Senin, 01 Mei 2023

Beradaptasi terhadap Perubahan

"Seorang politisi membuka jurnalnya," berkata Rembulan ketika ia mulai tampak, usai mengucapkan Basmalah dan menyapa dengan Salam.
"Di jurnalnya, tertulis beberapa ringkasan,
31 Desember 2022: Gak jogging
31 Januari 2023: Masih belum jogging
28 Februari 2023 : Kagak jogging
31 Maret 2023 : Kagak jogging-jogging juga.
Lalu ia menambahkan ke dalam jurnalnya:
30 April 2023: Sekarang udah jadi lelucon jogging. So what gitu lho."

Kemudian Rembulan melanjutkan, 'Darwin bilang, 'Bukanlah spesies terkuat yang bertahan, bukan pula yang tercerdik. Melainkan yang paling mudah beradaptasi terhadap perubahan.' Walau aku gak ikutan subscribe teori Darwin ini, tapi ada yang menarik tentangnya.
Keraguan dan kontroversi yang teruk, masih menghantui teori-teori Darwin di lingkaran ilmiah maupun awam, kata Paul R. Lawrence. Telah diketahui secara umum bahwa serangan besar pertama, dan tergigih, terhadap teori-teori Darwin datang dari agama yang terorganisasi dengan jutaan penganutnya. Tanggapan dari lembaga agama pada saat penerbitan karya Darwin, On the Origin of Species, dapat diringkas dengan sangat baik sebagai sesuatu yang membagongkan. Perdebatan itu, berlangsung dengan penuh semangat, tak semata oleh para uskup terkemuka Inggris, namun pula oleh banyak naturalis kondang, juga atas dasar agama. Teori ini, tampaknya menggerogoti keyakinan agama yang paling mendasar, yaitu keberadaan Tuhan. Selama bertahun-tahun perdebatan agak mereda, tetapi belakangan memanas lagi. Jelas tak terselesaikan. Jajak pendapat menunjukkan bahwa sebagian besar orang Amerika mendukung teori kreasionis tentang asal usul seluruh makhluk hidup daripada teori evolusi Darwin. Itu benar kendati banyak pemimpin agama besar, termasuk mendiang Paus Yohanes Paulus II, menerima gagasan umum teori evolusi Darwin sebagai penjelasan tentang bagaimana Tuhan menciptakan makhluk hidup.

Gelombang kedua kontroversi dan keraguan atas teori Darwin, kata Lawrence, dikaitkan dengan Herbert Spencer dengan gagasannya tentang Darwinisme Sosialis. Gagasan-gagasan ini, dulu dan sekarang masih menjadi penghalang utama bagi pemahaman Darwinisme. Spencer-lah, bukan Darwin, yang memunculkan ungkapan yang jelas namun menyesatkan 'yang terkuatlah, yang bertahan hidup.' Darwin sangat mungkin sepakat dengan syarat bahwa 'cocok' dipahami sebagai 'dapat menyesuaikan'. Darwin berkata, 'Bukanlah spesies terkuat yang bertahan hidup, bukan pula yang tercerdik. Melainkan yang termudah beradaptasi terhadap perubahan.' Namun pada kenyataannya, frasa tersebut hampir secara universal dipahami sebagai 'bertahan hidup dari yang tertangguh dan terkejam.' Bila diterapkan pada manusia, sangat jelas bukan apa yang Darwin maksudkan, namun telah teringkas, bagi sebagian besar publik, tentang apa itu Darwinisme.

Sumber kesalahpahaman berikutnya, masih menurut Lawrence, tentang Darwin, yang berasal dari, agak mengejutkan, para ahli biologi evolusi itu sendiri. Sebagai contoh utama, pertimbangkan Richard Dawkins, yang tulisan-tulisannya banyak dibaca dan dihormati, khususnya The Selfish Gene, secara tak sengaja memperkuat interpretasi yang paling kejam tentang Darwin'. Begitu pula beberapa karya populer Stephen Jay Gould. Semua ini terjadi selama bertahun-tahun dengan cara yang agak rumit yang telah diungkapkan dengan jelas oleh Ernst Mayr, kontributor utama sintesis modern teori Darwin dengan teori genetika. Dalam bukunya One Long Argument, Mayr menjelaskan bagaimana keraguan muncul di kalangan ahli biologi.
Teori Darwin tentang 'common descent' seluruh organisme dari nenek moyang purba dengan cepat diterima oleh para ahli biologi. Namun, setelah kematian Darwin, teorinya tentang 'seleksi alam' tetap kontroversial di kalangan ahli biologi selama beberapa dekade. Kontroversi ini, meski akhirnya diselesaikan dengan konfirmasi Darwin, telah membuat ahli biologi berfokus pada mekanisme seleksi alam seolah-olah itulah satu-satunya mekanisme yang digunakan Darwin guna menjelaskan proses evolusi. Sementara seleksi alam merupakan mekanisme evolusi yang paling menonjol bagi Darwin, itu bukanlah satu-satunya. Darwin menekankan mekanisme 'seleksi seksual' sebagai mekanisme penting dalam menjelaskan evolusi. Seleksi seksual merupakan fokus dari buku besar keduanya tentang evolusi, The Descent of Man, yang tentu saja, merupakan pula buku yang menawarkan hampir semua yang dikatakan Darwin tentang manusia.

