Rabu, 26 Juni 2024

Ocehan Seruni (3)

“Dalam pertunjukan Wayang Kulit, para wayang memunculkan bayangan pada layar yang disebut kelir, yang dilihat oleh penonton. Wayang itu sendiri mewakili raga atau tubuh fisik, sedangkan bayangannya melambangkan jiwa atau esensi spiritual. Ini menonjolkan kepercayaan akan dualitas keberadaan, dimana dunia material (wayang) hanyalah sekedar bayangan atau refleksi dari realitas spiritual (bayangan di layar). Hal ini menekankan pentingnya pencerahan batin dan spiritual di atas penampilan fisik dan alam spiritual (cerita dan ritual). Sang dalang berperan sebagai penyalur, menghubungkan kedua alam tersebut selama pertunjukan. Dalang mengendalikan keseluruhan pertunjukan, menggerakkan wayang dan menyuarakan tokoh-tokohnya dipandang sebagai metafora bagi pencipta ilahi atau kekuatan takdir, yang membimbing kehidupan dan tindakan individu. Hal ini mencerminkan kepercayaan pada kekuatan yang lebih tinggi, yang mengatur peristiwa-peristiwa di alam semesta dan gagasan bahwa kehidupan adalah pertunjukan di alam semesta tahap keberadaan.
Ki Dalang kita lalu menuturkan, 'Semar, tokoh punakawan terfavorit, dikenal dengan kecerdasan dan kearifannya. Dalam salah satu cerita, Semar terpeleset kulit pisang dan terjatuh. Alih-alih marah, ia malah tertawa dan berkata, 'Tuh kaan, kulit pisang aja, ada takdirnya!'
'Ya, apa pun bisa terjadi!' kata Ki Dalang sambil mengetuk-ngetukkan cempalanya pada kotak wayang sehingga menimbulkan bunyi berirama.”

“Seperti halnya Wayang yang menyimpan simbolisme dan alegori, infrastruktur yang baik dapat diibaratkan seperti tulang-punggung peradaban, memberikan dukungan penting yang memungkinkan seluruh fungsi masyarakat berjalan dengan lancar dan efisien. Sistem saraf inilah yang mentransmisikan sinyal pertumbuhan dan perkembangan ke seluruh penjuru dunia. negara, memastikan setiap wilayah dan sektor berfungsi secara harmonis dan cepat tanggap terhadap peluang dan tantangan,” lanjut Seruni sambil melihat gambar Jembatan San Fransisco.
"Infrastruktur yang baik berperan seperti sistem peredaran darah perekonomian, yang secara efisien memompa sumber kehidupan perdagangan dan konektivitas melalui arteri dan vena jalan raya, kereta api, dan jaringan. Garis kehidupan inilah yang menopang dan memelihara pembangunan, memastikan bahwa sumber daya, barang, dan jasa mengalir dengan bebas dan menjangkau setiap penjuru negara.

Infrastruktur yang baik bagaikan landasan dimana bangunan kemajuan dibangun, menyajikan landasan yang stabil dan bertahan lama, yang mendukung pembangunan berkelanjutan. Ia berfungsi sebagai pilar yang menopang struktur kemajuan, menopang beban kegiatan ekonomi dan pembangunan sosial. Infrastruktur yang baik berperan sebagai katalis bagi inovasi, menyediakan kerangka kerja yang memungkinkan teknologi dan ide-ide baru berkembang dan diterapkan secara efektif. Negara merupakan kekuatan yang mendorong pertumbuhan ekonomi, menyediakan energi dan momentum yang dibutuhkan agar mendorong sebuah bangsa maju ke tingkat kesuksesan dan prestasi baru.
Infrastruktur yang baik laksana jalan raya yang terpelihara dengan baik, yang mengarah langsung pada kemakmuran, mengurangi waktu dan biaya perjalanan, serta membuka jalan baru bagi pertumbuhan dan peluang. Ia bertindak sebagai jembatan yang menjembatani kesenjangan antara wilayah dan komunitas, memfasilitasi pertukaran ide, barang, dan jasa, serta mendorong persatuan dan kemajuan yang lebih besar. Infrastruktur yang baik berperan sebagai perisai yang memberikan stabilitas dan ketahanan, melindungi masyarakat dari gangguan dan ketidakpastian bencana alam dan fluktuasi ekonomi. Ia berfungsi sebagai jangkar yang menjaga kapal rakyat tetap stabil dan aman, memastikan bahwa bahkan di masa-masa penuh gejolak, terdapat landasan yang kokoh dan dapat diandalkan untuk bersandar.

