Jumat, 12 April 2024

Cerita dari Pohon Kenanga (1)

“Seorang lelaki bertanya kepada temannya, 'Loe inget gak, cewek berambut merah di pesawat biru-putih yang terbang dari Jakarta ke Singapura?'
'Inget,' tanggap rekannya.
'Loe sebut doi apa yaq?' sang lelaki kepo.
'Penumpang,' jawab sang kawan."

"Segala puji bagi Allah Yang Maha Berdaulat, Dia Yang menguasai segala sesuatu, Yang membalikkan hati dan mata, Yang menetapkan segala sesuatu sesuai keinginan dan kehendak-Nya, dan Yang menentukan siang di atas malam dan malam di atas siang. Dia memasangkan selubung pada malam hari sehingga menjadi gelap agar memberikan istirahat dan menyuruk. Dia memberikan cahaya pada misbah siang hari sehingga meneranginya bagi pergergerakan dan penyebaran di muka bumi. Dia menetapkan siang dan malam untuk membagi waktu bekerja dan menghitung usia. Dia menundukkan matahari dan bulan yang bergerak menurut pola dan arah tertentu. Keduanya saling beriringan di Bima Sakti menurut pola tertentu. Dia menjadikan pada keduanya tanda-tanda yang dapat digunakan menghitung waktu siang, malam, bulan, dan tahun di dunia. Melalui merekalah ditetapkan waktu-waktu shalat, zakat, haji, puasa, dan iftar. Bukti nyata inilah yang tak membuka peluang mencari-cari alasan, dan menunjukkan hikmah mutlak Allah Yang Maha Bijaksana, Maha Mengetahui, dan Mahakuasa," ucap Pohon Kenanga sambil memperhatikan pergeseran Bulan, usai mengucapkan Basmalah dan Salam. Cananga odorata atau pohon kenanga, merupakan pohon tropis asli Indonesia, Filipina, Malaysia, Papua Nugini, Kepulauan Solomon, dan Queensland, Australia. Ia juga berasal dari beberapa wilyah Thailand dan Vietnam. Di Indonesia, bunga kenanga dapat mencapai produksi minyak yang disebut dengan 'minyak asiri' (esential oil) ketika berumur sekitar 10 tahun. Minyak ini dihargai karena minyak asiri yang diekstraksi dari bunganya, yang aromanya sangat kuat, salah satu bahan alami yang terbanyak digunakan dalam industri parfum, sehingga dijuluki 'Ratu Parfum'. Umumnya minyak asiri diterapkan guna mengobati luka dan infeksi kulit, mencegah gigitan berbisa, mengobati batuk, demam, kudis, meredakan nyeri otot dan gangguan pencernaan. Stres, insomnia, asma, dan beberapa gangguan pernafasan, dapat pula disembuhkan melalui pengaplikasian minyak esensial aromaterapi.

