“Seorang lelaki mengendarai sepeda dan membawa dua karung di pundaknya, dihentikan oleh seorang penjaga saat melintasi perbatasan.'Apa yang loe bawa di dalam karung itu?' tanya sang penjaga.'Pasir,' jawab sang pengendara sepeda.'Coba buka, gua pengen ngeliat apa isinya.'Sang penjaga mengosongkan karung-karung tersebut dan menemukan bahwa memang, cuma berisi pasir. Sang lelaki meletakkan kembali kedua karung itu di pundaknya, dan lanjut dengan melintasi perbatasan.Ini terjadi beberapa kali, setiap minggu, selama sebulan.Beberapa waktu kemudian, di kota, sang penjaga yang sama, bertemu dengan sang pengendara sepeda.'Bro, loe kemana aja?' tanya sang penjaga. 'Loe bikin gua kepo deh. Gua tahu, loe berniat nyelundupin barang kan? Kalo loe nyebutin nama barang yang loe bawa, gua nggak bakalan nuntut loe. Barang apaan sih itu?"Sang lelaki tersenyum dan berkata, 'Sepeda!'""Pada abad kedua puluh satu," sang Purnama melantas, "pasir menjadi lebih penting dari apa yang pernah ada sebelumnya, dan dengan cara yang melebihi dari apa yang pernah ada sebelumnya. Era saat ini, Era Digital, dimana pekerjaan yang kita kerjakan, hiburan yang kita gunakan buat menghibur diri, dan cara kita saling berkomunikasi, semakin ditentukan oleh Internet, dan komputer, tablet, serta ponsel yang menghubungkan kita dengannya. Semua ini, tak mungkin terjadi jika bukan karena pasir. Partikel silikon dioksida dengan kemurnian tinggi, merupakan bahan baku penting membuat chip komputer, kabel serat optik, dan perangkat keras berteknologi tinggi lainnya—komponen fisik yang menghidupkan dunia virtual. Kuantitas kuarsa yang digunakan produk ini, sangat kecil dibandingkan dengan pegunungan yang digunakan beton atau reklamasi lahan. Namun, dampaknya tak terukur.Selama sebagian besar abad ke-20, terdapat cukup banyak pertambangan pasir. Pertambangan dan pertanian, merupakan kegiatan manusia yang paling awal dan merupakan persyaratan mendasar dalam pengembangan masyarakat beradab. Asal usul pertambangan, berasal dari era evolusi manusia. Nenek moyang kita telah menggali batu-api dan mineral lainnya, pecahan batu, dll., untuk membuat senjata berburu, membentuk ukuran tertentu bahan yang dikumpulkan, dan menyelamatkan diri dari binatang buas. Sejak saat itu, ketergantungan manusia pada mineral dan bahan bangunan, meningkat seiring dengan perkembangan masyarakat selama berabad-abad. Sekarang, telah mencapai tahap dimana masyarakat tak dapat hidup tanpa produk pertambangan dan penggalian, dan permintaannya akan terus tumbuh di masa depan.Di masa lampau, sektor pertambangan, paling tak peduli dengan dampak lingkungan dari ekstraksi sumber daya. Saat ini, skenario telah berubah dengan sangat berarti, lantaran para pemangku kepentingan yang bersangkutan, mulai lebih mementingkan dampak lingkungan dari kegiatan ekstraksi sumber daya. Perubahan sikap ini, pada gilirannya, membawa peraturan yang ketat pada kegiatan penambangan dan penggalian seluruh sumber daya alam. Banyak negara telah mengeluarkan kebijakan dan undang-undang untuk mengurangi dampak pertambangan pada berbagai komponen lingkungan dari sistem biologis. Perencanaan pengembangan, eksplorasi, dan konservasi pertambangan merupakan tiga isu penting yang perlu dibenahi untuk pengelolaan sektor pertambangan yang lebih baik di satu sisi dan konservasi mineral di sisi lain.Selama ratusan tahun, pasir dan kerikil digunakan sebagai bahan agregat untuk pembangunan jalan, gedung, dan pekerjaan sipil lainnya. Akibatnya, permintaan