"Dokter, ane gak bisa tidur di malam hari."'Apa ente udah nyoba, ngebayangin domba yang banyak, trus ngitungin atu-atu, sampai ente tertidur?''Itu masalahnya, dok. Ane salah ngitung, padahal udah tiga jam, ane gak bisa nemu, salahnya dimanna," berkata sang Purnama di saat cahayanya berkilau, usai mengucapkan Basmalah dan menyapa dengan Salam."Dalam pergantian malam dan siang," kata sang Purnama, "kita akan melihat tanda-tanda. Tidakkah engkau merasakan bumi berputar pada porosnya? Namun, tanpa perputaran itu, kita akan mengalami siang, atau malam, yang terus menerus, atau jika kita berada di Venus, butuh 243 hari bumi, menunggu matahari terbenam. Venus berputar mundur dari arah orbitnya mengelilingi matahari. Rotasi Merkurius mengelilingi porosnya berlangsung 59 hari dan butuh 88 hari agar bergerak masuk orbitnya mengelilingi Matahari. Apapapun itu, semuanya mengalami perputaran. Sebagaimana bumi tanpa perputaran, kehidupan, seperti yang kita kenali, bakalan lenyap.Terlepas dari ekspresi ilmiah, para penyair dan penulis, mengungkapkan Siang dan Malam dengan cara yang berbeda, dan dari sudut pandang yang berbeda. Ambil satu, Margaret Gatty, seorang penggubah dan penulis Inggris, bertutur tentang siang dan malam dalam bentuk perumpamaan.Dahulu kala, sangat dulu sekali, tulis Gatty, ketika Siang dan Malam masih belia dan bebal, dan belum menemukan betapa pentingnya mereka berdua bagi kebahagiaan dan kesejahteraan, mereka saling berkejar-kejaran ke seluruh dunia, dalam keadaan saling menghina dan amarah; masing-masing mengira bahwa dirinya sendirilah yang berbuat baik, dan karenanya, yang lain, yang sama sekali tak seperti dirinya dalam segala hal, pastilah berbuat kejahatan, dan harus disingkirkan, jika memungkinkan.Dongeng utara kuno mengungkapkan bahwa mereka berkuda, masing-masing dengan kereta kudanya; namun kuda milik Malam, bersurai kaku, sedangkan kuda milik Siang, surainya berkilau. Selain itu, gelembung berjatuhan dari potongan surai yang dingin, saat ia berjalan, yang jatuh ke bumi sebagai halimun, dan surai yang berkilauan, bersinar, sehingga menyebarkan cahaya di langit, dalam setiap langkahnya.Dan demikianlah, mereka terus berkendara, membawa gelap dan terang ke muka bumi secara bergantian—masing-masing saling mengejar; tapi hanya sedikit yang mereka ketahui tentang fakta sederhana berikut ini: bahwa salah satu penyebab utama perselisihan mereka ialah, mana yang duluan. Sebab, tentu saja, jika mereka dapat menyelesaikannya, akan diketahui, mana yang lebih penting dari keduanya. Namun kala mereka berkendara dalam sebuah putaran, titik tersebut, tak dapat ditentukan, lantaran, yang duluan di satu sisi, pasti akan menjadi yang terakhir di sisi lain; seperti yang mungkin disaksikan siapa pun, yang berusaha melukiskan perjalanan mereka.Akan tetapi, mereka tak pernah memikirkan hal ini, dan saat itu, tiada guru sekolah yang mengajarkan mereka. Merekapun mengitari dunia, walau tanpa mengetahui bahwa bumi itu bulat, apalagi tiada yang pertama dan terakhir dalam perputaran. Dan mereka tak pernah berhasil saling menyalip, saling berpapasan, meski terkadang mereka, sangat dekat, dan kemudian, muncul pula aram-temaram, sebagai ambigu.Dari keduanya, yang satu suka bersungut-sungut, dan yang lain, lebih banyak ngomel, dan mudah ditebak, yang mana yang melakukannya. Malam, pada dasarnya suram, terutama saat kabut membekam bulan dan bintang, maka keluhannya kian lasat bernada melankolis. Ia benar-benar kecewa berat oleh rasa-kesal yang