'Aku gak bisa berhentiin mobilnya yah,' tanyanya panik, 'gimana niiih?''Jangan panik,' kata sang ayah, 'tabrak aja tiang kayu ato pager bambu, pokoknya yang murahan.''“Islam memperkuat dan mempersatukan umat Islam melalui prinsip yang tercakup dalam Aqidah, Syari’ah, budayanya, keutuhan umat, dan keindahan Islam itu sendiri,” lanjut Yasmin sambil menikmati pesona air mancur tertinggi di dunia, Air Mancur Raja Fahd di Jeddah. Air mancur ini menyemburkan air mencapai ketinggian sekitar 260 meter (853 kaki). Dibangun antara tahun 1980 dan 1983, diluncurkan pada tahun 1985, dan terdaftar di Guinness World Records."Seluruh dunia Islam disebut 'Ummah' (أُمَّة). Ia mengacu pada Ummatul Islām (أمّةْ الإِسْلَامُ). Kata 'ummah' berbeda dengan konsep negara atau masyarakat. Oleh karenanya, dibedakan dari syaʻb (شَعْب, 'rakyat'), yang bermakna bangsa yang berleluhur atau bergeografi yang sama. Sebagai sebuah konsep teologis, 'Ummah' dimaksudkan agar mengatasi diskriminasi rasial dan perbedaan kelas guna menyatukan seluruh umat Islam.Solidaritas 'Ummah' merupakan payung yang mempersatukan seluruh bangsa, suku, ras, dan negara. Dengan demikian, kebersatuan umat Islam ibarat sebuah tubuh. Kapanpun ada bagian dari tubuh ini yang merasakan sakit, bagian lainnya akan menolong dan menyediakan pelipur lara. Seorang Muslim memohon perlindungan pada sesama Muslimnya, dan ia akan seketika mendapat dukungan; setiap kali seruan 'Takbir' [ungkapan 'Allāhu Akbar' dapat digunakan dalam berbagai keadaan, mulai dari perayaan hingga saat berduka] dikumandangkan, seluruh umat Islam akan bangkit.Pada tahun 1492, kolonialisme Eropa menyerbu wilayah Muslim, memulai rencana mereka dengan menyita Ghamatah (Granada). Pada tahun 1798, Mesir, jantung dunia Islam, tertembak panah kampanye Napoleon Bonaparte. Bencana ketiga terjadi pada tahun 1924 dengan runtuhnya Kekhalifahan Islam. Tren kolonialisme yang masif ini membuat dunia Islam terpecah-belah. Setiap bangsa di kalangan umat Islam terpaksa memperjuangkan kemerdekaannya sendiri.Sebagaimana banyak wilayah yang dulunya dijajah, dengan cepat bergerak menuju kemerdekaan formal dalam beberapa dekade selepas Perang Dunia II, yang tersisa cuma satu, Palestina. Dengan berdirinya negara Israel pada tahun 1948 dan perang yang terjadi setelahnya, warga Palestina tak punya negara pada saat umat Islam di seluruh Afrika Utara dan Timur Tengah mulai melihat titik terang di ujung terowongan kolonial. Oleh banyaknya orang Barat tak memandang berdirinya Israel modern sebagai sebuah babak dalam sejarah kolonialisme Barat, sepertinya cerita ini tak mendapat perhatian khusus. Namun bagi banyak warga Palestina, dan juga warga Arab lainnya, negara Israel mewakili kelanjutan proyek kolonial Barat. Persepsi ini boleh dibantah, namun demikian, kisah pembentukan Israel tak dapat dinarasikan secara memadai tanpa memperhatikan peran yang dimainkan oleh negara-negara Barat di Palestina pada awal hingga pertengahan abad ke-20.Kisah modern Israel dimulai pada akhir abad kesembilan belas dengan bangkitnya Zionisme: sebuah gerakan nasionalis Yahudi guna membangun dan mempertahankan negara Yahudi di Palestina. Istilah 'Zionisme' berasal dari kata Zion, sebuah bukit di Yerusalem, yang