pasir, juga meningkat secara eksponensial seiring dengan perluasan infrastruktur transportasi dan konstruksi.Terlepas dari kenyataan bahwa pasir dapat diperbarui dalam periode waktu geologis, pasir dianggap sebagai sumber daya yang tak dapat diperbaharui, lantaran regenerasinya sedikit dalam tahun kalender manusia. Karena sumber daya pasir dan kerikil diekstraksi dengan mudah dari sumber inchannel atau dekat saluran, orang sangat bergantung pada sumber pasir sungai dibanding dengan sumber agregat lainnya. Hal ini telah banyak mengubah sistem sungai dan kanal hidraulik selain pengurangan produktivitas di dalam kanal dan area dekat kanal.Di belahan dunia lain, dampak penambang pasir di pantai lebih jelas. Pencuriannya sangat aktif. Para pencuri di Jamaika, nyolong pasir putih setinggi 1.300 kaki dari salah satu pantai terbaik di pulau itu, pada tahun 2008. Penjarahan pasir pantai skala kecil sedang berlangsung di Maroko, Aljazair, Rusia, dan banyak tempat lain di seluruh dunia. Di Florida, Prancis selatan, dan banyak tempat liburan lainnya, pantai menyusut oleh bentuk campur tangan manusia.Kerusakan yang terjadi pada pantai hanyalah salah satu segi, dan bahkan bukan yang paling berbahaya, dari kerusakan yang ditimbulkan oleh penambangan pasir di seluruh dunia.Penambang pasir telah benar-benar melenyapkan, setidaknya, dua lusin pulau di Indonesia sejak tahun 2005. Diangkut muatan kapal demi muatan kapal, sedimen yang membentuk pulau-pulau tersebut, sebagian besar berakhir di Singapura, yang membutuhkan pasir dalam jumlah besar untuk melanjutkan program penambahan wilayah secara artifisial dengan mereklamasi lahan dari laut. Negara-kota ini, telah menciptakan lima puluh mil persegi ekstra dalam empat puluh tahun terakhir dan masih menambahkan lebih banyak lagi, menjadikannya, sejauh ini, importir pasir terbesar di dunia. Permintaan tersebut telah menggunduli pantai dan dasar sungai di negara-negara tetangga sedemikian rupa, sehingga Indonesia [namun sayang, baru-baru ini dicabut demi pembangunan Menara Gading], Malaysia, Vietnam, dan Kamboja, semuanya membatasi atau sepenuhnya melarang ekspor pasir ke Singapura.'Belilah lahan,' kata-kata masyhur dari Mark Twain, 'mereka tak membuatnya lagi.' Sindiran cerdas, namun sepenuhnya keliru. Apa mau dikata, Belanda, telah membangun lahan buatan, sebagian besar di bawah permukaan laut, sejak abad kesebelas, membendung lahan basah dan mengeringkannya. Peter Stuyvesant, gubernur pertama dari apa yang kemudian disebut Manhattan, mulai memperluas pulau itu pada tahun 1646, sebagian besar dengan bumi tergusur oleh pembangunan gedung dan kanal. Pasir, bahan yang paling sering digunakan untuk membuat lahan baru. Pasir yang dikeruk dari bawah air membangun bentangan panjang tepi danau Chicago, serta sebagian besar Marseilles, Hong Kong, dan Mumbai. Pada tahun 1850-an, pengembang mengisi area dangkal Teluk San Francisco dengan pasir yang diambil dari puncak bukit terdekat untuk menciptakan apa yang sekarang menjadi Distrik Keuangan kota. Di tempat lain di Amerika Serikat, pasir telah digunakan membuat pulau buatan dari nol, termasuk Pulau Harta Karun San Francisco, Pulau Balboa California Selatan, dan Pulau Pelabuhan Seattle.Perkotaan menarik jutaan lebih banyak orang setiap tahun, dan yang paling menarik beberapa kota pelabuhan: Delapan dari sepuluh kota terbesar di dunia, terletak di lautan. Setengah dari populasi dunia, tinggal dalam jarak enam puluh dua mil dari garis pantai. Kota-kota