Rabu, 19 Juni 2024

Cerita dari Pohon Kenanga (31)

“Seorang anak perempuan bertanya kepada ayahnya, 'Pa, pertanyaan apa yang gak pernah bisa dijawab dengan 'Ya'?'
Mikir bentar, sang ramanda tak menemukan idenya, 'Papa gak tahu sayang!'
'Kamu udah tidur?' jawab putri tercintanya. Lalu, keduanya pun tertawa ngakak”

“Dakwah ibarat taman yang tumbuh subur, penuh dengan kesemarakan puspa cantik nan beragam, yang mewakili keindahan dan keragaman ajaran Islam. Dakwah layaknya merawat taman yang mekar sempurna, dimana setiap ajaran Islam merupakan kembang yang unik dan harum, yang menyemangati. keindahan secara keseluruhan.
Dakwah Islam membangun jembatan pemahaman antar budaya dan komunitas, menyatukan masyarakat dalam pencarian bersama akan ilmu dan perdamaian. Ia menghubungkan para insan dari latarbelakang dan keyakinan yang berbeda, memupuk pemahaman dan persatuan. Dakwah membuka jalan menuju perdamaian, menuntun individu menuju kehidupan yang harmonis dan terpenuhi melalui ajaran Islam. Ia merupakan jalan damai menuju ketenteraman, baik di dunia maupun di akhirat.
Dakwah merupakan mata-air hikmah, mengalirkan wawasan dan bimbingan yang tiada habisnya bagi mereka yang haus akan kejelasan spiritual dan moral. Ia terus mengucur dengan kebestarian dan wawasan, memberi nutrisi kepada mereka yang hendak belajar dan berkembang.
Dakwah merupakan perjalanan menuju cahaya, membimbing setiap langkah dengan kearifan dan menerangi jalan menuju pemenuhan spiritual. Sebagai sebuah perjalanan, individu bergeser dari ketidaktahuan atau ketidakpastian menuju cahaya keimanan dan kejelasan. Dakwah berfungsi sebagai mercusuar cahaya, menerangi jalan menuju kebenaran dan membimbing jiwa menuju keabsahan abadi Islam. Ia menuntun para insan keluar dari kegelapan menuju cahaya kesahihan dan rekognisi. Ia melambangkan pencerahan dan asa. Dakwah juga dapat diibaratkan lilin yang menyalakan lilin-lilin lainnya, melambangkan penyebaran ilmu dan keimanan tanpa mengurangi sumbernya. Setiap dakwah ibarat lilin yang menyalakan lilin lainnya, menyebarkan cahaya Islam ke qalbu yang baru tanpa pernah kehilangan nyalanya sendiri. Dakwah juga diumpamakan dengan sebuah bintang, yang membimbing para musafir melewati ketaksaan, memberi arah dan tujuan. Ibarat bintang penuntun yang mengerahkan jalan sepanjang gelap, Dakwah memberikan arah yang jelas menuju kebangkitan spiritual dan hakikat,' ucap Kenanga seusai menunaikan Tawaf Wada, memanjatkan doa di Multazam—tempat atau jarak antara sudut Hajar Aswad dan pintu Ka’bah—bagi kemanusiaan, “Duhai Allah, tambahkanlah bagi kami, keberkahan ilmu dan pemahaman, tunjukkan kepada kami kebenaran sebagai kebenaran dan anugerahkanlah kami kemampuan mengikutinya,” lalu bersiap-siap meninggalkan Mekkah menuju Kota Cahaya, Al-Madinah al-Munawwarah.