“Daku mengagungkan-Nya dan rasa-manis memuliakan-Nya bertambah bila diucapkan berulang-ulang. Kuungkapkan rasa-syukur kepada-Nya, maka karunia-Nya pada orang yang bersyukur kepada-Nya, diturunkan dengan derasnya.
Kita tak bisa meremehkan kekuatan bersyukur yang meningkatkan moral. Ada yang bilang, 'Bersyukur itu, sebuah Sikap'. Bersyukur tentu merupakan sebuah sikap, namun lebih dari itu. Bersyukur digambarkan pula sebagai emosi, suasana hati, kebajikan moral, kebiasaan, motif, ciri kepribadian, respons perlindungan, dan bahkan cara hidup.
Dalam perspektif Islam, mengucap syukur dianjurkan, bersyukur kepada Allah, menyandarkan segala sesuatu pada-Nya dan bertawakal kepada-Nya. Allah berfirman,
قُلِ اللّٰهُمَّ مٰلِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِى الْمُلْكَ مَنْ تَشَاۤءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاۤءُۖ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاۤءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاۤءُ ۗ بِيَدِكَ الْخَيْرُ ۗ اِنَّكَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
تُوْلِجُ الَّيْلَ فِى النَّهَارِ وَتُوْلِجُ النَّهَارَ فِى الَّيْلِ وَتُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَتُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَتَرْزُقُ مَنْ تَشَاۤءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ
'Katakanlah, 'Wahai Allah, Pemilik kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kepada siapa pun yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kekuasaan dari siapa yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapa yang Engkau kehendaki. Di tangan-Mulah [Allah menyatakan dalam Al-Qur'an bahwa Dia mempunyai sifat-sifat tertentu, semisal pendengaran, penglihatan, tangan, wajah, rahmat, murka, kedatangan, melebihi segala sesuatu, berada di atas Arsy, dan sebagainya. Namun, Dia telah melepaskan diri-Nya dari keterbatasan sifat-sifat manusia atau imajinasi manusia. Kepercayaan Islami yang benar terhadap keberadaan sifat-sifat ini, memerlukan keyakinan terhadap sifat-sifat ini, sebagaimana Allah telah melukiskankannya tanpa menerapkan makna kiasan apa pun kepada sifat-sifat tersebut, atau menjelaskan bagaimana suatu sifat tertentu (meskipun hal ini semata diketahui oleh Allah) dan tanpa membandingkannya dengan ciptaan atau mengingkari bahwa Dia, Subḥanahu wa Ta'ala) memiliki kualitas seperti itu. Sifat-sifatnya hanya milik-Nya, dan 'Tiada yang seperti Dia'] segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Engkau berikan rezeki kepada siapa yang Engkau kehendaki tanpa perhitungan.' [QS. Ali 'Imran (3):26-27]
Allah Maha Pemberi, Allah Maha Pengambil, kehendak-Nyalah yang terjadi dan apa yang tak dikehendaki-Nya, takkan terjadi. Menurut Ibnu Katsir (رحمه الله), ayat ini menganjurkan agar kita bersyukur kepada Allah atas nikmat yang Dia berikan kepada Rasul-Nya (ﷺ) dan Ummahnya. Allah memutuskan apa yang Dia kehendaki terhadap ciptaan-Nya dan Dia melakukan apa yang Dia kehendaki. Allah membantah orang-orang yang mengira bahwa mereka dapat memutuskan bagi Allah,
وَقَالُوْا لَوْلَا نُزِّلَ هٰذَا الْقُرْاٰنُ عَلٰى رَجُلٍ مِّنَ الْقَرْيَتَيْنِ عَظِيْمٍ
'Mereka (juga) berkata, 'Mengapa Al-Qur’an ini tak diturunkan kepada (salah satu) pembesar dari dua negeri ini (Makkah dan Taif)?' [QS. Az-Zukhruf (43):31]
Allah membantah mereka dengan berfirman
اَهُمْ يَقْسِمُوْنَ رَحْمَتَ رَبِّكَۗ نَحْنُ قَسَمْنَا بَيْنَهُمْ مَّعِيْشَتَهُمْ فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَاۙ وَرَفَعْنَا بَعْضَهُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجٰتٍ لِّيَتَّخِذَ بَعْضُهُمْ بَعْضًا سُخْرِيًّا ۗوَرَحْمَتُ رَبِّكَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُوْنَ
'Merekakah yang membagi-bagi rahmat Rabbmu? Kamilah yang menentukan penghidupan mereka dalam kehidupan dunia dan Kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat memanfaatkan sebagian yang lain. Rahmat Rabbmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.' QS. Az-Zukhruf (43):32]
Menurut Mufti Muhammad Shafi, dalam ayat-ayat 26-27 Surah Ali 'Imran dimana Allah mengajarkan invokasi spesial untuk mengungkapkan rasa-syukur ini, umat Islam telah diajarkan dan didorong melakukan doa-doa tertentu, yang lembut, yang menunjukkan bahwa mereka akan mengalahkan orang-orang kafir. Hal ini dibuktikan dengan latar belakang diturunkannya ayat-ayat ini. Dikala Rasulullah (ﷺ) berjanji bahwa Bizantium dan Persia akan direbut, orang-orang munafik dan Yahudi menertawakan gagasan tersebut. Setelah itu, ayat-ayat ini diturunkan.
Ayat-ayat ini, diwahyukan dengan latar belakang perang Khandaq. Kekalahan berulang yang dialami orang-orang kafir di Makkah pada perang Badar dan Uhud, dan ketakberhasilan mereka mencatat keuntungan apa pun dalam permusuhan mereka terhadap umat Islam, ditambah dengan semakin kuatnya umat Islam dan kebangkitan Islam, telah membuat mereka ketar-ketir, bahkan hampir gegabah. Semuanya berakhir dengan persekongkolan. Orang-orang kafir di Arab, Yahudi, dan Kristen, semuanya bergabung dalam komplotan melawan Muslim dan memutuskan menyerang Madinah dan melakukan pertempuran yang menentukan. Hal ini mereka lakukan, dengan tekad melenyapkan Islam dan umat Islam dari muka bumi. Pertempuran itu, disebut 'Al-Ahzab' dalam Al-Qur'an [maka, jika dikau membaca Surah Al-Ahzab, dirimu bakal menemukan apa yang Allah firmankan tentang orang-orang kafir dan orang-orang munafik], dan 'Khandaq' dalam sejarah, sebab Rasulullah ( ﷺ) memutuskan, melalui musyawarah dengan para Sahabat, bahwa khandaq atau parit, digali di sekitar area Madinah guna memblokir serangan tanpa hambatan musuh selama pertempuran ini.

Menurut riwayat al-Baihaqi, Abu Nu'aim, dan Ibnu Khuzaimah, tatkala tugas menggali parit itu dipercayakan kepada tentara Islam, maka rencananya, penggalian parit sepanjang empat puluh hasta itu, akan dibagikan kepada sekelompok orang, masing-masing terdiri dari sepuluh orang. Parit ini, panjangnya beberapa mil dan cukup dalam, serta lebar, sehingga musuh tak mungkin bisa menyeberang. Kemudian, penggalian tersebut harus diselesaikan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya, yang membuat para sahabat yang mulia, mengerahkan waktu dan tenaga apapun yang mereka miliki, dalam usaha tersebut, sedemikian rupa sehingga mereka sulit meninggalkan pekerjaan dan meluangkan waktu, bahkan untuk hal yang paling mendesak sekalipun dari kebutuhan mereka. Mereka bekerja tanpa henti dengan perut lapar. Tentu saja, dinas teknik militer modern dengan peralatan terbarunya, takkan menganggap pekerjaan seperti ini, mudah ditangani. Di sini, kekuatan imanlah yang memungkinkan penyelesaian pekerjaan sesulit itu.
Rasulullah (ﷺ) mengambil bagian dalam operasi penggalian ini, sebagai individu, sama seperti orang lain. Qadarullah, para penggali menemukan sebuah batu besar di bagian tertentu parit. Mereka yang ditugaskan menggali bagian parit itu, berusaha sekuat tenaga membongkarnya, namun mereka tak berdaya dan menyerah. Mereka meminta Salman al-Farisi (رضي الله عنه) menemui Rasulullah (ﷺ), menyampaikan kepada beliau (ﷺ) tentang masalahnya dan meminta petunjuknya sehubungan dengan hal ini. Rasulullah (ﷺ) seketika datang ke tempat itu, mengambil kapak di tangan beliau (ﷺ) yang diberkahi, dan menghantam batu tersebut. Batu itu hancur berkeping-keping, dan dari sana muncul seberkas cahaya yang menerangi area itu, sangat jauh dan luas. Rasulullah (ﷺ) bersabda, 'Dalam cahaya ini, aku melihat istana dan bangunan Hirah di negeri Persia.' Beliau (ﷺ) menghantamkan lagi dan pancaran cahaya kedua muncul. Beliau (ﷺ) bersabda, 'Dalam cahaya ini, aku diperlihatkan istana-istana merah dan bangunan-bangunan Bizantium.' Disaat beliau (ﷺ) menghantam untuk ketiga kalinya, dan nyala api menyinari sekelilingnya, beliau (ﷺ) bersabda, 'Dalam cahaya ini, aku diperlihatkan istana-istana besar San'a di Yaman ' Lalu, beliau (ﷺ) bersabda, 'Aku berbagi kabar baik yang diberikan oleh Jibril kepadamu, bahwa Umatku, akan menang atas negeri-negeri ini.'