secara luas melambangkan negeri Israel. Zionis awal merupakan pendukung utama gagasan Yahudi bahwa Yahudi sebuah ras. Nasionalisme Zionis diambil dari teori Völkisch nasionalis rasial Jerman, yang menyatakan bahwa orang-orang yang punya keturunan yang sama, harus berusaha memisahkan diri dan membentuk negaranya sendiri. Pada saat gerakan ini muncul, orang-orang Yahudi Eropa mulai melihat kemungkinan nyata punya rumah permanen di Palestina di luar Eropa. Palestina-lah lokasi Tanah Perjanjian, menurut tradisi Yahudi, tanah yang dijanjikan kepada Abraham dan keturunannya. Sejak abad keenam SM, kerajaan lain, mulai dari Babilonia, Romawi, hingga Ottoman, telah menduduki dan menguasai negeri ini. Selama hampir dua milenium, orang-orang Yahudi yang taat, yang tinggal di diaspora, berdoa bagi kemungkinan kembali ke negeri ini.Sebagai sebuah gerakan terorganisir, Zionisme tak terlalu bergantung pada sentimen keagamaan yang secara historis diungkapkan oleh orang-orang Yahudi. Zionisme pada dasarnya, gerakan nasionalis sekuler, dan sebagian besar timbul melalui karya Theodor Herzl, seorang jurnalis dan penulis drama Austria-Hongaria. Ketertarikan Herzl terhadap tanah air Yahudi muncul darimana ia mengemukakan argumennya tentang tanah air Yahudi: 'Seluruh rencana pada hakikatnya sangat sederhana, sebagaimana harus dilakukan jika ingin dapat dipahami semua orang. Biarlah kedaulatan diberikan kepada kita atas sebagian bumi yang cukup luas agar memenuhi kebutuhan sah suatu negara; sisanya akan kami kelola sendiri.' Herzl terbuka terhadap dua kemungkinan 'bagian dunia' mana yang bisa dijadikan tanah air bagi orang-orang Yahudi: Palestina atau Argentina. Tak butuh waktu lama bagi negara-negara tersebut menjadi fokus aspirasi Zionis.Selama kurang lebih 1400 tahun setelah mayoritas Yahudi terakhir tercatat di wilayah tersebut, mayoritas populasi Yahudi global tinggal di berbagai negara tanpa negara nasional sebagai bagian dari diaspora Yahudi pasca-Romawi. Zionisme tak berideologi yang seragam, namun berkembang melalui dialog di antara banyak ideologi. Ketika Herzl menulis 'Der Judenstaat' pada tahun 1896, Palestina masih menjadi bagian dari Kesultanan Ottoman. Kekalahan Ottoman dalam Perang Dunia I mengakibatkan pembagian bekas kekaisaran di antara Sekutu, yang menyebabkan Inggris menerima mandat memerintah Palestina pada tahun 1923. Namun, pada tahun 1917, Inggris menyatakan dukungannya terhadap tanah air Yahudi di Palestina. Dalam sebuah surat yang ditulis oleh Menteri Luar Negeri Inggris, Arthur Balfour, kepada Walter Rothschild, seorang pemimpin komunitas Yahudi di Inggris, dukungan pemerintah Inggris diumumkan: 'Pemerintah Yang Mulia berpandangan mendukung pendirian rumah nasional bagi orang-orang Yahudi di Palestina, dan akan melakukan upaya terbaik mereka memfasilitasi pencapaian tujuan ini, dengan jelas dipahami bahwa tak ada tindakan yang boleh dilakukan, yang akan merugikan hak-hak sipil dan agama komunitas non-Yahudi yang ada di Palestina, atau hak-hak dan status politik yang dinikmati oleh orang-orang Yahudi. di negara lain mana pun.' Pernyataan ini, yang secara historis dikenal sebagai Deklarasi Balfour, meletakkan dasar bagi dukungan Inggris dan Barat terhadap