dihasilkan ke seluruh dunia, lantaran kerja keras dan kesenangan yang dilakukan di bawah terangnya Siang, dan menerima kembali bumi seolah-olah anak-kecil yang sakit, dan ia sendiri, seorang perawat, yang berhak marah terhadap apa yang telah diperbuat sang bocil.Sebaliknya, Siang, amat ceria, terutama kala matahari bersinar; tak pernah memusingkan kepalanya tentang apa yang akan terjadi ketika kegembiraannya berakhir: sebaliknya, mengira kegembiraannya, pastilah bertahan selamanya, lantaran merasa nyaman, dan bakalan dongkol bila zona nyamannya di rampas, dan takkan ragu mencerca saingannya; yang memang cuman itulah saingannya menurut pandangannya, yang membayangi dan mengakhiri segala kebahagiaan yang bisa ditemukannya.'Malam yang Kejam,' serunya, 'betapa kehidupan yang engkau jalani untukku! Bagaimana engkau merintangiku dalam setiap waktu! Masalah apa yang harus kutempuh demi mengendalikan keonaranmu. Lihatlah kabut dan bayangan yang harus kukendarai di satu sisi, sebelum aku dapat menjadikan dunia terang oleh cahaya indahku! Dan tak lama setelah aku melakukannya, aku merasakan napas dinginmu yang tak berguna, yang berusaha menggapaiku dari belakang! Namun takkan pernah bisa menyusulku kecuali jika aku tak mampu bertahan: kendati aku tahu, itu yang engkau inginkan. Engkau hendak melemparkan bayangan hitam kebencianmu ke duniaku yang benderang dan menyenangkan.''Aku berbuat onar yang harus selalu engkau awasi!' pekik Malam, cukup bingung oleh tuduhan itu. 'Aku, yang seluruh waktuku, dihabiskan untuk berupaya memperbaiki kerusakan yang dilakukan orang lain: kerusakanmu, sebenarnya, engkaulah pemboros kehidupan dan kekuasaan! Setiap dua belas jam, aku mendapatkan kembali darimu, dunia yang setengah usang, dan karenanya, aku diharapkan agar memulihkan dan membuatnya kembali seperti baru, tapi bagaimana mungkin? Sesuatu yang dapat kulakukan, kutahu itu. Ada keausan yang dapat kuperbarui dan segarkan, namun ada juga, sayangnya! yang tak dapat kulakukan; dan dengan demikian, beringsut dalam kebobrokan dan kebinasaan.''Idih,' teriak Siang, ngejek, 'mencemoohku dengan kerusakan yang kulakukan, dan kemusnahan serta kebinasaan yang kusebabkan! Aku, sang pemberi kehidupan, yang dengan sentuhannya, seluruh dunia terbangun, yang mungkin tertidur selamanya. Malam, yang sangat mirip dengan kematian yang dibicarakannya, dan membawa saudara kembar kematian di dadanya.''Engkalah Siang, sang perusak. Aku, Malam, sang pemulih,' Malam tak bergeming, menghindari pertengkaran.'Akulah Siang, sang pemberi kehidupan, engkau, Malam, sang penghancur,' balas Siang dengan getir.'Akulah, Malam, sang pemulih, Siang, sang perusak,' ulang Malam.'Engkau, bagiku, bagai kematian terhadap kehidupan,' teriak Siang.'Maka kematianlah pemulih sepertiku,' seru Malam.Demikianlah, pertengkaran terus berlanjut, seperti semua orang dungu dan keras kepala lainnya, masing-masing dipenuhi oleh satu idenya sendiri, dan tak menghiraukan apa yang mungkin dinasehatkan orang lain. Bagaimana kebenaran bisa didapat dengan cara seperti itu? Tentu saja tak bisa, dan tentu saja, karenanya, mereka tetap saling bersikap agresif. Dan ada musim-musim tertentu, terutama di saat mereka semakin bersikap saling beringas dibanding sebelumnya.Misalnya, setiap kali musim panas, kuda milik Siang, Surai-berkilau, menjadi sangat kuat dan lincah, sehingga Malam berusaha keras mempertahankan posisinya, begitu dekat ia terdesak dalam iring-iringan. Memang, terkadang ada sedikit yang terlihat dari