ini, membutuhkan ruang guna menampung semua orang, belum lagi, pabrik, pelabuhan, dan tempat lain, tempat orang-orang itu bekerja. Banyak kota besar tepi pantai, dari Tokyo hingga Lagos, sudah padat, namun dikelilingi oleh pegunungan, sungai, atau gurun, sehingga sulit diperluas lebih jauh ke pedalaman.Pasir, ternyata, tak cuma bisa membuat beton dan kaca untuk bangunan yang menaungi orang-orang itu, melainkan pula, lahan tempat bangunan itu berdiri. Mulai tahun 1970-an, kemajuan teknologi membuat lebih mudah dan lebih murah menciptakan lebih banyak lahan. Kapal pengerukan yang lebih besar dilengkapi dengan pompa yang sangat kuat, hadir di pasaran, mampu mengangkut pasir laut dari kedalaman yang lebih dalam dan mengirimkannya dalam jumlah yang lebih besar dengan akurasi yang lebih tinggi ke tempat yang telah ditentukan. Pada tahun 2017, kapal keruk terbesar yang beroperasi, punya panjang lebih dari 700 kaki; berdiri tegak, ia akan melampaui gedung apartemen enam puluh lantai. Ia membawa pipa yang bisa menarik pasir dari 500 kaki di bawah permukaan air.Pasir di bawah air, juga tak aman. Penambang pasir semakin beralih ke dasar laut, menyedot jutaan ton dengan kapal keruk, seukuran kapal induk. Sepertiga dari semua agregat yang digunakan dalam konstruksi di London dan Inggris Selatan, berasal dari bawah perairan lepas pantai Inggris. Jepang sangat bergantung pada pasir laut, menarik sekitar 40 juta meter kubik dari dasar laut setiap tahun. Itu cukup mengisi Houston Astrodome tiga puluh tiga kali.Mengangkut seluruh butiran-butiran dari dasar laut, mancabik-cabik habitat makhluk dan organisme yang tinggal di dasar laut. Sedimen yang bergejolak mengaburkan air, mencekik ikan dan menghalangi sinar matahari yang menopang vegetasi bawah air. Kapal pengerukan membuang bitiran-butiran, yang terlalu kecil bila digunakan, yang selanjutnya menciptakan gumpalan debu yang terbawa air, yang dapat mempengaruhi kehidupan akuatik yang jauh dari lokasi aslinya.Pengerukan pasir laut, telah pula merusak terumbu karang di Florida dan banyak tempat lainnya, dan mengancam hutan mangrove yang penting, padang lamun, dan spesies yang terancam punah seperti lumba-lumba air tawar dan Royal Turtle. Satu putaran pengerukan, mungkin tak berarti, tapi efek kumulatif dari beberapa pengerukan, bisa substansial. Penambangan pasir laut skala besar, masih cukup baru, sehingga belum banyak penelitian tentangnya, artinya, tak ada yang tahu pasti apa dampak lingkungan jangka panjangnya. Namun, kita bakalan mengetahuinya di tahun-tahun mendatang, mengingat betapa cepat praktik ini berkembang.Penambangan pasir merusak pula lahan dan penghidupan yang jauh dari pesisir mana pun. Ledakan fracking di Amerika Serikat telah menciptakan rasa lapar yang luar biasa akan apa yang dikenal sebagai 'pasir frac'. Fracking merupakan metode yang sangat kontroversial guna mengekstraksi minyak dan gas dari formasi batuan serpih dengan memecahkan—yakni, fracturing—batu bawah tanah dengan meledakkannya dengan campuran air bertekanan tinggi, bahan kimia, dan jenis tertentu dari butiran-butiran pasir bulat yang keras. Terjadilah endapan besar pasir semacam itu di Minnesota dan Wisconsin. Hasil: fracking rush di North Dakota telah memicu frac sand rush di Upper Midwest. Ribuan hektar ladang dan hutan telah digunduli, sehingga para penambang bisa mendapatkan butiran-butiran langka itu.Pengerukan pasir dari dasar sungai, seperti dari dasar laut, dapat menghancurkan habitat dan air berlumpur hingga