Sabtu, 25 Mei 2024

Cerita dari Pohon Kenanga (19)

"Seorang dokter hewan bertanya kepada asistennya, 'Buat apa sih ayam-ayam itu, nyeberang jalan?'
Asistennya menjawab, 'Buat nyampe ke seberang dok.'"

"Dunia ini, dinamis dan selalu berubah. Perubahan tak bisa dihindari, namun kemampuan kita menavigasinya, menentukan arah masa depan kita. Kita tetap menjadi bagian dari dunia yang berdenyut dan saling terhubung—dunia dimana adaptasi dan kemajuan berjalan seiring. Kemampuan kita beradaptasi terhadap perubahan, amatlah krusial. Baik itu perubahan ekonomi, tensi geopolitik, maupun tantangan lingkungan hidup, ketahanan kita, sangatlah penting.
Kita semua warga dunia, dan pula, warga masyarakat terdekat kita. Kita berkesempatan memilih pemerintahan yang akan mengambil keputusan tentang perang dan perdamaian, pembangunan ekonomi, hak asasi manusia, kesejahteraan, dan keterkaitan kita dengan masyarakat lain. Kita tak menghendaki hal-hal yang semakin penting ini, berada di luar kompetensi kita,” lanjut Kenanga seraya memperhatikan jam gadang di Abraj Al Bait.

"Interkoneksi kita semakin kuat. Perilaku sosial dan politik pihak lain merupakan lingkungan sosial dan politik dari masing-masing sistem. Perilaku kita sebagai salah satu bagian dari masyarakat mempengaruhi perilaku masyarakat lain. Nilai-nilai, harapan-harapan, simpati dan permusuhan dari orang-orang di suatu tempat, tersalurkan ke seluruh penduduk, dan masyarakat dunia. Gerakan kemerdekaan dan reformasi sosial, mempengaruhi perilaku di negara lain. Lebih jauh lagi, meningkatnya saling ketergantungan, yang merupakan konsekuensi dari peningkatan spesialisasi, industrialisasi dan perdagangan, menyebabkan perubahan dimana-mana bila terjadi perubahan dimana pun. Apa pun pekerjaan atau minat kita, masing-masing kita perlu mendapat informasi tentang lingkungan kita yang lebih luas, bagaimana kita mempengaruhi lingkungan tersebut, dan bagaimana kita terkena dampaknya. Secara khusus, kita perlu berwawasan terhadap perubahan-perubahan yang mungkin terjadi, seperti pertumbuhan populasi, perubahan teknologi, perubahan sosial dan politik, serta perubahan pasar, sehingga kita dapat mengantisipasinya, dan merencanakan kehidupan individu dan kolektif kita sesuai dengannya.
Pers, televisi, cendekiawan yang menulis buku, guru yang mengajar sejarah, dan masyarakat pada umumnya, memunculkan iklim politik dimana keputusan formal diambil, tulis John W. Burton. Masing-masing dari kita, pada tahap tertentu, hidup dan bekerja dalam komunitas dan organisasi dimana kita mencari perlindungan, hubungan sosial yang harmonis, beragam jenis kebebasan, dan kepuasan diri secara umum. Agar hal ini dapat terwujud, kita, sebagai anggota, perlu memahami dan mampu mempengaruhi proses internal komunitas atau organisasi kita. Namun hal ini saja, tak menjamin kesuksesan. Setiap individu, setiap kelompok—kecil atau besar—setiap organisasi atau lembaga, ada dalam lingkungan yang lebih luas. Ia hendaknya mampu mengendalikan lingkungan ini atau mampu menyesuaikan diri dan melakukan perubahan di dalamnya. Interaksi antara suatu sistem dan lingkungannya terlalu sering diabaikan. Dunia usaha terkadang tak sukses, bukan karena tidak efisien secara internal, namun oleh adanya prediksi yang keliru mengenai perubahan di pasar luar negeri, perkembangan teknologi, atau kondisi politik di masa depan. Negara-negara terlibat dalam perang, bukan lantaran niat agresifnya, melainkan semata disebabkab mereka keliru menilai atau tak menyadari dampak jangka panjang negara lain terhadap kebijakan mereka.