“Dakwah merupakan kewajiban komunal yang melibatkan lelaki dan perempuan. Ia menyoroti peran eksklusif yang dapat dimainkan kaum perempuan dalam Dakwah, khususnya dalam lingkungan keluarga dan masyarakat. Ia dapat mengadvokasi pemberdayaan perempuan melalui pendidikan dan pengetahuan, memungkinkan mereka berpartisipasi secara efektif dalam kegiatan dakwah dan menyebarkan pesan Islam.
Dakwah yang efektif bergantung pada pemahaman audiens dan penyesuaian pesan yang tepat. Hal ini menekankan prinsip non-paksaan dalam beragama, memastikan bahwa dakwah menghormati kebebasan individu untuk memilih dan tak memaksa mereka menerima Islam. Ia juga mendorong kita agar memperlakukan mereka yang diundang, dengan rasa-hormat dan sabar, menyadari bahwa memahami dan menerima Islam merupakan sebuah proses yang mungkin perlu waktu.

Ada hikmah yang besar dalam Al-Qur'an dimana Allah berfirman, 'Dan Kami tak mengutus seorang rasul pun, kecuali dengan bahasa kaumnya, agar ia dapat memberi penjelasan kepada mereka ....' Secara umum, orang yang paling baik diajak bicara ialah seseorang yang berlatarbelakang yang sama dengan mereka. Sebagai orang awam, kita hendaklah mengetahui keterbatasan kita. Di negara tertentu, meskipun berdakwah kepada siapa pun, hal yang baik, namun sebagian orang hanya akan merasa nyaman mendengarkan hal-hal tertentu dari seseorang yang berlatarbelakang yang sama. Seseorang dari Filipina atau seseorang yang pernah mengunjungi Filipina dan berpengetahuan mendalam tentang budaya mereka dapat menjadikan pembicaraan lebih efektif dan relevan bagi audiens Filipina dengan memberikan contoh lokal. Demikian pula, seseorang dari Inggris, Jerman, dll. kemungkinan besar akan memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap orang Inggris dan Jerman. Dampaknya mungkin jauh lebih besar ketimbang orang asing yang berilmu luas. Akan lebih baik bila mengajak seorang Muslim revert dari Amerika agar memberikan ceramah tertentu di Amerika.
Mengenal budaya dan membangun relasi menjadi penting mendapatkan seseorang yang berlatarbelakang sama dengan orang yang diseru. Agar membangun hubungan dengan seseorang, dikau hendaknya berlatarbelakang yang sama. Boleh jadi, dikau tak berasal dari budaya yang sama, tetapi dirimu dapat berbicara dalam bahasa mereka atau bekerja di profesi yang sama. Kearifan menjadi nyata ketika engkau dapat menghubungkan pengetahuanmu dengan kefasihan berbicara serta kemampuanmu membangun hubungan. Inilah Hikmah yang hakiki.