tingkat yang mematikan bagi semua yang hidup di air. Pejabat Kenya menutup semua tambang pasir sungai di satu provinsi barat pada tahun 2013, lantaran kerusakan lingkungan yang ditimbulkannya. Di Sri Lanka, ekstraksi pasir telah menyebabkan beberapa dasar sungai sangat rendah sehingga air laut masuk ke dalamnya, merusak pasokan air minum. Mahkamah Agung India memperingatkan pada tahun 2011 bahwa 'laju penambangan pasir tak terbatas yang mengkhawatirkan' telah mengganggu ekosistem riparian di seluruh negeri, dengan konsekuensi fatal bagi ikan dan organisme air lainnya, serta 'bencana' bagi banyak spesies burung.Di Vietnam, para peneliti dari the World Wildlife Federation, meyakini bahwa penambangan pasir di Sungai Mekong, merupakan alasan utama Delta Mekong seluas 15.000 mil persegi—rumah bagi 20 juta orang dan sumber setengah dari seluruh makanan negara dan sebagian besar beras yang memberi makan sisa Asia Tenggara—secara bertahap menghilang. Lautan menyalip, setara dengan satu setengah lapangan sepak bola di wilayah penting ini setiap hari. Ribuan hektar sawah telah hilang, dan setidaknya 1.200 keluarga harus dipindahkan dari rumah pesisir mereka. Semua ini, sebagian disebabkan oleh kenaikan permukaan air laut yang disebabkan oleh perubahan iklim, dan sebagian lagi oleh campur tangan manusia secara langsung. Selama berabad-abad, delta tersebut telah diisi ulang oleh sedimen yang dibawa dari pegunungan Asia Tengah oleh Sungai Mekong. Namun dalam beberapa tahun terakhir, di masing-masing dari beberapa negara di sepanjang jalurnya, para penambang telah mulai menarik pasir dalam jumlah besar dari dasar sungai, digunakan dalam pembangunan kota-kota bergelombang di Asia Tenggara.Ekstraksi pasir dari sungai, juga telah menyebabkan kerusakan infrastruktur senilai jutaan dolar di seluruh dunia. Sedimen yang diaduk menyumpal peralatan pasokan air, dan seluruh lahan yang dipindahkan dari tepi sungai membuat fondasi jembatan terbuka dan tak tertopang. Sebuah studi tahun 1998 menemukan bahwa setiap ton agregat yang ditambang dari Sungai San Benito di pantai tengah California menyebabkan kerusakan infrastruktur sebesar $11 juta—biaya yang ditanggung oleh pembayar pajak.35 Di banyak negara, penambang pasir telah menggali begitu banyak lahan sehingga mereka mengekspos fondasi jembatan dan bangunan lereng bukit, menjadikannya berisiko runtuh.Penambangan pasir dapat pula secara langsung merugikan manusia dan komunitasnya. Penambang yang tak terlindungi, mati ketika dinding lubang pasir runtuh menimpa mereka. Nelayan dari Kamboja hingga Sierra Leone, kehilangan mata pencaharian karena penambangan pasir menghancurkan populasi ikan dan makhluk air lainnya yang mereka andalkan. Di beberapa tempat, pertambangan menjadikan bantaran sungai jebol, menyita lahan pertanian dan menyebabkan banjir yang membuat seluruh keluarga mengungsi. Di Vietnam pada tahun 2017 saja, amat banyak tanah yang longsor ke sungai-sungai yang ditambang, membawa serta hasil panen dan rumah ratusan keluarga, sehingga pemerintah menutup sepenuhnya pengambilan pasir di dua provinsi.Bahkan di saat penambangan pasir telah usai, lanskap rusak yang mereka tinggalkan, bisa sangat berbahaya. Di Sri Lanka dan India, penambangan pasir telah menghancurkan habitat buaya, menggiring satwa tersebut lebih dekat ke tepi sungai, tempat mereka membunuh setidaknya, setengah lusin orang.Menanggapi semua perusakan ini, pemerintah di seluruh dunia telah mencoba, dengan berbagai tingkat komitmen, mengatur