tanah air Yahudi di Palestina.Pada dekade-dekade berikutnya, dua nasionalisme yang saling bersaing, Zionisme dan nasionalisme Arab Palestina—sebuah gerakan politik abad ke-20 yang berfokus pada penyatuan masyarakat Arab berdasarkan kesamaan warisan bahasa, budaya, sejarah, dan agama; gerakan ini merupakan respons terhadap warisan kolonialisme Barat—yang semakin intensif tanpa penyelesaian yang jelas. Imigrasi orang Yahudi Eropa ke Palestina, yang meningkat karena alasan yang jelas selama Holocaust, menyebabkan ketegangan yang lebih besar antara orang Yahudi dan Palestina. Dengan berakhirnya Perang Dunia II, Inggris menyerahkan permasalahan Palestina ke Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Pada bulan November 1947, PBB, yang anggotanya didominasi oleh negara-negara Barat, yang sebagian besar masih terlibat dalam proyek kolonial, mengembangkan rencana membagi Palestina menjadi tiga wilayah: satu negara Yahudi, satu negara Palestina, dan zona internasional di bawah pengawasan PBB. termasuk Yerusalem. Rencana ini, kontroversial. Kendati jumlah pemukim Yahudi berjumlah sekitar sepertiga dari populasi, rencana PBB memberi mereka sekitar 55 persen lahan di Palestina, menolak rencana tersebut, sedangkan Provisional State Council of Israel menegaskannya dan secara resmi mendeklarasikan berdirinya negara Israel pada tahun 1948. Dalam upaya ini, Israel menerima banyak dukungan internasional dari banyak negara di luar dunia Arab, termasuk dua negara adidaya baru, Amerika Serikat dan Uni Soviet.Segera setelah proklamasi Israel, tentara dari Mesir, Transyordania, Suriah, dan Irak bergabung dengan milisi Palestina dalam menyerang Israel. Perang Arab-Israel berlangsung hingga tahun 1949, dengan Israel sebagai pemenang utamanya. Lebih dari tujuh ratus ribu warga Palestina terpaksa meninggalkan rumah mereka dan menjadi pengungsi (PBB memperkirakan terdapat 711.000 pengungsi Palestina akibat perang tersebut). Perang lain antara Israel dan negara-negara Arab terjadi pada dekade-dekade berikutnya, terutama Perang Enam Hari pada tahun 1967, begitu pula berbagai upaya diplomatik untuk menemukan resolusi damai atas konflik Israel-Palestina yang sedang berlangsung.Banyak orang di dunia Arab memandang sejarah konflik ini, dimulai oleh kemunculan Zionisme dan terus berlanjut usai berdirinya Israel, melalui kacamata eksploitasi kolonial Barat, dimana Israel berperan sebagai negara klien Barat pada umumnya dan Amerika Serikat pada khususnya. Persepsi ini memicu sentimen anti-Barat dan anti-Amerika di seluruh Timur Tengah.Palestina merupakan nama wilayah yang terletak di bagian Barat Daya Asia; berbatasan dengan Lebanon di Utara, Suriah di Timur Laut, Yordania di Timur, Laut Merah di Selatan, Sinai di Barat Daya Mesir, dan Barat dengan Laut Mediterania. Daerah ini menjadi saksi bentuk peradaban pertama yang tercatat dalam sejarah manusia di kota Jericho, yang didirikan sepuluh ribu tahun yang lampau. Sejak saat itu, wilayah tersebut dihuni oleh orang Kanaan dan imigran laut bernama Filistin, yang kemudian berintegrasi dengan mereka. Setelah itu, diserang oleh Romawi, Yahudi, Mogul, dan Tentara Salib.Sejak abad ketujuh, sebagian besar penduduknya memeluk Islam dan bergabung