Berbicara dengan seorang lulusan universitas berbeda dengan berbicara dengan seorang buruh biasa. Banyak hal bagi lulusan universitas yang biasanya tak dipahami oleh rata-rata pekerja. Gagasan yang rumit dan konsep filosofis seperti trinitas, serta perbedaan dalam naskah Bible tak cocok didiskusikan dengan orang yang berpendidikan terbatas. Contoh sempurnanya Dzulqarnain yang disebutkan dalam Surah al-Kahfi. Ia melakukan perjalanan ke tiga kelompok orang. Pada sekelompok bangsa yang kuat, menurut para ulama, ia menaklukkan dan membuat pernyataan yang sangat jelas mengenai mereka. Ia berkata, 'Aku akan menghukum siapa pun yang berbuat kejam dan zalim, dan aku akan memberikan ganjaran kepada siapa pun yang beriman dan mengerjakan amal shalih.' Ia berbicara kepada mereka dengan cara yang tepat dan memberi hukum, lantaran mereka bangsa yang beradab dan masyarakat yang kuat. Namun dikala ia pergi ke belahan dunia lain, ia berjumpa dengan sekelompok orang yang tak dapat memahami apa yang diucapkannya, dan ia hampir tak memahami apa yang mereka katakan; sekelompok orang yang sama sekali berbeda. Akankah ia menyuruh mereka beriman atau menghukumnya? Tidak. Ia memperhatikant bahwa orang-orang ini orang-orang yang lemah. Sebagian ulama berpendapat bahwa mereka malas, sebab tak mau membangun tembok agar mencegah Ya’juj dan Ma’juj dan mereka meminta Dzulqarnain melakukannya. Boleh jadi, mereka itu kaum materialistis sebab menawarkan uang kepada Dzulqarnain. Atau barangkali, mereka tak mengetahui metode konstruksi yang canggih dan tak dididik sesuai dengan peradaban besar. Mereka terbiasa membayar orang lain melakukan pekerjaan mereka. Maka, apa yang ia lakukan terhadap mereka? Ia berkata kepada mereka bahwa ia tak menginginkan uang mereka. Sebaliknya, ia mengajak mereka membantunya melakukan pekerjaan itu. Bukan karena ia membutuhkan bantuan mereka sebab ia sendiri bersama pasukannya, melainkan lantaran ia hendak mendidik mereka tentang kerjakeras. Ia ingin mengajari mereka tentang apa artinya membela diri. Lalu, ia memperlakukan mereka dengan cara yang berbeda dibanding dengan yang dia lakukan terhadap kaum sebelumnya. Karenanya, dikau seyogyanya melihat tingkat pendidikan dan pemahaman orang yang dikau ajak bicara dan memperlakukan mereka dengan tepat.
Persoalan berikutnya yang seyogyanya kita cermati ialah prasangka dan kesalahpahaman mereka yang diseru. Jangankan dalam berdakwah terhadap kaum non-Muslim, terkadang dalam ber-Islah pun, kita masih menemukan prasangka atau kesalahpaham dalam masyarakat Islam. Tentu saja, hal ini hanya dapat ditentukan jika kita membiarkan mereka mengungkapkan pemikirannya, dan jika kita mendengarkan terlebih dahulu, sebelum berupaya menyampaikan kepada mereka. Begitu kita mendengar sebuah kesalahpahaman, kita hendaknya memutuskan akankah menghabiskan banyak waktu mencoba memperbaiki kesalahpahaman tersebut atau memilih taktik lain, atau topik lain.

Perlu kita ingat juga bahwa pendekatan kepada orang lain dapat pula dengan cara penyampaian kita. Kita hendaknya memutuskan bagaimana kita akan mengkomunikasikan pesan kita. Akankah kita menggunakan pendekatan emosional? Kendati argumen emosional sebaiknya dihindari lantaran cenderung mengaburkan permasalahan dan fakta, tapi terkadang di waktu dan tempat tertentu, bisa menjadi alternatif metode terbaik.
Bila memungkinkan, alat bantu visual seyogyanya digunakan dalam menyampaikan pesan sebab membantu menyampaikan pesan. Orang sekarang sangat berorientasi pada visual. YouTube dan media sosial lainnya, video, komputer, dll telah menjadi media komunikasi paling populer. Oleh karenanya, penggunaan presentasi sangat membantu dalam menyampaikan pesan kepada khalayak masa kini.

Semua orang suka mendengar informasi yang disampaikan dalam bentuk cerita. Pikiran manusia tampak rileks dan nyaman dalam lingkungan psikologis yang dibangun oleh cerita. Karenanya, cerita-cerita dari para penyair dan pendongeng masa lalu hingga penulis fiksi masa kini, sangat dijunjung tinggi oleh masyarakat di seluruh dunia. Seringkali, kritik sosial mendapatkan khalayak luas melalui media cerita. Misalnya, dalam David Copperfield, Charles Dickens mengkritik pedas eksploitasi anak-anak oleh masyarakat Victoria; demikian pula, pada novel '1984', George Orwell mengomentari campurtangan negara dalam kehidupan warga negaranya. Atau film thriller teknologi Amerika tahun 2017 'The Circle' yang disutradarai oleh James Ponsoldt, dibintangi Emma Watson dan Tom Hanks, mengkritik kehidupan sosial. Film fiksi ilmiah distopia ini, mengeksplorasi tema pengawasan kapitalisme, pengaruh media sosial, dan hilangnya privasi di dunia yang sangat terhubung. Film ini mengkaji bagaimana teknologi dan media sosial dapat membentuk dan mengendalikan perilaku manusia, menyoroti aspek-aspek gelap dari kehidupan kita yang semakin digital.
Warita tentang manusia dan peradaban masa lalu sangat menarik karena merepresentasi misteri bagi masyarakat masa kini. Oleh karenanya, Al-Qur'an dan Sunnah, dalam banyak hal, menggunakan format kisah nyata (qissah) guna menyampaikan pesannya kepada umat manusia dengan cara yang amat menarik. Namun perlu dicatat bahwa kendati banyak cerita populer dikarang oleh penulisnya, kisah-kisah Al-Quran dan Hadits seluruhnya benar. Semuanya tak dibuat-buat oleh Allah dan Rasul-Nya (ﷺ) guna menyampaikan pesan-Nya, melainkan merupakan teladan sejarah yang sebenarnya dari pesan tersebut.

