"'Yah, emang kecoa itu, enak dimakan?' tanya seorang bocah kepada ayahnya saat mereka sedang makan malam.Sang ayah menjawab, 'Huss, jangan ngomong gitu sewaktu makan, gak ilok!'Sang anak lalu diam dan seusai makan, sang ayah bertanya, 'Sekarang kamu mau nanya apa nak?''Oh, enggak Yah,' kata sang bocah, 'tadinya, ada kecoa dipiring sup ayah, tapi, sekarang kan udah abis.'""Kebenaran merefleksikan realitas sebagaimana adanya, membantu kita melihat diri kita dan dunia dengan lebih jelas. Kebenaran bertindak sebagai cermin, memaksa kita memandang pantulan kita. Kebenaran itu bak cermin sebening kristal, memantulkan realitas tanpa distorsi atau bias, memungkinkan kita manyaksikan segala sesuatu seperti apa adanya. Kebenaran berfungsi sebagai mercusuar yang tak tergoyahkan, yang membimbing kita melewati ketidakpastian dan tantangan hidup, bagaikan mercusuar yang berdiri tegak dan kokoh, menuntun kapal-kapal hingga selamat ke pantai di tengah gulita dan badai. Kebenaran menerangi jalan di hadapan kita, mengungkap bentangan lintasan dan membantu kita menghindari rintangan dan jebakan. Kebenaran berfungsi sebagai realitas mendasar yang tak berubah di bawah lapisan persepsi dan keyakinan seperti batuan dasar yang membentuk basis yang kokoh di bawah lapisan tanah dan sedimen. Kebenaran itu laksana langit cerah, awan dan kabut yang resik, menyajikan visibilitas dan kejelasan tanpa halangan. Kebenaran menawarkan titik referensi yang konstan dan dapat diandalkan guna mengambil keputusan dan memahami dunia, serupa dengan bagaimana Bintang Utara memberikan titik tetap navigasi bagi para musafir.Kebenaran itu seumpama air murni, jernih dan menyegarkan, penting menopang kehidupan dan memuaskan dahaga kita akan ilmu dan pemahaman. Kebenaran itu ibarat buku yang terbuka, mudah diakses dan transparan, tiada yang disembunyikan atau dikaburkan, memungkinkan semua orang membaca dan memahami isinya. Kebenaran berfungsi semisal kompas, memberikan arahan dan membantu kita tetap berada pada jalur, bahkan disaat arah ke depan tak menentu atau sulit. Kebenaran itu kekuatan penuntun yang menggandeng kita keluar dari keadaan sulit atau membingungkan. Tepat ketika semuanya tampak hilang, kebenaran muncul bagai cahaya di ujung terowongan, menunjukkan latisan terbuka,” berkata Kenanga sembari memperhatikan sepasang pakaian haji. Pakaian ihram berwarna putih dimaksudkan agar semua orang tampil sama, menandakan bahwa dihadapan Allah, tiada perbedaan antara seorang pangeran dan seorang gelandangan. Ihram juga turut menumbuhkan rasa persatuan diantara para jamaah haji manakala berada di kota Mekkah, bahwa mereka semua, saudara dan saudari yang bersatu, beribadah kepada Allah."Rajab adalah bulan ketujuh dalam kalender Islam. Dari kata kerja bahasa Arab, rajaba berarti 'menghormati', yang bisa juga bermakna 'kagum atau takut'. Bulan ini dipandang sebagai salah satu bulan suci dimana peperangan terlarang pada masa Rasulullah (ﷺ).Bulan berikutnya adalah Sya'ban, salah satu bulan mulia dimana kita temukan beberapa petunjuk khusus dalam sunnah Rasulullah (ﷺ). Beliau (ﷺ) kerap berpuasa di hampir sepanjang bulan bulan Sya'ban. Puasa ini tak wajib bagi beliau (ﷺ), namun Sya'ban merupakan bulan tepat sebelum datangnya