dengan pemerintahan Islam berturut-turut hingga tahun 1917, tahun runtuhnya Negara Ottoman, dikala Palestina berada di bawah mandat Inggris, yang berupaya memfasilitasi realisasi impian Zionis membangun negara Yahudi di Palestina.Palestina memperoleh namanya dari para imigran Mediterania yang datang dari Kepulauan Yunani bagian selatan pada abad ke-12 SM, dan dikenal sebagai 'manusia laut'. Dalam aksara Mesir kuno, mereka disebut sebagai P.L.S.T, N ditambahkan kemudian, kemungkinan agar menjadiknnya kata benda jamak; mereka disebut sebagai orang Filistin. Negeri yang sebelumnya dikenal dengan nama Negeri Kanaan ini, mengambil nama para pemukim baru, lalu dikenal dengan nama Palestina. Selama berabad-abad pemerintahan Islam, Palestina telah menjadi bagian integral dari unit geografis yang lebih luas, Bilad Al-Syam atau Suriah Raya, sebagai sebuah sub-distrik atau 'pembiayaan' dalam bahasa pada masa itu. Sub-distrik Palestina menerapkan Batasan baru ini, ditetapkan pada masa penjajahan Inggris (1918-1948), dan berdasarkan the Sykes-Picot agreement antara Perancis dan Inggris, yang membagi wilayah Negara Ottoman yang takluk. Perbatasan terakhir dengan Suriah dan Lebanon ditetapkan berdasarkan perjanjian Perancis-Inggris pada tahun 1920, sementara perbatasan dengan Trans-Yordania ditetapkan oleh the British High Commissioner pada tahun 1922, dan perbatasan dengan Mesir ditetapkan pada tahun 1908 oleh Ottoman dan Khedive Mesir. Sejak itu, Palestina mencakup wilayah sebelah barat Sungai Yordan, sebelah selatan Gunung Lebanon.Wilayah Palestina berluaskan 27.009 km2, termasuk 704 km2 permukaan air yang terdiri dari Danau Al-Hula, Danau Tiberias, dan separuh Laut Mati. Palestina unik secara geografis dan memang menggiurkan, punya empat iklim yang berbeda, dengan titik terendah di bumi dan pegunungan berketinggian 1200m di atas permukaan laut, beserta danau dan laut, yang salah satunya dikenal dengan konsentrasi garam tertinggi sehingga tiada kehidupan di lautannya. Seluruh fitur ini, tersusun di sebidang lahan mungil yang menghubungkan Asia dan Afrika, luasnya tak lebih dari 27.009 km. Palestina secara umum terbagi menjadi empat zona geografis: wilayah pesisir: dataran yang membentang di sepanjang Laut Tengah dari Utara ke Selatan; inilah salah satu daerah tersubur di Palestina, sebab menikmati iklim Mediterania dengan empat musim penuh. Dikenal hingga saat ini sangat ideal menanam buah-buahan dan bunga. Pegunungan: terletak di sebelah Timur daerah pantai dan berdiri sejajar dengannya; ketinggian tertinggi mencapai 1.208 meter di Gunung Al-Jarmaq (Meron) di Palestina Utara, umumnya lebih dingin dibanding pesisir pantai, namun masih menikmati iklim Mediterania. Kendati topografinya kasar, kawasan ini ideal menanam biji-bijian, kacang-kacangan, buah ara, zaitun, dan anggur; dan banyak digunakan bagi penggembalaan. Al-Ghour (Lembah Celah): dikenal pula sebagai Lembah Yordan, karena Sungai Yordan membaginya menjadi bagian Timur dan Barat, berturut-turut di Yordania dan Palestina. Al-Ghour merupakan lahan subur yang ideal menanam sayur-sayuran, buah-buahan dan kurma. Daerah gurun: menempati Palestina Selatan, dan dikenal sebagai Gurun Al-Naqab (Negev) dengan Bir