dirinya, sehingga orang mungkin ragu, benarkah ia yang lewat, jika bukan karena halimun Surai-embun yang tersebar, dan yang dilihat oleh mereka yang bangun cukup pagi.Oh, bualan Siang di masa-masa seperti ini! Dan ia benar-benar percaya apa yang dikatakannya. Ia benar-benar mengira, akan menjadi berkah terbesar jika ia muncul selamanya, dan takkan ada Malam. Mungkin, ia punya alasan mendengar bisikan dari beberapa tradisi lama tentang hal itu: tapi penyebab utama dari kesalahannya, bahwa ia terlalu memikirkan diri sendiri, dan teramat sedikit memikirkan tetangganya.'Dunia yang beruntung,' serunya; 'harus jelas bagi setiap orang, sekarang, siapa yang membawa berkah, dan berbuat baik untukmu dan pendudukmu. Bumi tua yang baik, engkau semakin indah dan subur, semakin aku mempersingkat waktu Malam dan memperpanjang waktuku sendiri. Tampaknya, kita bisa melakukannya dengan baik tanpa kekuatan pemulihannya! Oleh karenanya, jika kita bisa menyingkirkannya, bakalan menjadi taman surga yang luar biasa! Kemudian dedaunan, bunga, buah-buahan, tanaman berharga dari musim istimewaku ini, akan bertahan selamanya. Bisakah itu tetap ada tanpa gangguan!''Ia memohon sebuah kutukan. Jika diberikan, takkan ada lagi kehidupan,' gumam Malam; dan halimun Surai-embun meneteskan air mata saat ia berbicara. Namun, tiada yang mendengarnya, akan tetapi, halimunnya sangat dapat diterima, sebab cuaca, sedang panas-panasnya.Dan Malam membalaskan dendamnya; sebab tatkala musim panas di satu sisi dunia, di sisi lain, sedang musim dingin; dan kemudian, giliran Malam-lah yang menyombongkan diri, sebagimana di musim dingin, Surai-embun keluar dengan segala kemegahannya; sesekali menjalankan keretanya teramat dekat dengan Siang, sehingga ia menjepitnya ke dalam lingkaran yang sekecil mungkin, selain memadamkan separuh sinarnya.Bilamana Malam terus menggumamkan kemenangan, 'Bagus, bagus, sangat bagus: ini sama seperti yang lain pada akhirnya; kini, Alam yang lelah, memperkuat dirinya sendiri bagi suatu tujuan. Kini, otot yang lelah dapat mengumpulkan kekuatan ketimbang melepaskannya. Kini, mata yang tegang dapat memulihkan kecerahannya, dan energi otak yang terkuras. Kini, segala kekuatan rahasia Alam sedang bekerja, dan kepenatan sedang dibetulkan pada setiap sisinya. Kini, pohon dan tumbuhan dapat menyimpan gasnya bagi diri mereka sendiri, dan bumi mengemasnya sendiri. Kini, pemborosan dan pemakaian terhenti, karena keausan hidup telah berhenti. Ah, andai itu bisa terhenti selamanya! Maka dunia akan diperbarui, sungguh, dan muncullah ras raksasa manusia, fauna, dan flora!'"Tapi takkan pernah bisa bersinar dengan cahaya kehidupan yang aktif, atau terlihat kecuali di bawah sinar rembulan yang pucat tak bermakna,' cemooh Siang yang bete, namun sia-sia ia berjuang agar dirinnya terdengar. Sebenarnya, saat itu, ia ada di bagian latar, dan tak ada yang peduli mendengarkannya. Namun ia membuat kehadirannya diketahui dari waktu ke waktu di tengah hari, dengan sinar Surai-berkilaunya. Tak ada yang bisa memadamkannya, bahkan di musim dingin ketika iklim sedang bagus; terkadang bersinar di atas es dan salju dengan sangat terang, sehingga berkilau laksana berlian atau hampir dianggap sebagai kembang api.Dan begitulah seterusnya, hingga datanglah pengecekan, dan ia datang dengan cara yang sangat aneh. Tak selalu mudah menebak penyebab pasti dari perubahan, bahkan dalam pikiran diri sendiri, apalagi dalam pikiran orang lain, jadi aku tak boleh main-main dalam menelusuri keseluruhan proses