Rabu, 03 Mei 2023

Hikayat sang Raja dan sang Filsuf

"Seorang pegolf sedang bermain satu putaran dengan rekan-rekannya. Di lubang keenam, yang berada di dekat danau, ia memukul enam bola masuk ke dalam danau. Putus-asa oleh permainan golfnya yang buruk, ia melempar tas golf yang berisi seluruh tongkat golfnya ke dalam danau dan melangkah pergi.
Mendadak, ia berbalik, melompat ke danau, dan menyelam ke dalamnya. Para rekannya, mengira ia telah berubah pikiran dan akan mengambil kembali tas golfnya. Namun saat ia keluar dari danau, ia tak membawa tas atau tongkat golfnya. Saat sang pegolf yang basah-kuyup itu berjalan pergi, salah seorang rekannya, bertanya, 'Ngapain loe nyebur ke danau?'
Sang pegolf menjawab, 'Kunci mobil gua ketinggalan di tas golf,' berkata Rembulan saat memulai, usai mengucapkan Basmalah dan menyapa dengan Salam.

Rembulan lalu berkata, 'Alkisah, kata mereka, bahwa ada seorang raja negeri antah berantah, yang bertanya pada seorang lelaki, ia seorang tabib, yang diutamakan di antara para tabib kerajaan. Ia diperlakukan dengan martabat dan kehormatan yang tinggi oleh sang raja, dan memegang jabatan profesor yang sangat dihormati. Karena ia seorang tabib yang ternama, maka ia dipandang sebagai seorang pakar dan filsuf, lalu sang raja meminta nasihat darinya. Sang raja sangat ingin mengumpulkan ilmu, dan ia lebih memilih sang filsuf dibanding yang lain. Ia dengan tekun menuntut ilmu, dan menyukainya lebih dari banyak kesenangan yang memanjakan sang raja. Sang filsuf berkata, 'Duhai sinuhun, para filsuf belajar dalam hukum apa pun dan bahasa apa pun, selalu berupaya dan bekerja keras guna menuntut ilmu, serta mengekspresikan dan menata teori. Hal tersebut, diambil dalam rangka menunaikan kewajibannya, dan mereka boleh tak saling sepakat tentangnya. Mereka menyukainya lebih dari segala hal yang dikerjakan orang, dan itu menyenangkan mereka lebih dari hiburan atau kesenangan lainnya. Sebab mereka berpendapat bahwa tiada sesuatu pun dari hasil kerja keras mereka, yang merupakan imbalan yang lebih besar, atau balas-jasa yang lebih banyak, ketimbang hal-hal yang biasa dikerjakan dan diajarkan oleh diri mereka.
Dan mereka menuturkan cerita dan perumpamaan dalam seni yang mereka pahami, dan mereka berhasil memperluas kehidupan kita, dan sampai pada pemikiran cerdas dan pembelajaran hebat. Dan mereka mempertanyakan segala hal untuk menarik dari sini apa yang mereka inginkan dengan perkataan yang cerdik dan dengan alasan yang masuk akal dan tegas; dan mereka menyusun sebagian besar cerita ini, dalam alegori satwa dan unggas liar.
Demikianlah mereka menggabungkan tiga hal yang baik. Pertama, mereka menganggapnya berguna dalam hal penalaran, mengambilnya sesuai dengan kebiasaan untuk mengatakan dengan hati-hati apa yang mereka inginkan, dan menegaskan logika yang sehat. Kedua, cerita-cerita ini, memberikan manfaat yang baik bagi para cendekiawan, sebab mereka memperkuat ilmu yang mereka tunjukkan tentang filosofi, kala mereka memikirkannya dan menyadari pemahamannya. Ketiga, mereka memanfaatkannya untuk hiburan, serta pendidikan bagi siswa dan anak-anak.