Al-Sabe' (Birsyeba) sebagai oasis utamanya. Al-Naqab menempati hampir separuh wilayah Palestina; mencakup wilayah antara Al-Khalil (Hebron) di Timur dan Gaza di Barat dan meluas hingga pantai utara Laut Merah. Al-Naqab panas dan kering agak berpasir, yang disemburkan oleh angin dan sedikit oasis.Lebih dari separuh populasi dunia, meyakini bahwa Palestina, atau setidaknya sebagian darinya, sakral; tiada negeri lain di bumi yang dipandang nirmala oleh begitu banyak orang. Bagi ketiga agama Ibrahim (Islam, Kristen, dan Yudaisme), dan juga bagi beberapa sekte lainnya, Palestina adalah tanah keramat yang menampung beberapa tempat suci utama.Siapa sih pemilik negeri ini? Ketenaran Palestina berasal dari perselisihan selama 80 tahun antara penduduk Arab setempat dan imigran Yahudi Zionis yang berupaya, dan kemudian berhasil mendirikan entitas politik mereka sendiri, 'Negara Israel', dengan mengusir dan merampasnya dari penduduk asli. Zionisme secara singkat sebuah ideologi politik yang meyakini berdirinya rumah 'nasional' bagi orang-orang Yahudi di Palestina. Mereka berupaya mencapai tujuannya dengan segala cara, melalui kekerasan sebagai prioritas utama. Memvalidasi keyakinan dan tindakannya dengan argumen agama tertentu yang terutama berasal dari Yudaisme dan argumen sejarah yang sebagian besar didasarkan pada Perjanjian Lama. Akan tetapi, hal ini bukan berarti bahwa semua orang Yahudi itu, Zionis atau seluruh Zionis itu Yahudi. Ada beberapa orang Yahudi non-Zionis dan bahkan anti-Zionis dan ada banyak Zionis non-Yahudi, yang sebagian besar Kristen Protestan. Dalam perjalanan mencapai tujuan mereka, Zionis mengobarkan enam perang, membunuh dan menggusur warga Palestina di dalam atau bahkan di luar Palestina, yang melarikan diri ke tempat yang aman di Lebanon. Namun, pandangan Zionis tak menganggap mereka yang terbunuh dan terlantar sebagai korban; sebaliknya, mereka menyatakan bahwa tindakan mereka legal dan etis, membela hak-hak orang Yahudi yang 'tak terbantahkan' di tanah air mereka.Zionis mengklaim bahwa sebagai bangsa terpilih, orang-orang Yahudi diberkati dengan negeri susu dan madu, dimana mereka mendirikan kerajaan besar yang imani, dan dari situlah bangsa Asiria mengusir mereka. Kini saatnya bagi orang-orang Yahudi kembali ke negeri yang diberikan kepada mereka berdasarkan ketetapan ilahi; inilah saatnya bagi mereka mengakhiri penderitaan Diaspora selama dua milenium. Retorika ini, memvalidasi dirinya sendiri yang disebutkan dalam Perjanjian Lama. Namun, pastilah jelas bagi siapa pun yang berintelek, bahwa ikrar ini, hanya berlaku bagi mereka sendiri; karenanya, bangsa Yahudi tak berhak memaksa penduduk Muslim dan Kristen setempat, yang tak menganut kepercayaan ini, menyerah begitu saja; Bila saja mereka percaya pada klaim tersebut, takkan ada perselisihan sejak awal. Klaim keagamaan kemudian tak dapat memvalidasi apapun selama hanya dapat diterima oleh satu pihak saja, yaitu pihak asing dan imigran. Lagipula, dengan dalih para Nabi Bani Israil (seperti Nabi Musa, Yosua, Daud, dan Sulaiman (عليهم السلام) berikhtiar memulangkan para pengikut mereka (yaitu orang-orang Yahudi) di tanah suci. Oleh karenanya, menggunakan dalih warisan para Nabi, orang-orang Yahudi menuduh