Minggu, 25 Juni 2023

Keshalihan Terhadap Kedua Orangtua : Perspektif Islam (2)

"Seorang manajer toko mendengar salah seorang salesnya, berbicara dengan seorang pelanggan. 'Enggak, pak,' kata sang sales. 'Kami belum ada yang seperti itu untuk sementara waktu, dan sepertinya kami takkan mendapatkannya dalam waktu dekat.'
Sang manajer merasa waswas dan seketika memanggil sang sales menghadapnya. 'Jangan pernah bilang kepada pelanggan, bahwa kita kehabisan apa pun! Sekarang, apa yang diinginkannya?'
'Hujan,' jawab sang sales."

"Dan sekarang, mari kita lanjutkan pokok bahasan kita," lanjut Wulandari.
"Allah berfirman,
يَسْـَٔلُوْنَكَ مَاذَا يُنْفِقُوْنَ ۗ قُلْ مَآ اَنْفَقْتُمْ مِّنْ خَيْرٍ فَلِلْوَالِدَيْنِ وَالْاَقْرَبِيْنَ وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِيْنِ وَابْنِ السَّبِيْلِ ۗ وَمَا تَفْعَلُوْا مِنْ خَيْرٍ فَاِنَّ اللّٰهَ بِهٖ عَلِيْمٌ
'Mereka bertanya kepadamu [Nabi Muhammad (ﷺ)] tentang apa yang harus mereka infakkan. Katakanlah, 'Harta apa saja yang kamu infakkan, hendaknya diperuntukkan bagi kedua orangtua, kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, dan orang yang dalam perjalanan (dan membutuhkan pertolongan).' Kebaikan apa saja yang kamu kerjakan, sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya.' [QS. Al-Baqarah (2):215]
Allah menyebutkan orangtua di atas kerabat, anak yatim, orang miskin, dan musafir, ketika berfirman tentang pemberian sedekah (dan siapa yang berhak menerimanya). Diriwayatkan bahwa Tariq Al-Muharibi berkata, 'Kami datang ke Al-Madinah dan Rasulullah (ﷺ) berdiri di Mimbar, mengamanatkan kepada para manusia dan bersabda,
يَدُ الْمُعْطِي الْعُلْيَا وَابْدَأْ بِمَنْ تَعُولُ أُمَّكَ وَأَبَاكَ وَأُخْتَكَ وَأَخَاكَ ثُمَّ أَدْنَاكَ أَدْنَاكَ
'Tangan yang memberi itu, tangan yang di atas. Mulailah dengan mereka yang menjadi tanggungjawabmu; ibumu, ayahmu, saudara perempuanmu, saudara lelakimu, lalu yang terdekat berikutnya, dan yang terdekat berikutnya.' [Sunan An-Nasa'i; Sahih]
Berbakti kepada orangtua itu, salah satu sifat yang dikenal dari para Nabi. Allah berfirman, berbicara tentang Isa bin Maryam (Yesus putra Maryam), alaihissalam. Isa berkata, 'Dan berbakti kepada ibuku serta Dia tak menjadikanku orang yang sombong lagi celaka.' [QS. Maryam (19):32]. Allah juga berfirman—berbicara tentang—Nabi Ibrahim, alaihissalam, yang berkata, 'Duhai Rabb kami, ampunilah aku, kedua orangtuaku, dan orang-orang mukmin pada hari diadakan perhitungan (hari Kiamat).' [QS. Ibrahim (14):41]. Dan tentang Nabi Sulaiman (Solomo), alaihissalam, yang berkata, '... Rabb-ku, anugerahkanlah aku (ilham dan kemampuan) agar tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orangtuaku dan agar tetap mengerjakan kebajikan yang Engkau ridhai. (Aku memohon pula) masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang shalih.' [QS. An-Naml (27):19]. Dan tentang Nabi Nuh, alaihissalam, yang berkata, 'Rabbku, ampunilah aku, ibu-bapakku, dan siapa pun yang memasuki rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang zalim itu, selain kehancuran.' [QS. Nuh (71):28]. Dan tentang Nabi Ismail, alaihissalam, ketika ia diberitahu oleh ayahnya tentang mimpi ayahnya dan memikirkannya, ia berkata, 'Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu! Insyaallah engkau akan mendapatiku termasuk as-sabirin.' [QS. As-Saffat (37):102]. Dan tentang Nabi Yahya bin Zakariyya (Yohanes Pembaptis), alaihissalam, Allah berfirman tentangnya, '... dan ia seorang yang bertakwa dan orang yang sangat berbakti kepada kedua orangtuanya, dan ia bukan orang yang sombong lagi durhaka.' [QS. Maryam (19):13-14].