Sumber keempat dari kesalahpahaman masif tentang Darwin, berasal dari ilmu-ilmu sosial. Sejak kehadiran karya Darwin, para ilmuwan sosial pada dasarnya diam saja. Mereka, tentu menerima bahwa Darwin benar tentang evolusi bagian-bagian tubuh kita, akan tetapi mereka hampir seluruhnya menyangkal bahwa teorinya dapat menjelaskan perilaku manusia dengan cara apa pun. Inilah yang dikenal sebagai asumsi 'blank state. Idenya bahwa otak merupakan organ pasif (kosong) saat lahir yang secara bertahap mengisi hidup kita dengan hal-hal yang dipelajari dari budaya kita dan aspek lain dari lingkungan kita. Dikenal pula sebagai konstruksi realitas sosial. Ada sedikit keraguan bahwa penolakan awal dan gigih terhadap Darwinisme ini, dipicu oleh Darwinisme Sosial dengan determinisme tooth-and-clawnya, pandangan dunia yang luas tentang kondisi manusia yang menghantui dan memberontak para ilmuwan sosial, lantaran alasan yang sepenuhnya dapat dimengerti. Itu jelas dapat digunakan memajukan agenda rasis dan seksis—dan terjadi di Jerman semasa Hitler. Darwinisme Sosial benar-benar bertentangan dengan pandangan para ilmuwan sosial bahwa manusia cacat tetapi punya kapasitas berbelas-kasihan dan kerjasama serta selalu berusaha memperbaiki kondisi mereka. Jika Darwinisme menolak semua ini, para ilmuwan sosial tak menginginkan bagian darinya; aspek Darwinisme ini menyerang sangat dalam esensi pandangan profesional mereka, memicu reaksi mendalam yang bertahan di banyak kalangan saat ini. Inilah tanggapan terhadap Darwinisme yang menciptakan doktrin 'blank state', dan ide-ide ini masih menjadi arus utama di antara para ilmuwan sosial, meskipunbelakangan mendapat serangan keras dari para psikolog evolusioner dan dari beberapa ekonom behavioral.

Sebagaimana diketahui secara luas, Darwin menerbitkan On the Origin of Species pada tahun 1859 yang mendapat reaksi besar di berbagai sektor masyarakat, dari sains hingga agama. Gagasan Darwin segera menarik minat Karl Marx, yang juga berusaha membawa revolusi ke masyarakat dengan karyanya sendiri. Menurut Gerald Runkle dalam karyanya Marxism and Charles Darwin (1961), Marx membaca Origin of Species dan menjadi pendukung antusias penulisnya. Marx ingin mendedikasikan jilid pertama Das Capital kepadanya, namun Darwin menolak. Ketidaksepakatan yang sangat penting antara Marx dan Darwin mengacu pada agama. Marx dengan jelas menyatakan posisinya menentang agama dalam pernyataan skematis namun signifikan bahwa agama itu, 'candu masyarakat.' Kebanyakan Marxis kemudian akan mendukung ide ini. Pada gilirannya, Darwin mengungkapkan pendapatnya terhadap serangan terhadap agama dalam sebuah surat yang, untuk sebagian besar abad ke-20, dianggap ditujukan dan tak ditujukan kepada Marx. Surat Darwin dengan jelas menyatakan bahwa ia tak ingin dikaitkan dengan serangan langsung terhadap agama.
Komunisme berakar pada Darwinian yang lebih dalam daripada yang kita sadari. Nyatanya, meskipun Marx sudah mulai membuat sketsa garis besar gagasannya sebelum Darwin menerbitkan Origin of Species—Manifesto Komunis muncul pada tahun 1848, Origin pada tahun 1859—ia cukup disebut sebagai seorang Darwinis.
Bertrand Russell, seorang liberal dan sosialis, bukanlah pengagum negara komunis. Kunjungannya ke Rusia pada tahun 1920, dimana ia bertemu Lenin, meyakinkannya bahwa komunisme bakalan menjadi bentuk penindasan ketimbang pembebasan.

Meski fisikawan dan kimiawan pada masa Darwin tak secara khusus menyerang gagasan Darwin dan belum melakukannya sejak masanya, fakta bahwa banyak aturan dasar ilmiah yang mapan menuntut ilmu tentang fenomena fisika, tak dapat diterapkan secara langsung dan konsisten pada fenomena biologis. Agar mengembangkan idenya, Darwin terpaksa mencari aturan dan metode dasarnya sendiri, yang disesuaikan dengan studi fenomena biologis yang muncul. Hal ini menimbulkan masalah dan keraguan mengenai metode ilmiah yang tepat, yang sangat menunda penerimaan gagasan Darwin di beberapa kalangan ilmiah.
Lantas, membicarakan tentang teori Darwin ini, semata terpikatkah aku dengan wawasan Darwin? Kurasa, enggak juga tuh. Wallahu a'lam."

Waktunya pergi, Rembulan berangkat sambil bersenandung,

Something changed inside me
[Sesuatu telah berubah dalam diriku]
broke, wide open
[pecah, terbuka lebar]
all spilled out
[semuanya bertumpah-ruah]
'Til I had no doubt
[Hingga kutak ragu]
that something changed *)
[bahwa ada sesuatu yang telah berubah]
Kutipan & Rujukan:
- Charles Darwin, On The Origin of Species, Edited with an Introduction and Notes by Gillian Beer, 2008, Oxford University Press
- Paul R. Laurence, Driven to Lead: Good, Bad and Misguided Leadership, 2010, Harvard Business School
*) "Something Changed" karya Sarah Groves