bahwa Palestina milik mereka.Di sisi lain, sebagian besar penduduk asli Muslim percaya bahwa umat Islam-lah pewaris sah semua Nabi yang memimpin perjuangan tauhid di negeri ini [Palestina], keyakinan akan kenabian para Nabi tersebut merupakan bagian yang tak terpisahkan dari keimanan umat Islam, dengan demikian, logika inilah yang menjadikan negeri itu milik mereka. Menurut Al-Qur'an, seluruh Nabi itu, Muslim dalam keimanan, oleh sebab itu, umat Islam-lah ahli waris mereka yang paling sah oleh hubungan mereka dengan para Nabi, hubungan keimanan, bukan bahasa atau ras; Para nabi meupakan milik orang-orang yang beriman, yaitu kaum Muslimin. Ayat Al-Qur'an membuktikan hal ini,مَاكَانَ اِبْرٰهِيْمُ يَهُوْدِيًّا وَّلَا نَصْرَانِيًّا وَّلٰكِنْ كَانَ حَنِيْفًا مُّسْلِمًاۗ وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ اِنَّ اَوْلَى النَّاسِ بِاِبْرٰهِيْمَ لَلَّذِيْنَ اتَّبَعُوْهُ وَهٰذَا النَّبِيُّ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا ۗ وَاللّٰهُ وَلِيُّ الْمُؤْمِنِيْنَ'Ibrahim bukanlah seorang Yahudi dan bukan pula seorang Nasrani, melainkan ia seorang Muslim [berserah diri] hanif [condong pada kebenaran, jauh dari kemusyrikan dan kesesatan]. Bukan pula ia termasuk (golongan) orang-orang musyrik [orang-orang yang mempersekutukan sesuatu atau orang lain dengan Allah]. Sesungguhnya orang yang paling dekat dengan Ibrahim ialah orang-orang yang mengikutinya, Nabi ini (yakni Rasulullah (ﷺ)), dan orang-orang yang beriman. Allah-lah Wali [termasuk dalam makna patron (suri-teladan), pendukung, penderma, penjamin, pembela, penolong, dan pemelihara] orang-orang mukmin.' [QS. Ali 'Imran (3):67-68]Mereka meyakini bahwa Taurat yang ada di kalangan Yahudi saat ini, telah menyimpang, yang ditulis ulang oleh para rabi Yahudi agar sesuai dengan tujuan dan kebutuhan mereka, karenanya, dipandang sangat skeptis.Negeri ini pernah diberikan kepada kaum Nabi Musa. Al-Qur'an menuturkan,يٰقَوْمِ ادْخُلُوا الْاَرْضَ الْمُقَدَّسَةَ الَّتِيْ كَتَبَ اللّٰهُ لَكُمْ وَلَا تَرْتَدُّوْا عَلٰٓى اَدْبَارِكُمْ فَتَنْقَلِبُوْا خٰسِرِيْنَ قَالُوْا يٰمُوْسٰٓى اِنَّ فِيْهَا قَوْمًا جَبَّارِيْنَۖ وَاِنَّا لَنْ نَّدْخُلَهَا حَتّٰى يَخْرُجُوْا مِنْهَاۚ فَاِنْ يَّخْرُجُوْا مِنْهَا فَاِنَّا دٰخِلُوْنَ قَالَ رَجُلَانِ مِنَ الَّذِيْنَ يَخَافُوْنَ اَنْعَمَ اللّٰهُ عَلَيْهِمَا ادْخُلُوْا عَلَيْهِمُ الْبَابَۚ فَاِذَا دَخَلْتُمُوْهُ فَاِنَّكُمْ غٰلِبُوْنَ ەۙ وَعَلَى اللّٰهِ فَتَوَكَّلُوْٓا اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ قَالُوْا يٰمُوْسٰٓى اِنَّا لَنْ نَّدْخُلَهَآ اَبَدًا مَّا دَامُوْا فِيْهَا ۖفَاذْهَبْ اَنْتَ وَرَبُّكَ فَقَاتِلَآ اِنَّا هٰهُنَا قٰعِدُوْنَ قَالَ رَبِّ اِنِّيْ لَآ اَمْلِكُ اِلَّا نَفْسِيْ وَاَخِيْ فَافْرُقْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ الْقَوْمِ الْفٰسِقِيْنَ قَالَ فَاِنَّهَا مُحَرَّمَةٌ عَلَيْهِمْ اَرْبَعِيْنَ سَنَةً ۚيَتِيْهُوْنَ فِى الْاَرْضِۗ فَلَا تَأْسَ عَلَى الْقَوْمِ الْفٰسِقِيْنَ ࣖ'(Musa berkata), 'Wahai kaumku, masuklah ke tanah suci (Baitulmaqdis) yang telah Allah tentukan bagimu [maksudnya, tanah Palestina ditentukan Allah bagi kaum Yahudi sepanjang mereka beriman dan taat kepada Allah. Saat Rasulullah (ﷺ) diutus Allah, mereka menolak beriman kepadanya, ketentuannya batal bagi orang Yahudi] dan janganlah berbalik