Berbakti kepada orangtua memasukkan seseorang ke surga, sedangkan kedurhakaan terhadap mereka, membawa ke Neraka jahannam. Abu Hurairah, radhiyallahu 'anhu, meriwayatkan bahwa Rasulullah (ﷺ) bersabda, 'Sungguh terhina, sungguh terhina, sungguh terhina.' Ada yang bertanya, 'Siapa, duhai Rasulullah?' Beliau bersabda, 'Seseorang yang mendapati kedua orangtuanya yang masih hidup atau salah satu dari keduanya ketika mereka telah tua, namun justru ia tak masuk surga.' [Al-Adab Al-Mufrad; Shahih oleh Al-Albani]
Keridhaan Allah datangnya melalui ridha orangtua dan Kemurkaan-Nya datang melalui kemarahan mereka. Rasulullah (ﷺ) bersabda,
رِضَى الرَّبِّ فِي رِضَى الوَالِدِ، وَسَخَطُ الرَّبِّ فِي سَخَطِ الْوَالِدِ
'Ridha Allah tergantung pada ridha orangtua [yakni ridha orangtua menyebabkan Ridha Allah] dan murka Allah tergantung pada murka orangtua.' [Jami' at-Tirmidzi; Hasan]
Berbakti kepada orangtua mendahului berjuang di jalan Allah (jihad). 'Abdullah bin Mas'ud, radhiyallahu 'anhu, meriwayatkan, 'Aku bertanya kepada Rasulullah (ﷺ) tentang amal terbaik.' Beliau (ﷺ) bersabda, 'Menunaikan shalat tepat pada waktunya.' Aku berkata, "Lalu apa selanjutnya?" Beliau (ﷺ) bersabda, 'Berbakti kepada orangtua (seseorang).' Aku berkata, 'Lalu apa selanjutnya?' Beliau (ﷺ) bersabda, 'Berjuang di jalan Allah.'' [Rasulullah (ﷺ) menyebutkan berbakti kepada orangtua, setelah melaksanakan shalat, dan sebelum Jihad (berjuang di jalan Allah].
Dalam hadits lain, 'Abdullah bin 'Amr bin al-'As, radhiyallahu 'anhu, meriwayatkan, 'Seorang lelaki datang menemui Rasulullah (ﷺ) meminta izin berpartisipasi dalam Jihad. Beliau (ﷺ) bersabda, 'Masih hidupkah orangtuamu?' Sang lelaki menegaskannya. Lalu beliau (ﷺ) bersabda, 'Kalau begitu, kerahkan dirimu, meladeni mereka.' [Sahih Al-Bukhari dan Muslim]

Berbakti kepada orangtua, salah satu amal shalih yang bisa dilakukan seseorang untuk bermohon kepada Allah. Imam Al-Bukhari mencatat dalam shahihnya,
عن عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ انْطَلَقَ ثَلاثَةُ رَهْطٍ مِمَّنْ كَانَ قَبْلَكُمْ حَتَّى أَوَوْا الْمَبِيتَ إِلَى غَارٍ فَدَخَلُوهُ فَانْحَدَرَتْ صَخْرَةٌ مِنْ الْجَبَلِ فَسَدَّتْ عَلَيْهِمْ الْغَارَ فَقَالُوا إِنَّهُ لا يُنْجِيكُمْ مِنْ هَذِهِ الصَّخْرَةِ إِلا أَنْ تَدْعُوا اللَّهَ بِصَالِحِ أَعْمَالِكُمْ ، فَقَالَ رَجُلٌ مِنْهُمْ اللَّهُمَّ كَانَ لِي أَبَوَانِ شَيْخَانِ كَبِيرَانِ وَكُنْتُ لا أَغْبِقُ – شُرْب الْعَشِيّ – قَبْلَهُمَا أَهْلا وَلا مَالا فَنَأَى بِي فِي طَلَبِ شَيْءٍ يَوْمًا فَلَمْ أُرِحْ عَلَيْهِمَا حَتَّى نَامَا فَحَلَبْتُ لَهُمَا غَبُوقَهُمَا فَوَجَدْتُهُمَا نَائِمَيْنِ وَكَرِهْتُ أَنْ أَغْبِقَ قَبْلَهُمَا أَهْلا أَوْ مَالا فَلَبِثْتُ وَالْقَدَحُ عَلَى يَدَيَّ أَنْتَظِرُ اسْتِيقَاظَهُمَا ُ [َ فَكَرِهْتُ أَنْ أُوقِظَهُمَا وَالصِّبْيَةُ يَتَضَاغَوْنَ – الصِّيَاح بِبُكَاء بسبب الجوع – عِنْدَ رِجْلَيَّ فَلَمْ يَزَلْ ذَلِكَ دَأْبِي وَدَأْبَهُمَا حَتَّى طَلَعَ الْفَجْرُ ] حَتَّى بَرَقَ الْفَجْر فَاسْتَيْقَظَا فَشَرِبَا غَبُوقَهُمَا اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتُ فَعَلْتُ ذَلِكَ ابْتِغَاءَ وَجْهِكَ فَفَرِّجْ عَنَّا مَا نَحْنُ فِيهِ مِنْ هَذِهِ الصَّخْرَةِ فَانْفَرَجَتْ شَيْئًا لا يَسْتَطِيعُونَ الْخُرُوج
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَالَ الآخَرُ اللَّهُمَّ كَانَتْ لِي بِنْتُ عَمٍّ كَانَتْ أَحَبَّ النَّاسِ إِلَيَّ [ كُنْتُ أُحِبُّ امْرَأَةً مِنْ بَنَاتِ عَمِّي كَأَشَدِّ مَا يُحِبُّ الرَّجُلُ النِّسَاءَ ] فَأَرَدْتُهَا عَنْ نَفْسِهَا فَامْتَنَعَتْ مِنِّي حَتَّى أَلَمَّتْ بِهَا سَنَةٌ مِنْ السِّنِينَ فَجَاءَتْنِي [ فَقَالَتْ لا تَنَالُ ذَلِكَ مِنْهَا حَتَّى تُعْطِيَهَا مِائَةَ دِينَارٍ فَسَعَيْتُ فِيهَا حَتَّى جَمَعْتُهَا ] فَأَعْطَيْتُهَا عِشْرِينَ وَمِائَةَ دِينَارٍ عَلَى أَنْ تُخَلِّيَ بَيْنِي وَبَيْنَ نَفْسِهَا فَفَعَلَتْ حَتَّى إِذَا قَدَرْتُ عَلَيْهَا قَالَتْ لا أُحِلُّ لَكَ أَنْ تَفُضَّ الْخَاتَمَ إِلا بِحَقِّهِ [قَالَتْ اتَّقِ اللَّهَ وَلا تَفُضَّ الْخَاتَمَ إِلا بِحَقِّهِ ] فَتَحَرَّجْتُ مِنْ الْوُقُوعِ عَلَيْهَا فَانْصَرَفْتُ عَنْهَا [ فَقُمْتُ وَتَرَكْتُهَا] وَهِيَ أَحَبُّ النَّاسِ إِلَيَّ وَتَرَكْتُ الذَّهَبَ الَّذِي أَعْطَيْتُهَا اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتُ فَعَلْتُ ابْتِغَاءَ وَجْهِكَ فَافْرُجْ عَنَّا مَا نَحْنُ فِيهِ فَانْفَرَجَتْ الصَّخْرَةُ [فَفَرَجَ عَنْهُمْ الثُّلُثَيْنِ ] غَيْرَ أَنَّهُمْ لَا يَسْتَطِيعُونَ الْخُرُوجَ مِنْهَا
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَالَ الثَّالِثُ اللَّهُمَّ إِنِّي اسْتَأْجَرْتُ أُجَرَاءَ فَأَعْطَيْتُهُمْ أَجْرَهُمْ ( أَيْ : ثَمَنه) غَيْرَ رَجُلٍ وَاحِدٍ تَرَكَ الَّذِي لَهُ وَذَهَبَ فَثَمَّرْتُ أَجْرَهُ حَتَّى كَثُرَتْ مِنْهُ الأَمْوَالُ فَجَاءَنِي بَعْدَ حِينٍ فَقَالَ يَا عَبْدَ اللَّهِ أَدِّ إِلَيَّ أَجْرِي فَقُلْتُ لَهُ كُلُّ مَا تَرَى مِنْ أَجْرِكَ مِنْ الإِبِلِ وَالْبَقَرِ وَالْغَنَمِ وَالرَّقِيقِ فَقَالَ يَا عَبْدَ اللَّهِ لا تَسْتَهْزِئُ بِي فَقُلْتُ إِنِّي لا أَسْتَهْزِئُ بِكَ فَأَخَذَهُ كُلَّهُ فَاسْتَاقَهُ فَلَمْ يَتْرُكْ مِنْهُ شَيْئًا اللَّهُمَّ فَإِنْ كُنْتُ فَعَلْتُ ذَلِكَ ابْتِغَاءَ وَجْهِكَ فَافْرُجْ عَنَّا مَا نَحْنُ فِيهِ فَانْفَرَجَتْ الصَّخْرَةُ فَخَرَجُوا يَمْشُونَ
Dari Abdullah bin Umar, radhiallahu anhuma, ia berkata, 'Aku mendengar Rasulullah (ﷺ) bersabda, 'Ada tiga orang dari umat sebelum kalian melakukan perjalanan dan hujan deras mengguyur mereka, lalu mereka masuk ke dalam goa, berteduh di sana. Tiba-tiba ada batu besar yang runtuh dari atas gunung dan menutup pintu gua. Mereka berkata, 'Kalian tak dapat selamat dari batu ini kecuali kalian berdoa dengan perantara amal-amal shalih kalian.'