Ketika orang-orang munafik di Madinah mendengarnya, mereka menemukan alasan mengolok-olok umat Islam—sungguh keterlaluan orang-orang ini, di sini mereka semua takut musuh menggali parit tanpa makan dan istirahat, tak tahu pasti apakah hidup mereka akan aman, namun mereka bermimpi menguasai Persia, Bizantium, dan Yaman!’ Sebagai jawaban terhadap kaum yang zalim dan tak patut inilah, Allah Subhanahu wa Ta'ala mewahyukan ayat 26. Berbentuk doa, ayat ini dengan begitu fasih memberikan fokus yang paling besar pada kekuasaan Allah yang sempurna, yang terwujud dalam kebangkitan dan kejatuhan bangsa-bangsa dan dalam revolusi-revolusi yang mengguncang negeri-negeri. Pada saat yang sama, ayat tersebut memberikan petunjuk bahwa nubuat yang disampaikan Rasulullah (ﷺ), akan terjadi, dan Persia serta Bizantium akan jatuh ke tangan umat Islam. Di sini, musuh-musuh Islam telah diperingatkan bahwa mereka tak belajar dari naik turunnya para pemegang kekuasaan di masa lalu, lantaran mereka menilai peristiwa-peristiwa dan tokoh-tokoh dari sudut pandang materi, padahal kenyataannya, segala kekuasaan dan pemerintahan di dunia, berada dalam bahaya. Tangan kekuasaan Allah Yang Mahaesa, yang dalam Genggaman-Nya terletak segala kehormatan dan aib. Tiada keraguan bahwa Dia bisa membuat orang miskin dan lemah, duduk di atas takhta dan merebut kekuasaan dari raja dan monarki. Lalu mengapa sulit baginya memilih orang-orang beriman yang menggali parit, memerintah Persia, Bizantium, dan Yaman?
Segala sesuatu yang biasanya dipandang buruk, pada akhirnya terbukti tak seburuk itu. Menjelang akhir ayat, ungkapan بِيَدِكَ الْخَيْرُ yang diterjemahkan sebagai 'di Tangan-Mulah segala kebajikan' memerlukan penjelasan. Perlu diperhatikan bahwa pada bagian awal ayat tersebut, baik pemberian dan pengambilan kekuasaan, maupun pemberian kehormatan dan penghinaan, disebutkan secara berdampingan. Sepertinya sesuai dengan keadaan jika kata 'syarr' (jahat) digabungkan dengan 'khair' (baik). Namun, teks tersebut memilih menggunakan kata 'Khair' (baik) saja, dan dengan demikian, menunjukkan sesuatu yang nyata dan sangat penting dalam urusan manusia. Hal yang perlu diperhatikan bahwa seseorang atau suatu kelompok, boleh jadi menganggap sesuatu tak disukai, dan bahkan mungkin demikian bagi orang atau kelompok tersebut, namun jika dilihat dari sudut pandang yang lebih luas dari seluruh komunitas bangsa, hal tersebut mungkin tak jahat. Penyair Arab, Mutanabbi mengungkapkan hal ini dengan sangat ringkas ketika ia berkata, 'Bencana yang dialami suatu kelompok itu, keuntungan bagi kelompok lain.'
Singkatnya, kejahatan yang kita anggap jahat bersifat parsial. Melihat hubungannya dengan Rabb Alam Semesta dan Rabb segala sesuatu, ada dan dilihat, dalam perspektif totalitas dunia pengalaman kita, tiada sesuatu pun yang seburuk itu. Maka, mengingat hikmah, kekuatan, dan pertimbangan alam semesta yang diciptakan secara keseluruhan, segala sesuatunya baik, 'khair', sebagaimana ayat tersebut cukup tepat mengungkapkannya.

Ayat berikutnya, ayat 27, menunjukkan bahwa Allah mengendalikan seluruh ruang dan benda-benda langit, dan menggunakan matahari dan bulan agar menjadikan siang lebih panjang dari malam dan malam lebih panjang dari siang, sesuai kehendak dan perintah-Nya.
Disebutkan setelah itu, kekuasaan-Nya yang tak tertandingi dalam 'mengeluarkan yang hidup dari yang mati' laksana anak ayam dari telur, atau bayi manusia dari sperma, atau sebatang pohon dari benih dan 'mengeluarkan yang mati dari yang hidup', bagaikan telur dari unggas dan satwa, sperma dari manusia atau buah dari pohon dan biji-bijian kering dari tetumbuhan.
Jika kita memaknai 'yang hidup' dan 'yang mati' dalam pemahaman yang luas dan umum, maka hal ini mencakup orang-orang yang terpelajar dan orang-orang bodoh, orang-orang yang sempurna dan tak sempurna, serta orang-orang beriman dan orang-orang kafir. Hal ini hanya menunjukkan bahwa kekuasaan Allah yang sempurna, berkendali mutlak atas segala fenomena, baik fisik maupun spiritual, yang melaluinya Dia dapat menjadikan seorang Muslim dari seorang Kafir, seorang mukmin yang sempurna dari seorang kafir yang setia, seorang ulama dari seorang yang bodoh jika Dia pun menghendakinya. Dan bila Dia menghendaki, Dia dapat menjadikan seorang mukmin berubah menjadi kafir atau orang ndeso menjadi ulama. Dia mengeluarkan Ibrahim (عليه السلام) dari seorang penyembah berhala. Dia membiarkan putra Nabi Nuh (عليه السلام) tetap kafir. Aneh tapi nyata, anak seorang yang berilmu, bisa tetap buta huruf, dan anak orang yang buta huruf, bisa menjadi orang yang berilmu.