bulan Ramadhan. Oleh sebab itu, beberapa langkah persiapan disarankan Rasulullah (ﷺ) melalui tuntunan lisan dan terapan beliau (ﷺ).Ramadhan merupakan bulan kesembilan dalam kalender Islam dan bulan dimana Al-Quran diwahyukan. Ramadhan berasal dari kata bahasa Arab, ramaḍān, yang secara harfiah berarti 'bulan panas', dari ramad, yang bermakna 'kering'. Namun, Ramadhan tak terikat pada musim tertentu. Ia merupakan bulan yang paling utama sepanjang tahun. Musim berkah ilahi. Bulan penyucian, yang ditujukan bagi perbaikan tahunan kualitas spiritual batin kita. Kesempatan emas bagi setiap Muslim agar memperkokoh Imannya, menjernihkan qalbu dan jiwanya, serta menghilangkan akibat buruk dosa-dosa yang dilakukannya.Syawal adalah bulan kesepuluh dalam kalender lunar Islam. Pada hari pertama bulan ini, dimulainya perayaan Buka Puasa Idul Fitri', pertanda berakhirnya puasa dan berakhirnya Ramadhan. Berasal dari kata kerja bahasa Arab, shāla, yang artinya 'mengangkat atau membawa', umumnya membawa atau memindahkan sesuatu dari satu tempat ke tempat lain. Syawal adalah bulan pertama dari tiga bulan yang diberi nama 'Asyhur al-hajj' yaitu bulan-bulan haji. Meski ibadah haji besar biasanya dilakukan pada sepuluh hari pertama bulan Zulhijjah, namun seluruh periode mulai dari tanggal 1 Syawal sampai dengan tanggal 10 Zulhijjah dianggap sebagai periode haji, sebab beberapa ibadah haji dapat dilakukan kapan saja pada periode ini, misalnya Tawaf-ul-qudum yang dilanjutkan dengan Sa'i, tak dapat dilakukan sebelum Syawal, tetapi dapat dilakukan setiap hari setelah awal Syawal.Dzulqaidah merupakan bulan kesebelas dalam kalender Islam. Salah satu dari empat bulan suci dalam Islam yang melarang peperangan dimasa Rasulullah (ﷺ). Tak ada aturan khusus yang ditentukan bagi bulan ini, kecuali orang yang menunaikan haji wajib mengikuti aturan haji.Bulan Dzulhijjah merupakan bulan terakhir dalam penanggalan Islam. Bermakna 'bulan haji', karena merupakan salah satu dari empat bulan suci yang melarang perang, bulan dimana haji berlangsung serta Idul Adha, 'Hari Raya Kurban'. Nama bulan ini menunjukkan bahwa ibadah haji tahunan yang besar dilakukan di bulan ini, dan oleh karenanya, bulan ini bermakna yang khas dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya dalam setahun. Hadits menyebutkan, 'Puasa pada hari-hari ini sama dengan puasa satu tahun penuh, dan ibadah satu malam pada periode ini sama dengan ibadah pada 'Lailatul Qadr', termasuk dalam golongan da'if (isnad atau rantai penyampaiannya lemah) menurut Ibnu Taimiyah, Ibnu Hajar, Ibnu Rajab, dan al-Albani (semoga Allah merahmati mereka).Salah satu fungsi penanggalan Islam adalah sebagai sarana penyampaian dakwah. Tujuannya untuk meluruskan pemahaman-pemahaman yang keliru di masa jahiliah dalam penerapan penanggalan mereka, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an, ‘Sesungguhnya pengunduran (bulan haram) itu hanya menambah kekufuran. Orang-orang yang kufur disesatkan dengan (pengunduran) itu, mereka menghalalkannya suatu tahun dan mengharamkannya pada suatu tahun yang lain agar mereka dapat menyesuaikan dengan bilangan yang diharamkan Allah, sehingga mereka menghalalkan apa yang diharamkan Allah. (Oleh setan) telah dijadikan terasa indah bagi mereka perbuatan-perbuatan buruk mereka itu. Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang kafir.' [QS. At-Taubah (9):37]Contoh, terdapat keyakinan yang keliru dilekatkan pada bulan Dzulqaidah oleh orang-orang jahil. Mereka mengatakan bulan ini bukanlah bulan yang penuh berkah, karenanya pernikahan tak boleh diadakan atau dilangsungkan di bulan ini. Menurut mereka, pernikahan yang dilangsungkan pada bulan ini, bakalan tak berhasil, malah bisa membawa malapetaka bagi pasangannya. Keyakinan ini tak berdasar. Seorang Muslim hendaklah tak boleh mengikuti hasrat takhayul seperti itu. Bulan tersebut merupakan salah satu bulan yang disucikan, sebagaimana telah disebutkan sebelumnya.Tujuan dari bulan-bulan suci atau bulan-bulan yang tak dapat diganggu gugat termasuk Dzulqaidah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab, empat bulan dalam kalender Islam dimana perang dianggap terlarang kecuali sebagai respons terhadap agresi, agar memungkinkan para jemaah haji, berangkat ke tempat ibadah dan kembali ke rumah dengan selamat.Dalam perspektif Islam, dakwah bermakna ‘menyeru pada Kebenaran’, atau lebih spesifik lagi, ‘seruan kepada Allah’, karena Allah-lah Yang Maha Benar, Al-Haqq, dan menyeru selain Dia adalah kebatilan. Dengan kata lain, dakwah bertujuan mendekatkan manusia kepada Pencipta dan Pemeliharanya. Menyerukan manusia kepada Allah berarti menyampaikan pada mereka bahwa satu-satunya cara hidup yang benar bagi mereka di muka bumi ini ialah menjadi orang yang beriman kepada Allah. Menyampaikan kabar gembira dan memberi peringatan berarti mendorong menuju kebaikan dan memperingatkan terhadap kemaksiatan.Terma bahasa Arab 'da'wah' berasal dari kata kerja 'da'aa' yang bermakna 'memanggil; mengundang; dan berdoa'. Digunakan merujuk pada tindakan menyampaikan atau mengajak orang kepada pesan Islam. Dalam konteks ini, kontraksi dari frasa ad-da’wah ilallaah (menyeru kepada Allah).Menyeru manusia kepada Allah berarti memperingatkan manusia akan akibat buruk dari kehidupan yang bersifat egosentris, dan oleh karenanya, mengajaknya menjalani kehidupan yang berorientasi pada Tuhan. Sumber ilmu mengenai risalah ilahi yang terotentik dan dapat diandalkan tentang kedua jenis kehidupan tersebut, telah dilanggengkan bagi kita dalam bentuk Al-Qur'an. Menyerukan manusia kepada Allah merupakan murni urusan dunia lain. Artinya, ia merupakan aksi menyeru manusia kepada Allah. Dimulai dengan idiom spiritual dan keagamaan, dan berlanjut dalam idiom dan gaya yang sama hingga selesai.Tujuan kerja dakwah ialah membangunkan jiwa dari tidurnya. Menuntun orang yang tersasar kembali ke jalan yang benar menuju Allah. Hal ini bermanfaat agar membangkitkan wawasan manusia sehingga ia mulai dapat melihat kilasan Allah dalam tanda-tanda alam semesta yang luas. Yaitu menyingkapkan Sang Pencipta dalam cermin ciptaan-Nya. Kerja dakwah berbeda dengan kerja kemasyarakatan. Keduanya mempunyai arti penting. Di banyak negara, umat Islam melakukan kerja kemasyarakatan dalam skala besar. Bidang yang mereka geluti antara lain bidang pendidikan, ekonomi, permasalahan kemasyarakatan, perdebatan komunal, bantuan kemanusiaan, kesejahteraan sosial, pencarian solusi atas permasalahan yang mereka