Lalu salah seorang dari mereka berdoa, 'Ya Allah, dahulu kedua orangtuaku telah renta. Aku tak memberi minuman di malam hari bagi keluargaku atau hewan ternakku, sebelum aku memberi minuman untuk keduanya. Suatu saat, aku ada keperluan hingga pulang larut dan belum sempat kuberi minum. Maka kubuatkan minuman bagi mereka, namun ternyata kudapatkan mereka telah tertidur. Aku tak ingin memberikan minum kepada keluarga dan hewan ternakku sebelum aku memberikan minum untuk keduanya, maka kutunggu mereka bangun tidur, sembari memegangi wadah minuman tersebut. Aku tak ingin membangunkan keduanya, sementara anak-anakku menangis kelaparan dan memegangi kakiku. Begitulah seterusnya hingga terbit fajar. Dan terbitlah fajar, lalu aku membangunkan keduanya dan memberinya minum. Ya Allah, jika aku melakukan hal itu karena mengharap wajah-Mu, lepaskanlah kami dari batu ini.' Lalu batu itu bergeser sedikit, namun mereka belum dapat keluar darinya.
Lalu Rasulullah (ﷺ) bersabda, 'Yang lain berkata, 'Ya Allah, dahulu ada puteri pamanku yang teramat kucintai, lalu aku ingin berbuat zina dengannya, namun ia menolaknya. Hingga suatu saat terjadi musim paceklik. Maka ia datang (untuk meminta bantuan), maka aku memberikannya 120 dinar dengan syarat ia menyerahkan dirinya kepadaku. Maka ia bersedia. Hingga ketika aku hendak melakukan apa yang aku inginkan terhadapnya, ia berkata, ‘Bertakwalah kepada Allah, cincin tak boleh dilepas kecuali oleh orang yang berhak.' Maka, akupun takut melakukan perbuatan itu, lalu meninggalkannya, padahal ia orang yang sangat kusayangi. Kutinggalkan pula emas yang telah kuberikan kepadanya. Ya Allah, jika aku melakukan hal tersebut semata untuk mengharap wajah-Mu, maka bebaskanlah aku dari apa yang kualami ini.' Lalu batu itu bergeser dua pertiganya, namun mereka masih belum dapat keluar.
Lalu Rasulullah (ﷺ) bersabda, 'Yang ketiga berkata, ‘Ya Allah, dahulu aku menyewa beberapa orang pekerja, lalu aku berikan upahnya masing-masing kecuali satu orang yang meninggalkannya begitu saja. Maka upahnya tersebut aku investasikan hingga berkembang. Lalu (sekian lama kemudian) orang tersebut datang kepadaku dan berkata, ‘Wahai fulan, berikan upahku.’ Maka aku katakan kepadanya, ‘Semua yang engkau lihat berupa onta, sapi, kambing dan budak itu, upahmu.” Maka orang itu berkata, ‘Wahai Abdullah, jangan meledek aku,’ Aku berkata, ‘Sungguh aku tak meledekmu.' Lalu ia mengambil seluruh haknya tanpa menyisakan sedikitpun. Ya Allah, jika aku lakukan semua itu karena berharap wajah-Mu, maka bebaskanlah aku dari apa yang aku alami ini.' Lalu batu itu pun bergerak hingga akhirnya, mereka dapat keluar meninggalkan tempat tersebut.'