Infrastruktur yang baik ibarat kanvas kosong yang menampung impian dan cita-cita suatu bangsa, memberikan latar belakang masa depan yang dilukis dengan guratan-guratan yang luas dan penuh semangat. Hal ini bertindak sebagai batu loncatan yang memungkinkan individu dan komunitas untuk menyeberangi sungai tantangan dan mencapai tepi kesuksesan dan kemakmuran.
Infrastruktur yang baik ibarat tanah subur yang menumbuhkan benih-benih pembangunan, memungkinkan benih-benih tersebut berakar dan berkembang menjadi perekonomian yang kuat dan berkembang. Ia bertindak sebagai tukang kebun yang rajin, dengan hati-hati merawat ladang peluang dan memastikan bahwa buah kemajuan dan kemakmuran dipanen dalam jumlah besar.

Infrastruktur yang baik seumpama konduktor orkestra, yang memastikan bahwa setiap instrumen, mulai dari jalan raya, kereta api, hingga jaringan listrik, bermain dalam harmoni yang sempurna untuk mengkreasikan simfoni pembangunan yang efisien dan terkoordinasi. Ia berfungsi sebagai penenun yang menjalin benang-benang masyarakat, membangun permadani yang kohesif dan terpadu, yang meningkatkan konektivitas dan menumbuhkan tujuan bersama.
Infrastruktur yang baik dimisalkan sebagai mercusuar yang menerangi jalan menuju masa depan yang berkelanjutan dan berketahanan, menuntun bangsa dengan kemantapan dan kehandalannya. Ia bertindak sebagai penjaga yang melestarikan warisan kemajuan dan memastikan bahwa manfaat pembangunan dilindungi dan diwariskan kepada generasi mendatang.

Infrastruktur Indonesia telah lama menjadi isu penting, yang berdampak pada pembangunan ekonomi, keadilan sosial, dan kualitas hidup secara keseluruhan. Kendati terdapat banyak upaya meningkatkan infrastruktur, sejumlah kegagalan dan tantangan terus menghambat kemajuan.
Meskipun belakangan terjadi peningkatan, investasi Indonesia di bidang infrastruktur secara historis masih belum mencukupi. Alokasi anggaran yang terbatas membatasi kemampuan mengembangkan dan memelihara infrastruktur penting. Terdapat kesenjangan yang berarti antara pendanaan infrastruktur yang dibutuhkan dan anggaran aktual yang tersedia. Kekurangan ini menghambat proyek dan pemeliharaan skala besar.
Meskipun pemerintah berupaya melibatkan sektor swasta melalui Kemitraan Pemerintah-Swasta, hambatan peraturan, dan risiko investasi kerap menghalangi investor swasta. Proyek-proyek infrastruktur acapkali menghadapi ketidakkonsistenan pendanaan, yang menyebabkan penundaan dan proyek tak terselesaikan.

Proyek infrastruktur kerap mengabaikan kelestarian lingkungan, sehingga menimbulkan permasalahan seperti penggundulan hutan, polusi, dan perusakan habitat. Kurangnya penekanan pada perancangan infrastruktur yang berkelanjutan dan tahan terhadap perubahan iklim dan tekanan lingkungan lainnya.
Pembangunan infrastruktur sangat terkonsentrasi di daerah perkotaan besar seperti di Pulau Jawa, sehingga daerah pedesaan dan terpencil kurang terlayani. Konsentrasi ini memperburuk kesenjangan regional dan membatasi peluang ekonomi di daerah-daerah yang kurang berkembang.
Korupsi menyebabkan kesalahan alokasi sumber daya, membengkaknya biaya proyek, dan kualitas konstruksi di bawah standar. Hal ini melemahkan efektivitas investasi infrastruktur. Kurangnya transparansi dalam penawaran dan pelaksanaan proyek memunculkan peluang terjadinya korupsi dan inefisiensi.