Imam al-Baghawi meriwayatkan sebuah hadits dari Rasulullah (ﷺ) dimana beliau (ﷺ) bersabda, 'Allah berjanji bahwa siapa pun yang membaca usai setiap Shalat, Surah al-Fatihah, Ayat Kursi, tiga ayat Surah Ali 'Imran, yakni,
شَهِدَ اللّٰهُ اَنَّهٗ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَۙ وَالْمَلٰۤىِٕكَةُ وَاُولُوا الْعِلْمِ قَاۤىِٕمًاۢ بِالْقِسْطِۗ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ
'Allah menyatakan bahwa tiada illah selain Dia, (Allah) Yang menegakkan keadilan. (Demikian pula) para malaikat dan orang berilmu. Tiada illah selain Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana..' [QS. Ali 'Imran (3):18]
serta ayat 26 dan 27, Dia, Subhanahu wa Ta'ala, akan menjadikan orang itu bermaqam surga, dan menempatkannya di tempat yang suci, dan memberikan padanya, rahmat-Nya, tujuh puluh kali sehari, dan memenuhi tujuh puluh kebutuhannya, dan melindunginya terhadap setiap orang yang iri dan musuh, serta memenangkannya atas mereka.

Menurut Al-Qurtubi, 'Ali (رضي الله عنه) meriwayatkan bahwa Rasulullah (ﷺ) bersabda, 'Ketika Allah hendak menurunkan Fatiḥahatul Kitab, Ayatul Kursi, dan 'Katakanlah, 'Wahai Allah, Pemilik kekuasaan, …’ hingga ‘… tanpa perhitungan’,' ayat-ayat tersebut melayang di Arsy dan tiada tabir antara mereka dan Allah. Mereka berkata, 'Rabb kami, jangan turunkan kami ke maqam orang yang zalim dan kepada orang-orang yang durhaka kepada-Mu.' Allah berfirman, 'Demi pandangan-Ku dan Kemuliaan-Ku, tiada seorang pun yang akan membacakan doamu setiap selesai shalat, melainkan Aku akan membuatnya bermaqam di dalam Kesucian karena melakukannya dan memandangnya dengan Mata Tersembunyi-Ku, tujuh puluh kali sehari dan mengabulkan tujuh puluh kali sehari kebutuhannya setiap hari, yang terkecil adalah ampunan, dan memberinya perlindungan dari setiap musuh dan menolongnya, dan tiada yang menghalanginya masuk taman surga kecuali kematian.”
Mu'adz bin Jabal (رضي الله عنه) berkata, 'Suatu hari aku terhalang bersama Rasulullah (ﷺ) dan tak shalat Jum'at bersama beliau (ﷺ). Beliau (ﷺ) bertanya, 'Mu'adz! Apa yang menghalangimu dari shalat Jum'at?' Aku menjawab, 'Ya Rasulullah, aku berhutang pada orang Yahudi, Yuḥanna bin Bara, sebuah uqiyyah emas dan ia menungguiku di depan pintu rumahku. Aku takut ia akan menjauhkanku darimu.' Rasulullah (ﷺ) bersabda, “Mu'adz, inginkah engkau Allah melunasi hutangmu?' 'Ya,' jawabku. Beliau (ﷺ) bersabda, 'Ucapkanlah setiap hari, 'Qulillāhumma mālikal-mulki…sampai…man tasyā'u bigairi ḥisāb’, Engkaulah Yang Maha Penyayang dan Paling Penyayang di dunia dan akhirat. Engkau berikan sebagiannya kepada siapa pun yang Engkau kehendaki dan Engkau tolak pemberian kepada siapa pun yang Engkau kehendaki. Lunaskanlah hutangku untukku!' Sekalipun engkau berhutang emas sebesar dunia, niscaya Allah akan melunaskannya untukmu.”