Duhai paduka, jika seseorang yang bekerja keras guna menuntut ilmu, membaca dengan tekun namun tak berusaha menunaikan yang benar dan mengikuti kebenaran, ia takkan memperoleh buah yang dapat ia kumpulkan, kecuali semata kerja-keras dan kesusahan yang sia-sia. Kemudian, jika seseorang mempelajarinya namun tak mempraktikkannya, ia laksana orang yang, menurut para cendekiawan, menemukan harta karun saat melintasi ladang. Dikala ia menggalinya, ia melihat harta karun yang belum pernah dilihat manusia.
Kemudian ia berkata pada dirinya sendiri, 'Jika aku hanya mengambil apa yang tergeletak di sekitar sini sedikit demi sedikit, aku mungkin kehilangan kenikmatan yang banyak, yang bisa didapat darinya. Mengapa aku tak meminta beberapa petani agar membawanya ke gubukku, dan aku akan mengawasi mereka dari belakang.'
Dan ia pun melakukannya. Masing-masing dari petani itu, membawa apa yang bisa ia bawa ke gubuk, dan kemudian mereka berbohong padanya bahwa mereka telah membawa seluruh harta karun tersebut. Setelah melakukannya, orang itu pulang, namun tak menemukan apa pun, lantaran masing-masing dari para petani, telah mengambil sendiri apa yang telah diangkutnya. Maka, yang didapatkannya, semata kesulitan saat menggalinya. Dan ini disebabkan oleh apa yang diperhatikannya, ia tak tahu bagaimana melakukan apa yang perlu ia lakukan, lantaran kurangnya atensi dan kesiapan.

Dan seseorang hendaklah tak seperti orang yang memutuskan hendak belajar tata bahasa: seorang temannya yang berpendidikan, menuliskan bagian-bagian pidato untuknya di sebuah bagan, dan sang pelajar mempelajarinya di rumah dan banyak membacanya, namun ia tak mengenali atau memahami apa yang ada di bagan itu, namun ia mengingatnya dan mengira ia bisa membaca.
Lalu ia mencobanya dengan beberapa orang terpelajar, berupaya menyamakan ilmu yang sama dengan mereka. Dikala ia mengucapkan sepatah kata secara keliru, salah seorang dari orang-orang terpelajar itu berkata, 'Engkau keliru dalam apa yang engkau ucapkan; semestinya diucapkan begini dan begitu.' Tapi ia menjawab, 'Bagaimana mungkin aku keliru? Aku telah mengingat apa yang ada di bagan tersebut!' Dan mereka menertawakannya karena ia tak tahu bagaimana memahaminya; dan para rekan terpelajarnya, memandangnya sebagai orang yang paling dongok.
Ilmu memperjelas pembelajaran, sama seperti minyak menerangi gelapnya malam. Maka, pendidikan meningkatkan keadaan orang yang ingin belajar. Tapi orang yang mengetahui sesuatu, namun tak menggunakan ilmunya, takkan beroleh manfaat darinya.
Hal ini bagaikan seseorang yang rumahnya, kata mereka, dimasuki pencuri pada malam hari. Ia sedang tidur saat sang pencuri masuk, dan ia berkata pada dirinya sendiri, 'Sebaiknya aku diam sampai aku melihat apa yang diambilnya. Segera setelah ia menemukan semua yang diinginkannya, aku akan bangun dan menghentikannya.'
Maka sang pencuri masuk ke dalam rumah dan mengambil apa yang ditemukannya, sedang pemiliknya, kembali tidur. Kemudian, setelah psang encuri kabur dengan semua yang bisa dibawanya, sang pemilik bangun dan menemukan bahwa sang pencuri telah mengambil semua yang dimilikinya.

Dan orang yang berilmu, tak boleh berputus-asa atau kehilangan kepercayaan-diri; sebab seseorang dapat terbantu tatkala orang lain tak mengharapkannya. Ini seperti cerita tentang seorang fakir yang mengubah pencurian, demi kepentingannya sendiri, dimana tak ada kerabat yang membantunya dengan memberinya apa pun.
Suatu malam, di rumahnya, ia melihat seorang maling. Ia berkata pada dirinya sendiri, 'Sebenarnya, di rumahku tak ada yang bisa diambil oleh maling ini, biar saja ia berusaha mencari apa yang dinginkannya!'
Melihat ke dalam rumah untuk mengambil sesuatu, sang maling melihat sebuah guci tanah besar berisi sedikit gandum. Ia berkata pada dirinya sendiri, 'Aku tak ingin pekerjaanku sia-sia!' Lalu, ia mengambil bandana yang dikenakannya di kepalanya dan membentangkannya di lantai. Kemudian ia mengosongkan gandum dari guci ke dalam bandana untuk membawanya pergi.
Tatkala sang fakir melihat bahwa maling itu telah memindahkan gandum ke dalam kain bandananya, ia berkata, 'Tak bisa kubiarkan. Sebab bila maling itu mengambil gandum dariku, kemiskinan dan kelaparan yang lebih besar akan menimpaku; dan takkan kubiarkan kedua hal ini bertambah padaku tanpa membawanya ke titik kematian.' Maka ia membentak sang maling, dan mengambil tongkatnya di atas tempat tidur, dan menyerang sang maling.
Kala sang maling melihatnya, seketika ia melarikan diri, dan dengan demikian menjatuhkan bandananya dimana ia membawa gandum. Sang fakir mengambil bandana tersebut, dan mengembalikan gandum ke tempatnya.