penambangan pasir dan membatasi tempat dan cara melakukannya. Hal itu pada gilirannya, telah melahirkan pasar gelap pasir yang sedang booming di seluruh dunia.Penambangan pasir ilegal menyebar sangat luas. Di satu sisi, termasuk bisnis yang sah, yang melampaui batas izin mereka. Di sisi ekstrim lainnya, sekaligus menjadi kriminal, dari maling kecil hingga geng terorganisir, yang bersedia membunuh demi melindungi bisnis pasirnya. Seperti pasar gelap uang besar lainnya, pasir menghasilkan pula kekejaman. Orang-orang ditembak, ditikam, dipukuli, disiksa, dan dipenjarakan karena penambangan pasir di negara-negara di seluruh dunia—beberapa karena berupaya menghentikan kerusakan lingkungan, beberapa dalam pergelutan untuk menguasai lahan, dan beberapa terjebak dalam baku tembak. Di Kamboja, polisi memenjarakan aktivis lingkungan yang menaiki kapal keruk untuk memprotes penambangan ilegal. Di Ghana, pasukan keamanan menembaki para pendemo terhadap penambang pasir lokal. Di China, selusin anggota geng penambang pasir di penjara pada tahun 2015, setelah berlaga dengan pisau di depan kantor polisi. Di Indonesia, pada tahun 2016, seorang aktivis dipukuli hingga koma, dan seorang lainnya disiksa dan ditikam sampai mati, oleh para penambang pasir yang mereka coba hentikan. Di Kenya, setidaknya sembilan orang tewas—termasuk seorang polisi yang dibacok sampai mati dengan parang—dalam perkelahian antara petani dan penambang pasir.Lantas, apa yang mesti dilakukan?Peraturan pemerintah yang lebih ketat, dapat mencegah, atau setidaknya mengurangi, banyak kerugian yang disebabkan oleh penambangan pasir. Mereka melakukannya di sebagian besar negara maju. Namun, sebagian besar pembatasan penambangan pasir relatif baru.Para aktivis, juga bisa membuat perbedaan besar. Warga yang dirugikan, yang tinggal di dekat tambang yang ada atau yang diusulkan, melakukan lobi agar membuatnya lebih kecil, lebih tenang, lebih bersih, dan lebih aman—atau menjauhkannya sama sekali dari halaman belakang. Namun, kita semua hendaklah menyadari bahwa ada harga yang harus dibayar demi melindungi lingkungan dan kepekaan estetika penduduk setempat.""Akhirnya," sang Purnama bermaksud menutup percakapan. "Sandman, sebagaimana yang didendangkan Metallica, telah meninabobokkan mimpi-mimpi kita, menjadikan kita membuang pasir demi sebuah Menara Gading. Memang sih, Menara Gading itu, ada momentumnya, tapi tunggu dulu. Untuk siapakah lonceng Menara Gading itu, didentamkan? Bagi rakyat semestakah? Atau, jangan-jangan, semata untuk memuaskan dahaga ambisi Tuan Polan? Bukankah lebih layak membangun Menara Air, yang mengalirkan ilmu ke seluruh bidang sawah yang menghasilkan literasi bagi seluruh rakyat, guna menuju masyarakat berkeadilan dan beradab, serta sebagai pemenuhan syarat masyarakat yang berdemokrasi? Wallahu a'lam."Air sungai mulai surut, pantulan cahaya sang Purnama mulai sirna di permukaannya. Ia pergi seraya melagukan Enter Sandman-nya Metallica,Exit light, enter night, take my hand![Tinggalkan cahaya, masuki senja, pegang tanganku!]We're off to Never-never Land! *)[Kita kemon ke Negeri Antah-berantah!]
Kutipan & Rujukan:
- Vince Beiser, The World in a Grain: The Story of Sand and How It Transformed Civilization, 2018, Riverhead Books- Pettijohn, Potter, Siever, Sand and Sandstone, 1972, Springer-Verlag
- D. Padmalal & K. Maya, Sand Mining: Environmental Impacts and Selected Case Studies, 2014, Springer
*) "Enter Sandman" karya Lars Ulrich, James Hetfield & Kirk Hammett