kekayaan, kita hendaknya bertanya: Apa tepatnya alasan-alasan ini, bagaimana cara kerjanya, apa yang bergantung padanya dan hal-hal apa yang dapat kita 'lakukan' dengan lebih banyak kekayaan? Nyatanya; kita umumnya punya alasan yang sangat baik guna menginginkan lebih banyak pendapatan atau kekayaan. Bukan karena pendapatan dan kekayaan diinginkan untuk kepentingannya sendiri, tapi karena, biasanya, itulah sarana tujuan umum yang mengagumkan agar punya lebih banyak kemerdekaan, guna menjalani jenis kehidupan yang punya alasan agar kita hargai.
Kegunaan kekayaan terletak pada hal-hal yang memungkinkan kita melakukan kemerdekaan substantif yang mendorong kita mencapainya. Tetapi hubungan ini tak eksklusif (karena ada pengaruh signifikan pada kehidupan kita selain kekayaan) atau seragam (karena dampak kekayaan pada kehidupan kita bervariasi dengan pengaruh lainnya). Mengenali peran krusial kekayaan dalam menentukan kondisi kehidupan dan kualitas hidup, sama pentingnya dengan memahami sifat berkualitas dan keberlanjutan dari hubungan ini. Konsep pembangunan yang memadai seyogyanya melampaui akumulasi kekayaan dan pertumbuhan produk nasional bruto dan variabel terkait pendapatan lainnya. Tanpa mengabaikan pentingnya pertumbuhan ekonomi, kita harus melihat lebih jauh dari itu.

Pembangunan membutuhkan penghapusan sumber utama ketidakmerdekaan: kemiskinan serta tirani, peluang ekonomi yang buruk serta deprivasi sosial yang sistematis, pengabaian fasilitas publik, serta intoleransi atau aktivitas negara yang represif. Terlepas dari peningkatan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam kemakmuran secara keseluruhan, dunia kontemporer menolak kebebasan dasar bagi banyak orang—bahkan mungkin sebagian besar orang. Acapkali, kurangnya kemerdekaan substantif berhubungan langsung dengan kemiskinan ekonomi, yang merampas kemerdekaan seseorang guna memuaskan rasa lapar, atau mendapatkan nutrisi yang cukup, atau memperoleh pengobatan bagi penyakit yang dapat diobati, atau kesempatan berpakaian atau berlindung secara memadai, atau menikmati fasilitas air bersih atau sanitasi. Dalam masalah lain, ketidakmerdekaan terkait erat dengan kurangnya fasilitas publik dan perawatan sosial, seperti tiadanya program epidemiologis, atau pengaturan terorganisir guna perawatan kesehatan atau fasilitas pendidikan, atau lembaga yang efektif bagi pemeliharaan perdamaian dan ketertiban lokal.
Masih dalam persoalan-persoalan lainnya, pelanggaran terhadap kemerdekaan diakibatkan langsung oleh pengingkaran terhadap kemerdekaan politik dan sipil oleh rezim otoriter dan dari pembatasan yang dipaksakan atas kemerdekaan berpartisipasi dalam kehidupan sosial, politik, dan ekonomi masyarakat.
Menurut Sen, kemerdekaan merupakan inti dari proses permbangunan karena ada dua alasan berbeda. Pertama, alasan evaluatif, yakni penilaian pembangunan hendaklah dilakukan terutama dalam hal meningkatkan kemerdekaan yang dimiliki seseorang. Kedua, alasan keefektifan, yaitu pencapaian pembangunan sangat bergantung pada free agency masyarakat.

Hubungan antara kemerdekaan individu dan pencapaian pembangunan sosial jauh melampaui hubungan konstitutif yang penting. Apa yang orang dapat capai secara positif dipengaruhi oleh peluang ekonomi, kebebasan politik, kekuatan sosial, dan kondisi kesehatan yang baik, pendidikan dasar, dan dorongan serta pengembangan inisiatif. Pengaturan kelembagaan untuk peluang ini juga dipengaruhi oleh pelaksanaan kemerdekaan masyarakat, melalui kemerdekaan berpartisipasi dalam pilihan sosial dan dalam pembuatan keputusan publik yang mendorong kemajuan peluang ini.

Tujuan dan sarana pembangunan membutuhkan kontrol dan pengawasan pemahaman yang lebih lengkap tentang proses pembangunan; tidaklah cukup mengambil sebagai tujuan dasar kita hanya maksimalisasi pendapatan atau kekayaan, yang, seperti dikemukakan Aristoteles, 'cuma berguna dan demi sesuatu yang lain.'' Untuk alasan yang sama, pertumbuhan ekonomi tak dapat diperlakukan secara masuk akal sebagai tujuan akhir itu sendiri. Pembangunan hendaknya lebih memperhatikan peningkatan kehidupan yang kita jalani dan kemerdekaan yang kita nikmati. Memperluas kemerdekaan yang punya alasan agar kita hargai, tak semata membuat hidup kita lebih kaya dan tak terkekang, melainkan memungkinkan pula kita menjadi pribadi sosial yang lebih utuh, menjalankan kehendak kita sendiri dan berinteraksi dengan-dan mempengaruhi dunia tempat kita tinggal. Memang sih, kita butuh pembangunan, asalkan tak disalahgunakan dan bukan cuman untuk 'Tuan Polan and his gang.' Wallahu a'lam.

Saatnya pergi, dan Rembulan bersenandung,

Nah, bangsaku kini sudah di ambang kemajuan
Tinggal semua perlu kesadaran, jangan kita berpangku tangan
Teruskan hasil perjuangan dengan jalan apa saja
Yang pasti kita temukan

Asal jangan pembangunan dibuat kesempatan
Asal jangan pembangunan dijadikan korban
Asal jangan pembangunan bikin resah kaum susah
Asal jangan pembangunan bikin mandul hutan gundul
Asal jangan pembangunan bikin gendut kulit perut
Asal jangan pembangunan bikin subur kaum makmur
Asal jangan pembangunan bikin kotor meja kantor
Asal jangan pembangunan buat senang cacing-cacing *)
Kutipan & Rujukan:
- Amartya Sen, Development As Freedom, 1999, Alfred A. Knopf
- Philip Michael, Development and Social Change, 2004, Pine Forge Press
- Duncan Green, From Poverty to Power, 2008, Oxfam
*) "Lancar" karya Iwan Fals