hadapi, dan lain-lain. Kegiatan seperti ini disebut dengan kerja kemasyarakatan. Yang dimaksud dengan kerja dakwah ialah seperti yang diistilahkan dalam Al-Quran ‘dakwah ilallah’ atau menyeru manusia kepada Allah dan ‘menjadi saksi manusia’. Kerja dakwah memperoleh arti pentingnya dari sudut pandang pembangunan mental seseorang, yakni akhirat.Dakwah itu kewajiban bagi orang beriman. Yang dimaksud dengan dakwah adalah menyampaikan risalah Allah kepada orang-orang yang masih belum mengetahuinya. Perlu dijelaskan di sini bahwa pekerjaan yang dilakukan seorang Muslim atau dakwah di kalangan umat Islam, bukanlah dakwah, melainkan Islah. 'Islah' menganjurkan kemajuan moral melalui reformasi berdasarkan standar dasar Al-Qur'an dan Sunnah, serta ditandai dengan sikap mem'bypass' karya-karya hukum klasik dan lebih memilih literatur dari generasi awal Muslim. Istilah lainnya, Tajdid, yaitu proses pemulihan pemahaman Islam yang dirusak oleh pemahaman yang keliru atau memperhatikan aspek Fikih, Iman, dan Amal dengan metode baru yang serasi. Namun, jenis pekerjaan ini, juga bersifat keilahian, kendati bukan pekerjaan dakwah. Dalam dakwah, kita menyerukan tentang Allah kepada mereka yang masih belum mengetahui rencana penciptaan Allah; mereka yang masih menjalani kehidupan tanpa tujuan.Seorang da'i—orang yang mengajak manusia kepada Allah—hendaknya menjalankan tugas dakwahnya, yaitu menyampaikan kepada manusia bahwa cita-cita yang dicarinya, tak lain Allah dan Surga-Nya. Semata Allah yang kuasa memampukannya menemukan cita-citanya dan ini dapat terwujudkan hanya dengan menemukan Allah. Seorang da'i beradvokasi pada kebenaran, bukan perwakilan sekelompok orang. Seorang cendekiawan ialah orang yang diberi ilmu oleh Allah dan bisa menjadi da'i, dapat pula tidak. Seorang muslim semestinya menjadi da'i yang mengajak masyarakat memahami Islam. Seorang da'i yang baik, biasanya membutuhkan ilmu tentang banyak aspek dan agama. Oleh sebab itu, wajib bagi seorang muslim mencari ilmu, selain ‘niat yang baik’. Seorang da'i hendaknya menjangkau setiap individu. Ia membuka tabir dari setiap mata. Seorang da'i ibarat mercusuar yang tegak di tepi jalan sebagai pemandu ilahi bagi kafilah umat manusia yang sedang mengembara.Menurut Al-Qur'an, setelah beriman kepada Allah, dalam kehidupan praktis, manusia wajib mengerjakan dua tugas. Yang satu, ketaatan kepada Allah, dan yang lain, 'menolong Allah'. Ketaatan kepada Allah bemakna ketaatan manusia terhadap semua perintah yang diberikan Allah melalui wahyu-Nya kepada Rasulullah (ﷺ), dan menahan diri dari segala perbuatan yang dilarang oleh Allah dalam Kitab-Nya atau melalui Rasul-Nya (ﷺ).'Menolong Allah' bermakna 'berusaha di jalan-Nya'. Ini merupakan kehormatan luar biasa yang hanya diberikan kepada orang beriman sejati. Ajaran yang sama disebutkan dalam Al-Qur'an sebagai dakwah ilallah, atau menyeru manusia kepada Allah. Karena inilah tugas yang dipandang dikehendaki oleh Allah dan dilakukan oleh hamba-hamba Allah, itulah mengapa disebut 'menolong Allah'. Artinya menyerahkan diri sepenuh hati pada misi dakwah Ilahi. Maksudnya, menyatukan diri sepenuh hati dengan rencana Allah, baik perkataan maupun perbuatan sehingga umat manusia tak perlu lagi mencari-cari