Figurative speech atau majas, kata-kata kiasan yang umumnya merupakan metode komunikasi lebih menyentuh dan efektif ketimbang perintah langsung dan penjelasan rinci. Alat linguistik inilah yang digunakan para penulis dan pembicara membangun komunikasi yang lebih jelas, menarik, dan efektif dengan menyimpang dari makna kata yang sebenarnya. Ia mencakup berbagai teknik yang menyertakan ekspresi kreatif dan imajinatif. Berbeda dengan bahasa literal, yang maknanya persis seperti yang diucapkan, kata kiasan menggunakan kata atau frasa sedemikian rupa sehingga menyampaikan makna di luar definisi biasanya. Majas kerap memberikan gambaran yang jelas di benak pembaca atau pendengar, membantu menyampaikan ide, emosi, atau suasana yang kompleks dengan cara yang lebih berhubungan atau mencolok.
Ada beberapa jenis kata kiasan yang umum, semisal perbandingan menggunakan 'sebagai' atau 'bagaikan' (simile); perbandingan langsung tanpa menggunakan 'seperti' atau 'sebagai' (metafora); menghubungkan karakteristik manusia dengan entitas non-manusia (personifikasi); menggunakan simbol-simbol untuk menandakan gagasan-gagasan dan kualitas-kualitas dengan memberikan makna-makna simbolis yang berbeda dari makna harafiahnya (simbolisme); dan masih banyak lagi. Majas penting guna meningkatkan kreativitas. Ia memungkinkan para penulis dan pembicara mengekspresikan ide-ide dengan cara yang kreatif dan menarik, yang beresonansi pada tingkat emosional dan intelektual. Ia dapat pula menyaring konsep-konsep yang kompleks atau abstrak menjadi terma yang lebih mudah dipahami dan berkaitan. Ia dapat meningkatkan daya ingat karena bahasa kreatif lebih mungkin diingat dan berdampak jangka panjang pada audiensnya. Dengan memanfaatkan imajinasi dan emosi pembaca atau pendengar, majas membuat komunikasi lebih menarik. Majas merupakan aspek mendasar dalam sastra, puisi, retorika, dan komunikasi sehari-hari, yang meningkatkan efektivitas dan daya tarik estetika bahasa.

Dalam berbagai konteks untuk mengkritik, menghibur, dan memancing pemikiran, dikau bisa menggunakan Satire [baca: sa-ti-re atau satair, bukan satir. Satir adalah makluk bertanduk dan berkaki-kuda]. Alat ampuh ini untuk komentar sosial dan dapat diterapkan dalam sastra, seni, media, dan percakapan sehari-hari. Satire acapkali memasukkan kata kiasan sebagai salah satu teknik utamanya. Satire merupakan genre sastra atau cara berekspresi yang menggunakan humor, ironi, agregasi, atau ejekan untuk mengkritik atau mengungkap kelemahan individu, masyarakat, institusi, atau ideologi. Penggunaan majas dalam satire meningkatkan dampaknya dengan membuat kritik menjadi lebih jelas, menarik, dan menggugah pikiran. 'Animal Farm' karya George Orwell, menggunakan alegori (suatu bentuk metafora yang diperluas) untuk menyindir Revolusi Rusia dan rezim totaliter berikutnya. 'The Adventures of Huckleberry Finn' karya Mark Twain, menggunakan ironi dan satire mengkritik kemunafikan dan rasisme masyarakat.