Cerita ini, mewakili apa yang disebut Konflik atau Benturan Kepentingan. Benturan kepentingan merupakan keadaan dimana beberapa orang P (baik individu atau badan hukum) berpihak dalam hubungan tertentu dengan satu atau lebih keputusan. Pada pandangan standar, P punya konflik kepentingan jika, dan hanya jika, (1) P berhubungan dengan pihak lain yang mengharuskan P mengambil keputusan atas nama pihak lain dan (2) P punya kepentingan (khusus) yang cenderung mengganggu. dengan pelaksanaan penilaian yang tepat dalam hubungan itu. Istilah penting dalam pandangan standar adalah 'hubungan', 'penilaian', 'minat', dan 'penerapan yang tepat'.

Benturan kepentingan bisa datang dari bidang apa saja. Dalam pemerintahan, Benturan Kepentingan datang dalam dua bentuk yang tumpang tindih. Pertama, kepentingan berbagai bagian pemerintahan mungkin bertentangan. Seiring berkembangnya institusi demokrasi, parlemen yang baru diberdayakan berusaha membatasi pengaruh raja. Raja mempertahankan kekuasaan dengan memberikan bantuan dan posisi jabatan kepada legislator. Oleh karenanya, upaya awal terkait erat dengan pandangan yang muncul tentang pemisahan kekuasaan, bahkan jika beberapa keuntungan bersifat pribadi. Kedua, konsep tersebut mengacu pada konflik antara peran publik dan kepentingan keuangan swasta. Sekarang ini, bentuk pertama kurang menonjol dibandingkan yang kedua.

Seseorang dapat memainkan banyak peran secara bersamaan. Mereka yang memegang posisi pemerintahan atau politik sebagai legislator, menteri, fungsionaris partai, hakim, presiden, perdana menteri, atau pegawai negeri, memiliki pula tanggung jawab yang lain. Mereka anggota keluarga, pengusaha, tetua suku, pemuka agama, atau bahkan penjahat. Karakteristik masyarakat modern yang kompleks, bahwa orang berganti peran selama berhari-hari, berminggu-minggu, atau bertahun-tahun. Apa yang pantas atau bahkan diharuskan dalam satu peran, boleh jadi tak sesuai atau ilegal dalam peran lain. Peran publik mungkin memerlukan tingkat objektivitas, keadilan, dan transparansi yang tak dipaksakan pada kehidupan pribadi seseorang. Institusi dan organisasi membuat aturan dan standar etika mereka sendiri, yang berupaya mensosialisasikan orang agar memajukan tujuan bernegara. Hal ini ditegakkan dengan sanksi hukum dan aturan internal, serta dengan bujukan moral dan tekanan politik.
Konflik atau Benturasn kepentingan muncul manakala seseorang mencampuradukkan perannya, memajukan, katakanlah, kepentingan keluarga atau bisnisnya saat bertindak sebagai birokrat, hakim, atau politikus. Perilaku berdasarkan pengabdian seseorang kepada keluarga, suku atau agama, boleh jadi, sangat tak diperbolehkan bila dilakukan dalam kapasitas jabatan seseorang. Terkadang, tentu saja, kepentingan pribadi dan publik saling berbenturan. Seorang pengusaha terkemuka yang menjadi walikota di sebuah kota, mungkin berusaha mempromosikan pembangunan ekonomi, sehingga menguntungkan dirinya sendiri dan kotaprajanya. Bahkan dalam kasus seperti ini, korespondensi tak mungkin sempurna. Sang pengusaha bisa jadi mengarahkan kontrak ke perusahaannya, membatasi persaingan dan menaikkan harga. Seorang walikota yang menerima pembayaran langsung yang berkaitan dengan proyek pembangunan ekonomi, dapat meningkatkan asset kotanya, sekaligus memperkaya dirinya sendiri, akan tetapi, ia melakukannya dengan cara membebankan biaya berlebih pada pembayar pajak. Suap meningkatkan biaya dan jumlah proyek ke derajat yang tak efisien dan mendistorsi prioritas ke arah proyek khusus yang rumit, dimana sogok mudah disembunyikan.