Perubahan-perubahan yang terjadi pada struktur masyarakat dunia, berkait dengan pertumbuhan penduduk, penemuan, rekaan, perkembangan politik, perbaikan komunikasi, pendidikan dan organisasi sosial. Ada juga lingkungan 'scholarship'. Ilmu dan teknik di satu bidang, seperti ekonomi, psikologi, dan keinsinyuran, memberikan wawasan dan metode yang relevan dengan bidang lain, seperti pendidikan dan hubungan internasional. Inovasi dan pemikiran dalam satu bidang mendorong inovasi dan pemikiran dalam bidang lain, sehingga dalam seluruh disiplin ilmu, tingkat penemuannya semakin meningkat.
Penting mengadopsi perspektif seluas mungkin. Kita belajar menemukan jalan tentang suatu kota dengan melihat peta keseluruhannya, dan menemukan dimana kita memandang keseluruhannya. Kita menemukan jalan masuk dan keluar dari bangunan kompleks dengan memiliki gambar atau peta secara menyeluruh, dan posisi kita saat ini mengenai bangunan tersebut—atau mengikuti peringatan seseorang yang punya gambar tersebut. Norma perilaku dan sifat sistem etika merupakan topik yang menarik bagi seluruh perilaku sosial.

Penelitian terbaru yang dilakukan oleh McKinsey Global Institute (MGI) mengungkap bahwa kendati arus barang nyata telah stabil, arus penting lainnya —semisal ilmu, layanan, dan data—semakin cepat. Aliran data, sebagai contoh, telah tumbuh lebih dari 40 persen setiap tahunnya dalam satu dekade terakhir. Globalisasi tak sirna; ia bertransformasi. Dunia yang berubah ini, menunjukkan pada kita, di satu sisi, populasi global yang meningkat (diperkirakan akan mencapai 8 miliar pada tahun 2030), dan kita menghadapi tantangan dalam menyediakan kehidupan berkualitas tinggi sembari meminimalkan benturannya terhadap planet ini. Secara global, ada beberapa permasalahan yang hendaknya kita atasi: kemiskinan, perubahan iklim, kerawanan pangan dan hak-hak pengungsi. Bank Dunia memperbarui International Poverty Line (Garis Kemiskinan Internasional) dari $1,90 (bila asumsi harga dollar US Rp. 16.000,- maka eqv dengan Rp. 30.400,-) menjadi $2,15 (eqv Rp. 34.400,- ). Kemiskinan ekstrem masih menjadi tantangan, dan 62% populasi global hidup dengan pendapatan kurang dari $10/hari (eqv Rp. 160.000,-/hari) . Laporan keenam The Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyoroti risiko perubahan iklim jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Mitigasi sangat penting guna mencegah masalah kesehatan, kematian dini, dan risiko terhadap ekosistem dan manusia. Laporan Global Report on Food Crises tahun 2022 mengungkap bahwa hampir 193 juta orang mengalami kerawanan pangan akut pada tahun 2021, meningkat sebesar 80% sejak tahun 2016. Guncangan ekonomi dan bencana terkait cuaca berkontribusi terhadap krisis ini. Perang di Ukraina telah memicu krisis pengungsi dengan pertumbuhan tercepat sejak Perang Dunia II, menurut United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR). Tantangan-tantangan ini, memerlukan perhatian mendesak dan upaya kolaboratif untuk membangun dunia yang lebih baik.
Misinformasi dan disinformasi, ancaman terkait perubahan iklim, perang dan konflik, serta ketidakpastian ekonomi adalah beberapa permasalahan mendesak yang terjadi belakangan ini dalam politik global. Laporan The World Economic Forum’s Global Risks tahun 2024 menyoroti misinformasi dan disinformasi sebagai ancaman jangka pendek yang paling parah. Sebab AI berpotensi memperkuat narasi gadungan, aktor asing dan dalam negeri dapat memanfaatkan taktik ini untuk memperluas kesenjangan sosial dan politik. Dalam jangka panjang, risiko terkait perubahan iklim mendominasi 10 risiko teratas global. Dampak perubahan iklim yang semakin besar menimbulkan tantangan besar terhadap tatanan dunia. Konflik yang sedang berlangsung dan politik yang terpolarisasi terus mengganggu stabilitas tatanan global. Misalnya, krisis di Ukraina menghadapi krisis pengungsi akibat perang. Krisis biaya hidup yang terus berlanjut menambah ketidakstabilan global, yang berdampak pada masyarakat di seluruh wilayah menjadi ketidakpastian ekonomi. Tantangan-tantangan ini, menuntut upaya kolaboratif dan solusi strategis agar membangkitkan dunia yang lebih stabil dan berkelanjutan.