kasus ini.Tapi Siang dan Malam, kian bijak seiring berjalannya waktu, karena, seperti yang diketahui semua orang, kini tiada pertengkaran atau kepongahan yang terjadi di antara mereka. Sebaliknya, mereka meluncur selembut dan semanis mungkin, tanpa ada tendangan kuda atau gemuruh roda kereta. Dan orang mungkin menyimpulkan bahwa setelah gejolak pertama, perasaan menjadi dingin, mereka lebih mampu melihat sekeliling mereka dan saling menilai tanpa kegusaran.Dan, lihatlah! mereka akhirnya menemukan bahwa hanya ada dua bagian dunia dimana masing-masing punya jalannya sendiri, sedekat mungkin selama enam bulan penuh sekaligus, yaitu di Kutub: namun demikian, konsekuensi cemerlang yang mereka tegaskan akan terjadi dalam keadaan seperti ini, tak pernah terjadi. Sebaliknya, itulah bagian tersuram dan terhening dari seluruh dunia, —limbah es dan batu yang tandus, dimana kehidupan flora dan fauna berada pada titik surut serendah mungkin.Tiada yang lebih mempermalukan, itu harus dimiliki. Sia-sia Surai-berkilau berputar-putar di cakrawala beku dengan cahaya yang tak pernah terputus: dimanakah Surga yang dijanjikan, yang akan menyusul?—dedaunan, bunga, buah-buahan, tanaman berharga yang seharusnya menghiasi kekuasaan Siang yang belum terperiksa, dimanakah semua itu?Merpati akan mencari, bahkan semak-semak, di sini dalam kesia-siaan, guna memijakkan kakinya. Hampir tiada burung camar yang berkeliaran mengusik keheningan udara yang laksana kematian.Siang, sang pemberi kehidupan, memandang rendah sebuah kerajaan tanpa kehidupan! Betapa herannya jika ia akhirnya mulai tak mempercayai dirinya sendiri! Sungguh mengherankan jika ia terus curiga, bahwa mungkin ada benarnya apa yang diucapkan Malam! Bahwa ia mungkin dengan cara tertentu, menjadi Malam, sang pemulih; dalam beberapa hal, betapapun misteriusnya dan tak dapat dipertanggungjawabkan, diperlukan bagi kemakmurannya sendiri.—Dan itu sama dengan Malam, ketika gilirannya tiba. Sia-sia Surai-embun menyaring halimunnya. Mereka berguna—setidaknya menurut Malam begitu—di tempat lain; tapi di sini, apa yang mereka manfaatkan? Inilah istirahat tak terputus yang akan memperkuat dan menyegarkan seluruh Alam: kini kekuatan rahasianya dapat berdaya-guna sesuka mereka: kini, tiada pemborosan tenaga, baik dari tenaga kerja atau panas, atau penyebab yang bersifat merusak lainnya: namun dimana ras raksasa manusia serta flora dan fauna yang muncul sebagai akibatnya? Keausan kehidupan telah berhenti, namun apa yang diuntungkan Bumi?Malam, sang pemulih, memerintah, tetapi atas kerajaan dimana tiada yang bisa dipulihkan! Boleh jadi, air mata bercampur dengan halimunnya. Bisa jadi, ia memanggil bintang-bintang pagi untuk menghidupkan kembali Siang yang dulu ia takuti sebagai saingan, tetapi sekarang dirindukannya sebagai teman. Siang, sang pemberi kehidupan, ia menyebut dirinya sendiri, dan Siang, sang pemberi kehidupan mungkin begitulah dirinya. Tentu saja, tanpanya, Malam tak sanggup berbuat apa-apa; bagaimanapun juga di sini, dalam ketiadaan Siang, seluruh dunia hampa!Mereka telah melakukan kesalahan besar, itu jelas; dan jika mereka pada awalnya tak melihat bahwa harus ada kekuatan lain dan lebih penting yang bekerja, selain kekuatan mereka, atau bumi tua yang baik, takkan seperti sekarang ini di banyak tempat, mereka harus dimaafkan. Orang tak bisa menjadi sangat bijak sekaligus, dan mereka telah membuat awal yang sangat baik dengan belajar untuk tidak mempercayai diri mereka sendiri; yang selalu menjadi