alasan sewaktu ditanya Allah pada hari penghakiman.Dakwah merupakan misi atau perutusan dasar para nabi Allah. Mereka dibesarkan di tengah-tengah umatnya masing-masing agar mengajak beribadah semata kepada Allah dan meninggalkan penyembahan terhadap aneka berhala yang mereka buat sendiri. Kata-kata terbaik yang dapat diucapkan oleh setiap manusia ialah kata-kata petunjuk yang mengajak manusia pada tujuan penciptaannya atau jawaban atas pertanyaan 'mengapa kita di sini?': beribadah kepada Allah. Oleh sebab itu, pahala dalam berdakwah pastilah teramat besar.Pilar atau landasan dakwah terdiri dari tiga unsur yaitu: seruannya, penyerunya, dan yang diseru. Masing-masing punya karakteristik, prasyarat, dan tujuan tertentu. Agar memenuhi tanggungjawab dakwah secara efektif, persyaratan setiap pilar hendaknya dipenuhi secara menyeluruh. Dakwah Islam yang dimaksud dengan Al-Qur’an dan Sunnah seyogyanya berdasarkan pemahaman generasi awal umat Islam yang shalih. Seruan Tauhid hendaknya merujuk pada keesaan Allah yang unik sehubungan dengan ketuhanan dan kedaulatan-Nya atas ciptaan-Nya, nama-nama dan sifat-sifat-Nya serta hak-Nya disembah tanpa ada sekutu dan tiada yang lain. Keyakinan terhadap Tauhid ini, hendaknya juga terwujud dalam hubungan manusia dengan Allah, dalam interaksi sosial antar sesama, dan dalam hubungan dengan dunia dimana seseorang hidup beserta makhluk-makhluk lain di dunia, yang tunduk pada-Nya. Karenanya, apa pun topik dakwahnya, baik itu hijab, terorisme, poligami, dan lain-lain, upaya penyadaran seyogyanya dilakukan agar mengalihkannya ke topik yang mengarah ke Tauhid, sebab hanyalah dengan penerimaan Tauhid, yang akan memberikan kesuksesan bagi orang yang terpanggil, dalam kehidupan ini dan di akhirat kelak. Singkatnya, seruannya adalah Tauhid.Lalu, bagaimana dengan karakteristik penyerunya atau sang da'i? Individu yang telah menerima tugas menyeru kepada Allah hendaknya berkarakteristik tertentu agar dapat menyampaikan pesan secara efektif. Sifat utama yang seyogyanya oleh seorang da’i atau penyeru ialah ilmu, yang merupakan syarat keimanan. Seseorang hendaklah berpengetahuan yang baik tentang apa yang dapat mengundang orang lain. Jika seorang penyeru tak tahu apa-apa, pesannya akan tampak lemah dan tak mampu bertahan jika dicermati. Hal ini bukan berarti bahwa dakwah harus mengetahui seluruh Islam sebelum menyeru atau mengundang orang lain. Namun, ini bermakna bahwa ia seyogyanya berpengetahuan yang jelas tentang bidang Islam apa pun, yang akan ia ajak orang lain menuju kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, perintah Rasulullah (ﷺ) bila mengajak orang lain ialah bahwa dakwahnya Islamnya, didasarkan pada ilmu.Penting bagi seorang da'i bersikap lembut dalam menyampaikan pesannya, sebab kekerasan dapat dengan mudah membuat orang enggan mendengarkan kebenaran.Dalam menyebarkan pesan Islam, sang penyeru atau da'i hendaknya menyesuaikan diri dengan keadaan dan menggunakan materi yang paling tepat. Hal ini memerlukan 'Hikmah'. Sebagian ulama tafsir menjelaskan bahwa 'Hikmah' mengacu pada Al-Qur'an dan Sunnah, oleh kebijakan yang terkandung didalamnya, serta petunjuk menuju kebenaran dan kebahagiaan. Berkaitan dengan hikmah ini, Syaikh bin Baaz