Kapan kita menggunakan Satire? Dalam komentar sosial dan politik, Satire digunakan menyoroti dan mengkritik isu-isu sosial, politik, dan budaya. Satire sering digunakan dalam kartun editorial, kolom politik, acara TV, dan media sosial untuk mengkritik kebijakan pemerintah, politisi, norma masyarakat, dan peristiwa terkini. Guna mengungkap kelemahan, kemunafikan, atau korupsi dalam institusi dan penguasa, karya satire dapat ditujukan kepada pemerintah, perusahaan, dan entitas kekuasaan lainnya guna meminta pertanggungjawaban mereka. Dalam mengatasi kesenjangan dan ketidakadilan sosial, Satire digunakan menarik perhatian dan mengkritik kesenjangan sosial, prasangka, dan ketidakadilan. Satire dapat menyoroti isu-isu seperti rasisme, seksisme, klasisme, dan bentuk diskriminasi lainnya. Untuk mengkaji dan mengkritik norma, tren, dan perilaku budaya, Satire dapat menargetkan segala hal mulai dari mode dan hiburan hingga media sosial dan konsumerisme. Untuk mencela kelemahan, kedunguan, atau amoralitas manusia, Satire dapat ditujukan pada berbagai perilaku manusia, mulai dari keserakahan dan kesombongan hingga ketidaktahuan dan kemunafikan. Untuk mendorong perubahan dengan menyoroti perlunya reformasi di berbagai aspek masyarakat, karya satire dapat berpengaruh dalam memicu diskusi dan mendorong reformasi sosial atau politik. Untuk menghibur audiens sekaligus menyampaikan perspektif atau pengetahuan kritis, konten satire sering ditemukan dalam komedi, media hiburan, dan sastra, yang menghibur sekaligus memberi informasi. Untuk menyadarkan masyarakat akan isu-isu penting dan mendorong mereka agar berpikir kritis, Satire dapat menjadi cara yang efektif menyajikan isu-isu penting dengan cara yang menggugah dan melibatkan pikiran.
Satire efektif karena melibatkan audiens dengan menggabungkan humor dengan konten serius, sehingga lebih menarik perhatian dan memancing pemikiran. Ia membuat isu-isu kompleks lebih mudah diakses dan dipahami melalui humor dan skenario yang relevan. Satire merongrong ekspektasi dan norma, menantang audiens agar mempertanyakan dan merenungkan status quo. Dengan menghadirkan isu-isu dalam sudut pandang humor, satire dapat berdampak yang bertahan lama, membuat kritik menjadi lebih berkesan dan berpengaruh. Ia membuka dialog dan diskusi, mendorong masyarakat berpikir kritis tentang isu-isu sosial dan mempertanyakan otoritas. Satire merupakan alat serbaguna dan ampuh yang digunakan dalam berbagai konteks untuk mengkritik, menghibur, dan memprovokasi pemikiran tentang isu-isu penting kemasyarakatan. Efektivitasnya terletak pada kemampuannya menggabungkan humor dengan kritik, membuat komentar serius menjadi lebih menarik dan berdampak.
Umumnya, teknik satire jarang digunakan dalam dakwah, melainkan dalam konsep 'amar makruf nahi mungkar'. Dakwah dan 'amar makruf nahi mungkar' termasuk dalam kegiatan jihad. Kegiatan tersebut bermakna mengajak seluruh umat manusia agar berbuat baik dan menjauhi keburukan yang dilarang Allah, sehingga manusia dapat memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.