Sementara itu, pertumbuhan yang stabil namun lambat, tantangan-tantangan harga atau inflasi, gesekan struktural, dan prospek yang lebih suram bagi negara-negara emerging market (dan China) merupakan beberapa permasalahan mendesak dalam perekonomian global saat ini. World Economic Outlook tahun 2024 yang dikeluarkan IMF memperkirakan pertumbuhan global akan terus berlanjut sebesar 3,2% pada tahun 2024 dan 2025. Meskipun negara-negara maju diperkirakan akan sedikit meningkat, negara-negara emerging market akan menghadapi sedikit perlambatan. Menurunnya prospek pertumbuhan di China dan negara-negara emerging market lainnya, mungkin membebani mitra dagangnya. Gesekan struktural yang terus-menerus menghambat mobilitas modal dan tenaga kerja ke perusahaan-perusahaan produktif, sehingga berdampak pada pertumbuhan output per orang dalam jangka menengah.

Inflasi global diperkirakan akan terus menurun, dari 6,8% pada tahun 2023 menjadi 5,9% pada tahun 2024 dan 4,5% pada tahun 2025. Negara-negara maju kembali ke target inflasi mereka lebih cepat dibanding negara-negara emerging market [ekonomi negara berkembang yang mulai turut-serta dalam pasar global seiring perkembangannya]. Penurunan tingkat harga umum barang dan jasa mengacu pada deflasi. Inilah salah satu terma yang amat ditakuti dalam perekonomian. Pada saat deflasi, tingkat pengangguran cenderung meningkat. Ketika harga turun, produsen kerap memangkas biaya dengan memberhentikan karyawan. Berkurangnya permintaan barang dan jasa menyebabkan pengurangan produksi, yang selanjutnya memperburuk pengangguran. Maka, deflasi dapat berakibat pada meningkatnya pengangguran.
Deflasi dikaitkan dengan kenaikan suku bunga. Disaat harga turun, nilai riil utang menjadi lebih tinggi. Konsumen dan dunia usaha merasa kesulitan dalam melunasi utangnya, sehingga menyebabkan tekanan keuangan. Awalnya, deflasi dapat meningkatkan daya beli konsumen, sebab harga lebih rendah. Namun, deflasi yang berkepanjangan, dapat menyebabkan penundaan belanja karena masyarakat memperkirakan harga akan terus turun. Penurunan permintaan ini, selanjutnya dapat berkontribusi terhadap perlambatan ekonomi. Perusahaan menghadapi kesulitan ketika tak mampu menjual produknya akibat deflasi. Pendapatan menurun, yang mengarah pada tindakan pemotongan biaya seperti penutupan toko, pabrik, dan gudang, serta memberhentikan pekerja. Para pekerja, pada gilirannya, mengurangi pengeluaran mereka, memunculkan siklus berkurangnya permintaan dan lebih banyak deflasi. Dalam kasus ekstrim, deflasi bahkan dapat mendorong perekonomian ke dalam resesi atau depresi.

Sebaliknya, kenaikan harga barang dan jasa secara luas di seluruh perekonomian dari waktu ke waktu, mengacu pada Inflasi. Inflasi, selalu dan dimana-mana, terutama disebabkan oleh peningkatan jumlah uang beredar dan kredit. Inflasi adalah peningkatan jumlah uang beredar dan kredit, kata Henry Hazlitt. Inflasi memang menjadi topik yang memprihatinkan dalam perekonomian. Inflasi merupakan hilangnya daya beli secara bertahap, yang tercermin dalam kenaikan harga barang dan jasa secara luas dari waktu ke waktu. Ia mengikis daya beli konsumen dan dunia usaha. Pada dasarnya, rupiah yang engkau pegang itu (atau mata uang apa pun) takkan bergerak sejauh kemarin. Contoh: Sekedar omon-omon, pada tahun 1970, rata-rata harga secangkir kopi di negaramu cuman seceng; pada tahun 2019, harganya naik jadi goceng. Maka, dengan goban atau 10ribu perak, dirimu dapat membeli sekitar 2 cangkir kopi pada tahun 2019, dibandingkan dengan 10 cangkir pada tahun 1970. Inflasi mempengaruhi kehidupan kita sehari-hari. Tingkat inflasi yang tinggi tercermin dalam tagihan—mulai dari bahan makanan, barang-barang pelengkap, hingga pembayaran hipotek. Para eksekutif dan pemimpin perusahaan menghadapi dampak inflasi, menyeimbangkan margin sambil membayar lebih banyak bagi bahan mentah.
Dalam perekonomian yang sehat, inflasi tahunan sekitar 2% merangsang pengeluaran dan meningkatkan permintaan dan produktivitas selama perlambatan ekonomi. Dalam hal ini, inflasi merangsang permintaan dan berdampak positif yang moderat. Namun ketika inflasi melampaui pertumbuhan upah, hal ini menandakan perekonomian sedang mengalami kesulitan. Itu merupakan tanda peringatan.