Ridha orangtua mendahului ridha istri. lbnu 'Umar, radhiyallahu 'anhuma, berkata, 'Aku menikahi wanita yang sangat kucintai, tetapi 'Umar ('Umar bin al-Khattab, radhiyallahu 'anhu, ayahnya) tak menyukainya dan memerintahkanku agar menceraikannya, namun aku menolak . Lalu ia pergi menemui Rasulullah (ﷺ) dan menceritakan masalahnya.' Rasulullah (ﷺ) berkata kepadaku, 'Ceraikan ia.'
Ibnu Hibban meriwayatkan dalam Sahih-nya, 'Seorang lelaki mendatangi Abu ad-Darda' dan berkata, 'Ayahku terus memintaku agar menikah, sampai aku melakukannya, dan sekarang ia memerintahkanku agar menceraikan istriku.' Abu ad-Darda' berkata, 'Aku takkan menyarankanmu agar tak berbakti kepada orangtuamu, aku takkan pula memerintahkanmu agar menceraikan istrimu. Namun aku akan memberitahumu sesuatu yang aku dengar dari Rasulullah (ﷺ). Aku mendengar Rasulullah (ﷺ) bersabda, 'Orangtua itu, pintu tengah surga; engkau bisa menghilangkan atau meraihnya.'

Akhirnya, engkau sekarang tahu banyak ayat Al-Qur'an yang berbicara tentang kewajiban berbakti kepada kedua orangtua, dan memperlakukan mereka dengan baik, dan ayat-ayat yang menggambarkan kebaikan Rasulullah (ﷺ) terhadap orangtua dan bagaimana berdoa kepada Allah bagi kebaikan mereka. Dan engkau tahu sekarang, melalui ayat-ayat Al-Qur'an dan hadits, bahwa berbakti kepada orangtua selalu dibarengi dengan beribadah kepada Allah. Berbakti kepada kedua orangtua memasukkan seseorang ke surga, karena keridhaan Allah berasal dari keridhaan orangtua, dan kemurkaan Allah berasal dari kemurkaan orangtua. Selain itu, durhaka kepada orangtua dilarang seperti yang disebutkan dalam Al-Qur'an dan Sunnah Nabi.
Tak berbakti kepada orangtua juga dianggap sebagai salah satu dosa terbesar yang diperingatkan oleh Rasulullah (ﷺ) kepada kita. Berbaik hati kepada mereka memasukkan kita ke Surga, insya Allah, karena Surga terletak di bawah kaki mereka.
Kita pun tahu bahwa doa orangtua pasti terkabul, dan nikmat orangtua sangat besar pada kita. Rasulullah (ﷺ) melarang kita mengutuk atau mencaci orangtua kita, dan ini dilakukan dengan tak mencaci atau memaki orangtua orang lain. Rasulullah (ﷺ) menegaskan bahwa kitalah dari penghasilan orangtua kita, dan bahwa kita, diri kita sendiri, milik mereka, sekaligus milik kita. Rasulullah (ﷺ) juga memerintahkan kita agar berbakti kepada orangtua kita setelah kematian mereka dan itu dilakukan dengan menjaga hubungan baik dengan orang yang mereka sayangi.
Dari semua ini, kita belajar dari ayat-ayat Al-Qur'an dan hadits Nabi, bahwa berbakti kepada kedua orangtua, amatlah penting. Kendati satu ayat saja memerintahkan kita agar berbakti kepada orangtua kita, itu sudah cukup dan mendorong kita melakukannya. Lantas, bagaimana kalau ada banyak ayat dan hadits Nabi yang membahasnya?
Engkau semestinya berbakti kepada orangtuamu dan berperilaku terhadap mereka sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta'ala dan Rasulullah (ﷺ), memerintahkanmu; yaitu berperilaku baik, memberikan hak-hak mereka, sehingga engkau bisa beroleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Wallahu a'lam.”

Malam penghujung pun tiba, Wulandari harus berpamitan sembari melantunkan,

Bun, aku masih tak mengerti banyak hal
Semuanya berenang di kepala
Dan kau dan semua yang kau tahu tentangnya
Menjadi jawab saat ku bertanya **)
Kutipan & Rujukan:
- Nidham Sakkajh, Dutifulness to Parents: In the Light of the Holy Qur'an and the Authentic Sunnah, translated by iman Zakariya Abu Ghazi, 2004, IIPH
- Ibn Al-Jawzi, At Their Feet: Piety Towards Parents, 2016, Dar as-Sunnah Publishers
*) "Like my Father" karya Wayne Andrew Wilkins & Jacqueline Miskanic
**) "Bertaut" karya Nadin Amizah, Mikha Angelo Brahmantyo & Zulqi L. Ramandha