Dakwah merupakan pohon ilmu yang akarnya tertanam dalam Hikmah Ilahi, dan cabang-cabangnya memberikan buah-buah manis pencerahan kepada semua orang. Dakwah, pohon yang menghasilkan buah-buah wawasan, setiap ajaran Islam merupakan buah bergizi yang bermanfaat bagi semua orang. Di tengah badai ketidakpastian kehidupan, Dakwah tegak-berdiri sebagai tempat bernaung, menawarkan perlindungan dan ketenangan dari tantangan serta kebimbangan hidup, menyediakan pelabuhan yang aman dan kenyamanan melalui hikmah Islam.
Dakwah diumpamakan seperti balsem yang menyejukkan, menyembuhkan luka batin dan memberikan kenyamanan bagi jiwa yang kesusahan. Laksana balsem penyembuhan, Dakwah menenangkan luka keraguan dan keputusasaan, menawarkan kenyamanan dan kedamaian yang ditemukan dalam pelukan iman. Dakwah menabur benih dengan saksama ke dalam hati manusia, yang akan menghasilkan panen amal shalih dan pertumbuhan spiritual yang berlimpah. Dakwah menabur dan menuai panen, dimana benih keimanan dan ilmu yang tertanam melalui Dakwah, menghasilkan panen amal-shalih yang melimpah.
Dakwah ibarat aliran lembut yang mengalir dengan rahmat dan kasih-sayang, menjangkau untuk menyehatkan dan mengangkat orang-orang yang disentuhnya. Aliran dakwah mengalir dengan rahmat, membawa kehidupan dan pembaharuan pada qalbu yang disentuhnya dengan pesan cinta dan kasih-sayang. Melalui Dakwah, kita menenun permadani keimanan, setiap benang berkontribusi pada ekspresi ketaqwaan dan keyakinan yang bahari dan beragam. Kita dapat melihat Dakwah sebagai tenunan permadani yang indah, dimana perjalanan dan pemahaman masing-masing individu tentang Islam, menambah desain yang rumit dan penuh warna. Dakwah seyogyanya menonjolkan keindahan, kasih-sayang, dan kecendekiaan yang melekat dalam aksi mengajak orang lain mendalami dan pulang kembali ke Islam. Wallahu a'lam."

Pintu Haramain Express telah ditutup, Kenanga berkata, "Aku rasa, perbincangan yang panjang ini, kita cukupkan sampai di sini. Dan bestieku 'Seruni' akan menyertaimu dalam dialog berikutnya, Insya Allah."
Dan saat Haramain Express mulai bergerak, Kenanga bersenandung,

One day, I'm gonna fly away
[Suatu hari, ku kan terbang tinggi]
One day when heaven calls my name
[Kelak dikala nirwana menyeru namaku]
I lay down, I close my eyes at night
[Ku berbaring, ku pejamkan mataku di malam hari]
I can see mornin' light *)
[Ku dapat melihat cahaya pagi]
Kutipan & Rujukan:
- Dr. Abu Ameenah Bilal Philips, Dawah Training Course, 2014, Amazon
- Jamal Malik & Itzchak Weismann (Eds.), Culture of Daʿwah: Islamic Preaching in the Modern World, 2020, The University of Utah Press
- Fouad Moughrabi, Islamic Da'wah in the West, The International Journal for the Psychology of Religion, 2009, Routledge
- Shaykh Muhammad Al-'Abdah, On Contemporary Da'wah, 1998, Eden Books
- Sam Glucksberg, Understanding Figurative Language: From Metaphors to Idioms, 2001, Oxford University Press
- Mark Forsyth, The Elements of Eloquence: How to Turn the Perfect English Phrase, 2013, Icon Books
- Dustin Griffin, Satire: A Critical Reintroduction, 1994, The University Press of Kentucky
- Jessica Milner Davis, Satire and Politics: The Interplay of Heritage and Practice, 2017, Palgrave
*) "One Day" karya Robert Uhlmann, Alex Labaf & Johan Bejerholm