berkata, ‘Bagian dari hikmah itu, memperjelas makna dan penjelasannya dengan cara yang efektif. Penyerunya melakukan ini dalam bahasa orang yang diserunya sehingga ia dapat memahami pesannya. Da’i terus melakukan hal ini sampai yang diseru sudah tiada keraguan lagi dalam pikirannya, dan kebenarannya, yang mungkin tersembunyi karena kurangnya penjelasan, atau dakwah yang persuasif dalam bahasanya. [...] Jika ada kebutuhan akan teguran agama, maka sang da'i hendaknya berdakwah dengan menyebutkan ayat-ayat dan hadits-hadits yang sesuai, yang berkonsentrasi pada anjuran dan peringatan. Qalbu orang yang dipanggil kemudian akan terbangun dan tertarik pada kebenaran'.Ciri lain dari seorang penyeru adalah kesabaran. Kebanyakan orang yang masuk Islam melakukannya setelah perjalanan mencari iman. Akibatnya, hanya sedikit yang memulai pencariannya dan mengakhirinya dengan orang yang sama. Pernyataan iman diberikan setelah banyak perhentian di jalan. Seseorang mungkin memulai orang tersebut dan banyak yang membantu dalam perjalanannya dan orang lain membantu orang tersebut yang akhirnya menyatakan keyakinannya. Oleh karenanya, tanggungjawab dakwah semata menyampaikan risalah dan bukan meletakkan keimanan ke dalam qalbu orang.Moralitas atau Etika juga penting agar dimiliki oleh sang penyeru. Islam menekankan pentingnya karakter moral yang baik. Islam mengajarkan manusia bagaimana menjalani kehidupan yang benar secara moral dengan menunjukkan cara hidup yang benar. Muslim mana pun yang menunjukkan perilaku buruk seperti mengumpat atau berbohong, dianggap orang munafik yang menyamar menjadi seorang Muslim atau seorang Muslim yang sangat lemah. Iman tak dapat dipisahkan dari perbuatan. Tentulah ada prinsip moral yang mendasari seluruh ajaran Islam. Islam mencakup seluruh aspek keberadaan manusia; spiritual, sosial dan ekonomi. Konsekuensinya, dalam Islam terdapat jaringan prinsip-prinsip moral yang mengatur seluruh hubungan manusia dengan Allah, dengan manusia lain, serta dengan lingkungan dimana manusia berada. Contoh, dari perspektif Islam, menyembah selain Allah, dipandang salah secara moral dan bersifat buruk, sama seperti berbohong kepada orang lain atau membuang sampah sembarangan akan dianggap tak pantas secara moral. Karenanya, dapat dikatakan bahwa masing-masing rukun Islam dan Iman dirancang untuk mengembangkan serangkaian karakteristik moral tertentu. Tanpa memahami etika Islam dan tujuan spiritual dari rukun-rukun tersebut, maka rukun-rukun tersebut hanya akan menjadi ritual kosong yang tak dapat memberikan manfaat bagi siapa pun di kehidupan selanjutnya.Jadi, secara singkat, karakteristik seorang da’i ialah ilmu, keramahan atau kelembutan, hikmah, kesabaran dan akhlak atau etika.Lantas, bagaimana strategi dan metode yang ditujukan kepada yang diseru? Akan kita teruskan pada episode selanjutnya, biidznillah."
Kutipan & Rujukan:
- ’Abdul ’Azeez ibn ’Abdullaah ibn Baaz, Words of Advice Regarding Da'wah, 1998, Al-Hidaayah Publishing
- Naasirud-Deen Al-Albaanee, Tawheed First O' Callers to Islaam, 2004, Tarbiyyah Bookstore Publishing
- Mufti Muhammad Taqi Usmani, Islamic Months: Merits and Precepts, 2000, Idaratul Ma'arif
- Maulana Wahiduddin Khan, Dawah Made Simple, 2019, Goodword Books