Kota-kota besar mengalami kemacetan lalu lintas yang parah karena jaringan jalan yang tak memadai dan kurangnya pilihan transportasi umum. Banyak jalan, terutama di daerah pedesaan, berada dalam kondisi buruk karena kurangnya pemeliharaan dan praktik konstruksi yang di bawah standar.
Sistem transportasi umum terbatas dalam jangkauan dan kapasitas, sehingga tak sanggup memenuhi kebutuhan populasi perkotaan yang terus bertambah. Permasalahan seperti infrastruktur yang ketinggalan jaman, manajemen yang buruk, dan kurangnya investasi menghambat efektivitas transportasi umum.

Meskipun terdapat kemajuan, banyak daerah masih mengalami kekurangan listrik dan pasokan listrik yang tak dapat diandalkan, sehingga berdampak pada dunia usaha dan rumah tangga. Ketergantungan yang besar pada batu bara dan bahan bakar fosil lainnya bagi pembangkit listrik, menimbulkan tantangan terhadap keberlanjutan dan lingkungan. Pengembangan energi terbarukan menghadapi tantangan kebijakan dan peraturan yang berarti. Kurangnya investasi pada infrastruktur energi terbarukan membatasi kemampuan negara beralih ke sumber energi yang lebih ramah lingkungan.
Banyak daerah, terutama di daerah pedesaan, kesulitan mendapatkan akses terhadap air minum yang bersih dan aman karena infrastruktur yang tak memadai dan pengelolaan yang buruk. Sumber air seringkali tercemar akibat kegiatan industri, pengelolaan limbah yang tak memadai, dan kurangnya fasilitas sanitasi yang layak. Sebagian besar penduduk tak punya akses terhadap fasilitas sanitasi yang memadai, sehingga menyebabkan masalah kesehatan masyarakat dan pencemaran lingkungan. Kesenjangan dalam infrastruktur pengolahan limbah dan air limbah memperburuk polusi air dan risiko kesehatan.
Ada kesenjangan digital yang mencolok antara wilayah perkotaan dan pedesaan, dimana wilayah pedesaan memiliki akses terbatas terhadap internet berkecepatan tinggi dan layanan digital. Kurangnya investasi pada infrastruktur digital di daerah terpencil membatasi peluang ekonomi dan akses terhadap informasi. Kualitas layanan telekomunikasi acapkali tak konsisten, seringnya terjadi gangguan dan terbatasnya jangkauan di wilayah tertentu. Ada kebutuhan akan investasi berkelanjutan dalam peningkatan teknologi guna mengimbangi meningkatnya permintaan dan kemajuan teknologi.
Kegagalan infrastruktur di Indonesia mempunyai banyak aspek, termasuk permasalahan inefisiensi, korupsi, perencanaan yang tak memadai, kesenjangan regional, tantangan pemeliharaan, dan permasalahan keberlanjutan.

Pembangunan proyek infrastruktur seperti jalan tol, kereta api kecepatan tinggi, dan bandara di Indonesia menghadapi berbagai tantangan dan kegagalan. Kegagalan ini acapkali disebabkan oleh kombinasi masalah finansial, administratif, dan teknis serta munculnya isu tentang perampasan lahan milik warga negara.

Jalan tol di Indonesia ibarat papan Monopoli yang dirancang oleh anak berusia tiga tahun, dimana setiap properti berlubang dan setiap kartu peluang bertuliskan, 'Kembali ke Start.' Beberapa jalan tol dikritik karena kualitas konstruksinya yang buruk, sehingga cepat rusak dan sering memerlukan perawatan. Pembangunan jalan tol terkadang menimbulkan kerusakan lingkungan, termasuk penggundulan hutan dan gangguan habitat, sehingga menimbulkan kekhawatiran di kalangan kelompok lingkungan hidup. Contohnya Tol Jakarta-Cikampek. Jalan tol ini menghadapi kemacetan dan tantangan operasional yang berarti, sebagian disebabkan oleh urbanisasi yang pesat dan perencanaan kapasitas yang tak memadai.
Jalan Tol Trans-Jawa. Meskipun merupakan pencapaian infrastruktur yang besar, beberapa ruas jalan tol Trans-Jawa mengalami penundaan konstruksi, pembengkakan biaya, dan sengketa pembebasan lahan.