Allah memutuskan bagi ciptaan-Nya, apa yang Dia kehendaki, tanpa pembantahan atau penghalangan dari siapa pun. Allah mengeluarkan benih dari tetumbuhan dan tetumbuhan dari benih; kurma dari bijinya dan biji kurma dari kurmanya; yang beriman dari yang kafir dan yang kafir dari yang beriman; ayam dari telurnya dan telur dari ayamnya, dll. Allah memberikan kekayaaan kepada siapa pun yang Dia kehendaki, yang tak terhingga banyaknya, dan membeslah harta benda seseorang, oleh hikmah dan keadilan.
Allah memiliki hikmah yang sempurna dan bukti yang tegas mengenai semua ini, dan Dia memberikan kenabian kepada siapa yang Dia kehendaki. Allah mengambil dari panjang salah satu malam dan siang, lalu menambahkannya pada pendeknya malam yang lain, sehingga keduanya menjadi sama, dan Allah mengambil dari panjang salah satunya dan menambahkannya pada yang lain sehingga keduanya tak sama. Hal ini terjadi sepanjang tahun: musim semi, musim panas, musim gugur, dan musim dingin.

Allah kemudian memberitahu kita bahwa Dia melampirkan perhitungan tahun dan perhitungan waktu untuk menentukan fase bulan. Dia berfirman,
وَجَعَلْنَا الَّيْلَ وَالنَّهَارَ اٰيَتَيْنِ فَمَحَوْنَآ اٰيَةَ الَّيْلِ وَجَعَلْنَآ اٰيَةَ النَّهَارِ مُبْصِرَةً لِّتَبْتَغُوْا فَضْلًا مِّنْ رَّبِّكُمْ وَلِتَعْلَمُوْا عَدَدَ السِّنِيْنَ وَالْحِسَابَۗ وَكُلَّ شَيْءٍ فَصَّلْنٰهُ تَفْصِيْلًا
'Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda (kebesaran Kami). Kami hapuskan tanda malam dan Kami jadikan tanda siang itu terang benderang agar engkau (dapat) mencari karunia dari Rabbmu dan mengetahui bilangan tahun serta perhitungan (waktu). Segala sesuatu telah Kami terangkan secara terperinci.' [QS. Al-Isra (17):12]
Dan pula,
هُوَ الَّذِيْ جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَاۤءً وَّالْقَمَرَ نُوْرًا وَّقَدَّرَهٗ مَنَازِلَ لِتَعْلَمُوْا عَدَدَ السِّنِيْنَ وَالْحِسَابَۗ مَا خَلَقَ اللّٰهُ ذٰلِكَ اِلَّا بِالْحَقِّۗ يُفَصِّلُ الْاٰيٰتِ لِقَوْمٍ يَّعْلَمُوْنَ
'Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya [Allah menjadikan matahari dan bulan berbeda sifat fisisnya. Matahari bersinar karena memancarkan cahayanya dari proses reaksi nuklir di dalam intinya, sedangkan bulan bercahaya oleh memantulkan cahaya matahari]. Dialah pula yang menetapkan tempat-tempat orbitnya agar engkau mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu) [pergerakan bulan mengitari bumi menyebabkan pantulan cahaya matahari oleh bulan berubah-ubah bentuknya, dari bentuk sabit sampai purnama dan kembali menjadi sabit lagi, sesuai dengan posisinya. Keteraturan periode bulan mengitari bumi dijadikan sebagai perhitungan waktu bulanan. Dua belas bulan setara dengan satu tahun (disebutkan dalam surah at-Taubah [9]: 36). Allah tak menciptakan demikian itu, kecuali dengan benar. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada kaum yang mengetahui.' [QS. Yunus (10):5]
Dia mengaitkan hal ini dengan mnjadikan matahari bersinar dan bulan menjadi terang. Sebab, tahun dan bulan dihitung dengan bulan, sedangkan hari dan minggu dihitung dengan matahari. Melalui kedua benda inilah penghitungan waktu dilakukan. Adapun perkataan 'agar engkau mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu)': karena bulan lunar tak perlu dihitung lantaran terletak di antara dua bulan sabit, maka Allah tak berfirman 'agar engkau mengetahui jumlah bulannya'. Hitungan bulan tak memerlukan angka kecuali pada hari terakhir bulan itu mendung [sehingga menghalangi terlihatnya hilal]. Dalam kasus seperti itu, jumlah tersebut akan diselesaikan dengan suara bulat [yaitu. tiga puluh hari] kecuali pada bulan Sya'ban jika hari terakhirnya mendung. Hal ini khusus kaitannya dengan Ramadan, karena dalam hal ini, banyak perbedaannya [baik tiga puluh hari akan selesai maupun tidak]. Sedangkan tahunnya, harus dihitung karena tiada batasan yang jelas melalui observasi. Oleh karenanya, harus dihitung dengan jumlah bulan. Hal ini terutama mengingat tahun-tahun berlangsung dalam jangka waktu yang lama.
Allah menjadikan satu tahun menjadi dua belas bulan. Dia berfirman,
اِنَّ عِدَّةَ الشُّهُوْرِ عِنْدَ اللّٰهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِيْ كِتٰبِ اللّٰهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ مِنْهَآ اَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۗذٰلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُ ەۙ فَلَا تَظْلِمُوْا فِيْهِنَّ اَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِيْنَ كَاۤفَّةً كَمَا يُقَاتِلُوْنَكُمْ كَاۤفَّةً ۗوَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ مَعَ الْمُتَّقِيْنَ
'Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah ialah dua belas bulan [Allah menetapkan periode orbit bumi mengitari matahari selama setahun, yang setara dengan dua belas bulan, yaitu dua belas kali penampakan bulan sabit karena bulan mengitari bumi. Keteraturan periode waktu inilah yang menjadi patokan perhitungan waktu], (sebagaimana) ketetapan Allah (di Lauhulmahfuz) pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan keramat [empat bulan yang disebutkan, dimana orang-orang kafir diperbolehkan bergerak bebas di dalam negeri. Ulama lain menafsirkannya sebagai 'bulan keramat', yaitu Muḥarram, Rajab, Dzul-Qaidah, dan Dzulhijjah]. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah engkau menzalimi dirimu padanya (empat bulan itu), dan perangilah orang-orang musyrik semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya. Ketahuilah bahwa sesungguhnya, Allah bersama orang-orang yang bertaqwa.' [QS. At-Taubah (9):36]
Hal ini sama dengan jumlah tanda-tanda zodiak yang, melalui pergerakan matahari, menyelesaikan tahun matahari. Dikala bulan berputar mengelilinginya, ia menyelesaikan putaran tahunannya. Allah menjadikan bulan sebagai dasar perhitungan karena kemunculannya di cakrawala tak bergantung pada perhitungan apapun. Sebaliknya, ia merupakan sesuatu yang nyata dan terlihat dengan mata telanjang. Di sisi lain, pemahaman pergerakan matahari bergantung pada perhitungan dan pencatatan.
Pada episode berikutnya, kita akan perbincangkan dua belas bulan ini, dalam perspektif Islam, bi 'idznillah."