Hiperinflasi merupakan bentuk inflasi yang jarang terjadi namun ekstrim, yang ditandai dengan kenaikan harga yang cepat dan tak terkendali dalam suatu perekonomian. Ia dapat menimbulkan akibat yang parah bagi individu, bisnis, dan perekonomian secara keseluruhan. Manakala bank sentral suatu negara mencetak uang tanpa disertai peningkatan barang dan jasa, hal ini akan melemahkan nilai setiap unit moneter. Pada dasarnya, terlalu banyak uang mengejar terlalu sedikit barang, sehingga menyebabkan harga meroket. Keyakinan sangat penting bagi stabilitas mata uang apa pun. Jika masyarakat kehilangan kepercayaan terhadap mata uangnya karena ketidakstabilan ekonomi, gejolak politik, atau faktor lainnya, mereka mungkin akan terburu-buru menukarkannya dengan aset lain (misalnya mata uang asing, emas, atau beli rumah atau tanah). Hilangnya kepercayaan diri ini dapat memperburuk hiperinflasi. Terkadang, pemerintah membiayai pengeluarannya dengan mencetak uang ketimbang dengan meminjam atau menaikkan pajak. Disaat pembelanjaan defisit menjadi berlebihan, ia akan membanjiri perekonomian dengan uang, sehingga berkontribusi terhadap hiperinflasi. Perang, revolusi, dan pergolakan politik, mengganggu stabilitas ekonomi. Dalam situasi seperti ini, pemerintah seringkali terpaksa mencetak uang guna mendanai upaya perang atau mempertahankan kekuasaan, sehingga menyebabkan hiperinflasi.
Inflasi berefek riak yang mengancam stabilitas keuangan. Ia juga berkorelasi dengan meningkatnya tingkat kejahatan keuangan. Kendati inflasi yang moderat dapat bermanfaat, namun inflasi yang berlebihan atau berkepanjangan dapat merugikan perekonomian dan individu. Penting bagi para pengambil kebijakan agar memelihara keseimbangan yang tepat, menjaga suhu mesin perekonomian agar tak jebol lantaran terlalu panas, atau membeku akibat terlalu dingin.

Di sisi lain, kita diharuskan menghadapi 'some resource contraints', penurunan sumber daya, dan pula apa yang para ekonom sebut sebagai 'externalities', yang memaksa kita beradaptasi. Kita diharapkan menemukan cara yang berkelanjutan agar berkembang. Eksternalitas (atau terkadang, 'third-party effects (efek pihak ketiga)' atau 'spillover effects (efek limpahan') muncul ketika nilai suatu fungsi produksi atau fungsi konsumsi, bergantung langsung pada aktivitas pihak lain. Eksternalitas merujuk pada biaya atau manfaat yang dikeluarkan atau diterima oleh pihak ketiga, yang tak punya kendali atas bagaimana biaya atau manfaat tersebut terbentuk. Bisa positif, bisa negatif. Eksternalitas negatif terjadi tatkala satu pihak membebankan biaya tak langsung kepada pihak lain. Contoh, polusi yang disebabkan oleh perjalanan ke tempat kerja atau tumpahan bahan kimia akibat penyimpanan sampah yang tak tepat. Jika salah satu pihak menerima manfaat tak langsung sebagai akibat dari tindakan yang dilakukan pihak lain, maka hal tersebut disebut eksternalitas positif. Guna mengatasi eksternalitas negatif, pemerintah dapat menggunakan perpajakan dan peraturan agar mengurangi dampaknya.
Terdapat eksternalitas signifikan yang berimplikasi praktis. Pemanasan global berdampak pada seluruh planet, dan kerusakan lapisan ozon berdampak pada stabilitas iklim dan kesehatan manusia. Konsumsi mobil besar, seperti SUV, menghasilkan beberapa eksternalitas negatif. Mobil yang berukuran lebih besar menyebabkan kerusakan jalan yang lebih berat, sehingga menyebabkan peningkatan biaya pemeliharaan bagi pemerintah. Kontribusi mengemudi terhadap pemanasan global berbanding lurus dengan jumlah bahan bakar fosil yang dibutuhkan kendaraan untuk melakukan perjalanan sejauh satu mil. Pengemudi SUV menggunakan lebih banyak bahan bakar, sehingga meningkatkan emisi bahan bakar fosil. Eksternalitas memainkan peran penting dalam perekonomian, mempengaruhi individu dan masyarakat secara keseluruhan.