langkah pertama agar berbuat adil terhadap tetangga.'Aku menyebutmu Siang, sang perusak, teman yang cerdas nan indah,' gumam Malam, dengan nada yang selembut mungkin; 'engkau yang menerangi bayang-bayangku, dan membuat perbuatan baikku diketahui semua orang. Siang, pemberi kehidupan, maafkan aku, dan kembalilah pada musim yang ditentukan. Sentuh bumi dengan kemuliaan-mu dari waktu ke waktu, jangan sampai segala sesuatu musnah dari wajahnya, dan ia dan aku, sama-sama dilupakan.''Tapi aku salah mengira bayanganmu yang ramah itu, kematian,' jawab Siang, dengan senyum termanisnya, kendati air mata berlinang saat memikirkan ketidakadilan, menyebabkan pelangi tercemerlang membentang di bawah: 'dan itu ribuan kali lebih buruk! Engkau, yang dalam keheningan dan ketenangannya mata air kehidupan, diperbarui. Ah, sementara bumi tetap seperti ini, siang yang berkekalan—hari-hari tanpa malam—akan menjadi kehancuran! Sahabat terkasih, maafkan aku, dan kembalilah selamanya.''Tiada yang perlu dimaafkan,' bisik Malam, saat ia tersadar kembali. 'Dan kematian pun dapat pulih seperti aku,' tambahnya dengan lembut; sebab rembulan yang sedang panen, menyinari ladang jagung emas yang panjang, ada yang diam melambai, ada yang berkumpul menjadi berkas gandum; dan ia merasa sangat berharap tentang segalanya.'Bagaimanapun juga, kita teman—teman yang penyayang dan suka membantu,' Siang berdendang.'Teman—yang menghibur dan patuh,' Malam bergema, sebagai balasannya, saat dunia yang penat, tenggelam di dadanya; mata terpejam, anggota tubuh rileks, dan bunga menguncup, seolah-olah bidadari peristirahatan telah turun dari surga.Dan mereka berteman dan tetap berteman, meskipun lama telah berlalu sejak saat dongeng utara kuno menuturkannya; dan meskipun sekarang, orang bijak takkan membolehkan Malam dan Siang itu, berkeliling dunia dengan kereta kudanya. Mungkin tidak.Mungkin memang benar bahwa bumi itu, bola gelap, bergelantungan di ruang terbuka yang kita sebut cakrawala langit, bergerak perlahan mengitari matahari yang bersinar, tetapi berputar sepanjang waktu laksana gasing, sehingga satu sisi dan kemudian yang lain menghadapi kebenderangan; dan dengan demikian ada perubahan konstan dari terang ke gelap dan gelap ke terang, terjadi di seluruh dunia; dan inilah yang menjadikan Siang dan Malam.Tapi tak peduli ke arah mana perubahan itu datang. Siang dan Malam itu, karya Sang Ilahi; dan, seperti semua 'pekerjaan Sang Ilahi' lainnya, yang diserukan oleh ketiga anak [Hananya, Mishael, dan Azarya menentang perintah raja, menolak menyembah siapapun kecuali Allah semata] di tungku api demi memuja-Nya, menyeru, dan mengatakan banyak hal yang pantas untuk didengar, terutama sekarang, karena mereka tak lagi muda dan dungu.""Akhirnya," kata sang Purnama, "pergantian siang dan malam akan terus terjadi di belahan bumi karena planet bumi yang selalu berputar. Bila Siang datang memporak-porandakan segalanya, maka datanglah Malam memulihkannya. Siang dan Malam tercipta agar manusia dapat memanfaatkan keduanya dengan baik dan benar. Wallahu a'lam."
Karena bumi berputar, sang Purnama harus beringsut pergi ke belahan bumi lain. Segera ia bergerak, seraya bersenandung,Tidurlah, selamat malam!Lupakan sajalah aku!Mimpilah dalam tidurmu, bersama bintang *)
Kutipan & Rujukan:
- Mrs. Alfred Gatty, Parables from Nature, 2010, Yesterday's Classics, LLC
- Mrs. Alfred Gatty, Parables from Nature, 2010, Yesterday's Classics, LLC
*) "Bersama Bintang" karya Erdian Aji Prihartanto & Sukarno Suryo B