Sebelum masuk ke episode selanjutnya, Kenanga bersenandung,

Now I know how it’s like
[Kini ku tahu bagaimana rasanya]
to have a precious love in my life
[memiliki cinta yang berharga dalam hidupku]
Now I know how it feels
[Kini ku tahu bagaimana rasanya]
to finally be at peace inside
[akhirnya merasakan damai di dalam diri]
I wish that everybody knew
[Ku berharap semua orang tahu]
How amazing it feels to love You *)
[Betapa menakjubkan rasanya mencintai-Mu]
Kutipan & Rujukan:
- A group of Scholar under the Supervision of Syaikh H. Safi Ur-Rahman Al-Mubarakpuri, Tafsir Ibn Kathir (Abridged) Volume 2, 2003, Darussalam
- Maulana Mufti Muhammad Shafi, Ma'ariful Qur'an: A Comprehensive Commentary of the Holy Quran, Volume 2, Translated by Muhammad Shamim, Revised by Muhammad Taqi 'Usmani, 2014, Maktaba-e-Darul-'Uloom
- Aisha Abdarrahman Bewley (Trans.), Tafsir al-Qurtubi Vol. 3: Juz' 3: Sūrat al-Baqarah 254 - 286 & Sūrah Āli 'Imrān 1 - 95, 2019, Diwan Press Ltd.
*) "I Love You So" karya Bilal Hajji, Maher Elzein & Bara Kherigi