Kebudayaan juga bersifat dinamis. Ia berkembang, beradaptasi, dan merespons perubahan dalam masyarakat. Namun, keadaan ini tetap mempertahankan rasa koherensi—sebuah benang merah yang menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan. Progres dalam teknologi mengakselerasi pengayaan teknologi, termasuk AI [yang masih berwujud 'data' dan dapat 'dikendalikan'], yang membentuk kembali dunia kita. Perubahan-perubahan ini, mempengaruhi segalanya, mulai dari 'climate action', hingga sistem politik.
Era digital telah membawa perubahan budaya yang amat berarti, mengubah cara pandang, berkreasi, dan berinteraksi dengan budaya. Kini, kita punya banyak informasi di ujung jari. Ruang online, media sosial, dan pengalaman virtual, terintegrasi dengan sempurna ke dalam kehidupan sehari-hari kita. Kehadiran web dan platform media sosial memungkinkan individu berbagi pandangan, pengalaman, dan kreasinya secara global. Perbedaan antara realitas dan virtualitas menjadi makin melindap. Orang-orang mengatur kepribadian digital mereka, memburamkan batas-batas antara siapa dirinya saat offline dan siapa yang ditampilkannya saat online. Identitas online menjadi teladan utama. Teknologi digital memberdayakan ekspresi individu. Pengungkapan informasi pribadi telah menjadi sesuatu yang lumrah. Orang dapat menyesuaikan pengalamannya, preferensinya, dan konsumsi kontennya. Revolusi digital telah membalikkan kelangkaan informasi. Intelektualisasi lingkungan kita—kognifikasi—menjadi sebuah tren. AI, algoritma, dan sistem pintar, mengangkat kehidupan kita. Di masa lalu, ilmu terbatas dan terkendali. Cara kita memproduksi dan menyebarkan budaya, telah berubah secara mendasar, berdampak pada segala hal, mulai dari evolusi bahasa hingga norma-norma sosial. Karenanya, organisasi dan masyarakat seyogyanya beradaptasi dengan perubahan ini. Strategi 'change management' hendaknya fokus pada transformasi budaya di luar teknologi. Melibatkan para pemimpin, menggalakkan nilai-nilai baru, mendorong dialog, dan menakar kemajuan, itulah langkah-langkah penting. Era digital telah merevolusi budaya dengan menyamarkan batas-batas, mendemokratisasi informasi, dan memberdayakan individu. Kala kita menavigasi lanskap dinamis ini, memahami perubahannya amatlah krusial, baik bagi pertumbuhan pribadi maupun kemajuan masyarakat.

Kita masih teruskan perbincangan kita ke dalam topik Kalendar Islam, biidznillah."

Lalu Kenanga bersajak,

Si pedagang terpana, di pikiran nakalnya berkata
Kelak, bisa saja rakyat diekspor besar-besaran ke Malaysia,
ke Brunei dan Singapura,
Ke Hongkong, Taiwan dan Timur Tengah tentu saja
Maka, rumah-rumah jadi kosong, tanah-tanah jadi lapang
Lalu berdatanganlah orang-orang jangkung berkulit warna udang
Berbondong-bondonglah orang-orang berkulit warna mentega
Hingga penuh sesak udara, oleh napas-napas busuk dari negeri tetangga
Hingga #2030, kita bakal ternganga *)
Kutipan & Rujukan:
- John W. Burton, World Society, 1972, Cambridge University Press
- Chris Farrell, Deflation: What Happens When Prices Fall, 2004, HarperCollins
- Henry Hazlitt, What You Should Know About Inflation, 1964, D. Van Nostrand Company
- Philip Haslam & Russel Lamberti, When Money Destroys Nations, 2014, Penguin Group
- Steven A. Y. Lin, Theory and Measurement of Economic Externalities, 1976, Academic Press
- Richard Cornes, The Theory of Externalities, Public Goods, and Club Goods, 1996, Cambridge University Press
*) "Ganti Presiden" karya Hasan Bisri BFC