Benturan Kepentingan merupakan istilah umum yang mencakup segala macam ketegangan antara peran jabatan dan swasta. Korupsi dan penggelapan adalah bagian dari konsep ini, dimana keuntungan finansial bagi para pejabat. Imbalan tersebut dapat mendorong para pejabat melanggar syarat-syarat jabatan resminya dengan imbalan keuntungan pribadi, atau dapat berupa pemerasan yang dibayarkan guna membujuk pejabat tersebut melakukan apa yang seharusnya ia lakukan. Penggelapan atau fraud merupakan pelanggaran yang tak perlu melibatkan pihak ketiga. Sang pejabat cukup menilep dari pundi-pundi publik.

Benturan kepentingan menimbulkan masalah terutama ketika keuntungan ekonomi pribadi bertentangan dengan tanggung jawab seseorang sebagai agen. Seseorang mungkin menjadi agen dari nilai-nilai publik yang luas, semisal ketika seorang hakim menegakkan hukum. Namun, seseorang dapat juga menjadi agen partai politik, konstituen geografis, atau kelompok kepentingan, baik ekonomi maupun sosial/ideologis. Jika suatu badan publik dibentuk untuk tujuan menyatukan berbagai kepentingan agar membuat kebijakan atau untuk menasihati politisi, maka sah bagi anggotanya berusaha memajukan kepentingan prinsipal mereka sendiri, betapapun sempitnya itu.

Duhai baginda, tetapi orang yang berilmu seyogyanya tak terikat pada contoh seperti ini dan berhenti mencari dan melakukan apa yang semestinya ia lakukan guna memperoleh kehidupannya; tak juga seseorang harus dibimbing oleh orang-orang yang mendapatkan keberuntungan tanpa kemauan atau usaha mereka; karena sedikit orang yang berjuang untuk hal-hal yang melibatkan perbuatan besar. Karena setiap orang yang berilmu berusaha memastikan bahwa keuntungannya menjadi yang teragung dan paling pasti, agar ia dapat menghindari hal-hal yang akan terbukti melelahkan dan membuatnya khawatir dan bermasalah; sehingga ia tak seperti merpati yang menangkap dan membunuh anak-anaknya sendiri, dan oleh alasan ini, tak pernah seketika berhenti menghasilkan yang lain.

Jadi, mereka bilang bahwa Tuhan, terpujilah Nama-Nya, telah membatasi segala sesuatu, dimana manusia datang. Dan apa pun yang di luar batas-batas ini, sebagaimana apa pun yang tak menjangkau mereka, sebab mereka mengatakan bahwa barangsiapa yang berusaha demi dunia ini, hidupnya melawannya, sedangkan bagi orang yang bekerja demi dunia ini dan akhirat, hidupnya berimbang, untuk dan juga melawannya.

Dan mereka bilang bahwa setiap orang seyogyanya mengubah tiga hal dalam hidupnya, dan memberikan jaminan jiwanya untuk itu: kewajiban di dunia ini; mencari nafkah; dan hidup di antara sesama. Dan mereka bilang bahwa ada beberapa hal yang tak pernah mengarah pada pekerjaan yang baik: terlalu banyak kasak-kusuk dan tanpa tujuan; meremehkan amanah Tuhan; percaya pada setiap orang yang menyanjungmu; beranggapan bahwa menyangkal orang lain itu, bijaksana.'"

"Mendengar hal ini," Rembulan hendak menutup pembicaraannya, "sang raja mantuk-mantuk, tapi entah, ia paham atau enggak. Wallahu a'lam."

Waktunya pergi, cahaya Rembulan mulai temaram, dan ia bersenandung,

tertulis, kisah cerita kita
begitu indah, masa laluku
dia menangis di pelukanku
lalu berkata, 'Pertahankan aku!' *)
Kutipan & Rujukan:
- Thomas Cleary, Calila and Dimna: Oriental Tales from Medieval Spanish, 2012, Kindle Edition
- Susan Rose-Ackerman, Corruption and Conflicts of Interest, dalam 'Corruption and Conflicts of Interest: A Comparative Law Approach,' diedit oleh Jean-Bernard Auby, Emmanuel Breen, and Thomas Perroud, 2014, Edward Elgar Publishing
*) "Masa Lalu" karya Dodhy Hardianto