Proyek kereta api cepat Jakarta-Bandung, yang merupakan kolaborasi unggulan dengan China, menghadapi tantangan finansial yang serius, termasuk pembengkakan biaya yang menggelembung dari perkiraan awal sebesar $6 miliar menjadi lebih dari $7,2 miliar. Pembangunan kereta api berkecepatan tinggi telah menimbulkan kekhawatiran mengenai dampaknya terhadap ekosistem lokal, termasuk penggundulan hutan dan gangguan sumber air.
Kereta berkecepatan tinggi ini ibarat petualangan Alice di Negeri Ajaib, alih-alih bertemu karakter bertingkah aneh, engkau malah terjebak dalam lubang birokrasi dan pembengkakan biaya. Proyek ini menjanjikan kereta cepat, namun tak berjalan mulus, lantaran satu-satunya hal yang bergerak cepat yalah menggelumbungnya biaya dan keuangan negara harus dipertaruhkan. Kereta berkecepatan tinggi ini laksana 'the emperor’s new clothes', sebuah visi besar yang dipuji semua orang, tetapi ketika engkau melihat lebih dekat, dirimu tersadar bahwa itu hanyalah rel telanjang tanpa ada yang berjalan tepat waktu.

Banyak proyek bandara, termasuk perluasan dan pembangunan baru, mengalami penundaan karena kendala birokrasi, kekurangan dana, dan tantangan teknis. Pembengkakan anggaran sering terjadi, kerap disebabkan oleh perencanaan proyek yang buruk, kesalahan pengelolaan, dan perubahan ruang lingkup proyek. Meskipun ada perluasan, banyak bandara mengalami kelebihan kapasitas, yang menyebabkan kemacetan, waktu tunggu yang lama, dan penurunan kualitas layanan. Praktek pemeliharaan yang tak memadai telah menyebabkan kerusakan fasilitas dengan cepat, sehingga mempengaruhi efisiensi operasional dan pengalaman penumpang.
Beberapa bandara dibangun dengan material dan teknik konstruksi di bawah standar, sehingga menimbulkan masalah seperti kebocoran, kelemahan struktural, dan seringnya perbaikan. Banyak bandara yang kekurangan fasilitas dan infrastruktur untuk menangani peningkatan volume penumpang, sehingga berdampak pada kemampuan bandara dalam memberikan pengalaman perjalanan berkualitas tinggi.
Contoh: Bandara Internasional Kertajati. Terletak di Jawa Barat, Kertajati kesulitan menarik maskapai dan penumpang, sehingga menyebabkan kurangnya pemanfaatan dan kerugian finansial. Permasalahan seperti buruknya konektivitas dan terbatasnya infrastruktur telah menambah tantangan-tantangan ini.

Bila engkau membayangkan semua proyek-proyek infrastruktur ini sebagai armada kapal, yang masing-masing dengan bangga diluncurkan bersama sebotol sampanye, namun bocor dan mulai tenggelam sebelum mencapai laut lepas, ia laksana 'kapal Proyek Negara yang karam'.
Kita masih lanjut dengan isu-isu tentang Indonesia, biidznillah."

Lalu Seruni membacakan puisi,

Di hamparan luas nusantara,
Dimana harta berubah dan hutang nambah,
Riwayat fiskal menjadi sebuah cerita,
Ciloko! Hutangnya ganduh dan imbuh,
Laksana bambu menembus embun pagi.
'Duh Rupiah, kemanakah dikau pergi?'
Senandung sang menteri, bersusah-hati.
Kutipan & Rujukan:
- Gregory K. Ingram & Karin L. Brandt (Eds.), Infrastructure and Land Policies, 2013, Lincoln Institute
- Alberto Asquer, Regulation of Infrastructure and Utilities: Public Policy and Management Issues, 2018, Palgrave
- JamieS. Davidson, Indonesia's Changing Political Economy, 2015, Cambridge University Press