ke belakang (karena takut kepada musuh), nanti kalian menjadi orang-orang pandir.' Mereka berkata, 'Wahai Musa, sesungguhnya di dalamnya (negeri itu) ada orang-orang yang sangat kuat dan kejam. Kami takkan memasukinya sebelum mereka keluar. Jika mereka keluar dari sana, kami pastilah akan masuk.'Berkatalah dua orang lelaki di antara mereka yang bertaqwa, yang keduanya telah diberi nikmat oleh Allah, 'Masukilah pintu gerbang negeri itu untuk (menyerang) mereka (penduduk Baitulmaqdis). Jika kalian memasukinya, kalian pasti akan menang [yaitu, jika kalian menaati perintah Allah dengan bertawakal kepada-Nya, Dia akan memenuhi janji-Nya kepada kalian]. Bertawakallah hanya kepada Allah, jika kalian orang-orang mukmin.' Mereka berkata, 'Wahai Musa, sesungguhnya kami sampai kapan pun takkan memasukinya selama mereka masih ada di dalamnya. Oleh karenanya, pergilah engkau bersama Rabbmu, lalu berperanglah kalian berdua. Sesungguhnya kami tetap berada di sini saja.' Ia (Musa) berkata, 'Duhai Rabbku, aku tak punya (kendali) apa pun, kecuali atas diriku sendiri dan saudaraku. Oleh sebab itu, pisahkanlah antara kami dan kaum yang fasik itu.' (Allah) berfirman, '(Jika demikian,) sesungguhnya (negeri) itu terlarang buat mereka selama empat puluh tahun. (Selama itu) mereka akan mengembara kebingungan di bumi. Maka, janganlah engkau (Musa) bersedih atas (nasib) kaum yang fasik (sangat tidak taat) itu.' [QS. Al-Ma'idah (5):21-26]Allah memberikan lahan tersebut kepada orang-orang Yahudi dengan syarat bahwa mereka menegakkan paradigma tauhid yang berdasarkan ajaran wahyu, namun mereka melakukan hal yang sebaliknya, dan oleh sebab itu, perjanjiannya batal dan tak berlaku lagi. Karena syarat ini tak terpenuhi, maka Allah mengutus Utusan-utusan-Nya kepada umat lain agar mereka menyebarkan keimanan kepada umat manusia dengan cara yang lebih baik ketimbang yang dilakukan bani Israil. Dan sejak saat itu, hak atas tanah suci diberikan kepada mereka yang memimpin misi membangun keteladan berdasarkan ajaran wahyu ilahi, yaitu umat Islam. Sesungguhnya, kaum Yahudi sendiri telah mengakui bahwa mereka tak berhak lagi atas lahan tersebut oleh penyimpangan dan dosa mereka, hal ini disabdakan oleh Nabi mereka, Yeremia, atau Armiya bin Halqiyah, kepada Nebukadnezar dan kaum Kasdim. Ia berkata,''Wahai bangsa yang berdosa, umat yang sarat dengan kesalahan, keturunan yang berbuat jahat, anak-anak yang telah runtuh akhlak! Mereka meninggalkan Tuhan, menista Yang Maha Suci, Allah Israel, dan berpaling membelakangi Dia.' [Kitab Yesaya, 24: 1.4]'Bumi berkabung dan layu, dunia merana dan layu, bangsa yang termasyhur di bumi pun merana. Bumi dinajiskan oleh penduduknya, kerana mereka melanggar hukum, mengubah ketetapan, dan mengingkari perjanjian yang kekal.' [Kitab Yesaya, 24:4-5]Walaupun bila kita mengendors pendapat orang-orang Yahudi bahwa negeri itu diberikan kepada Nabi Ibrahim dan anak-anaknya, maka orang-orang Arab juga berhak atas negeri itu karena 'Ismail', yang juga putra Nabi Ibrahim, merupakan salah satu kakek buyut mereka. Maka, dengan logika yang sama, mereka punya hak yang sama dengan orang Yahudi.Bagi umat Islam, Al-Qur’an telah menjelaskan dengan tandas makna memilih keturunan Ibrahim menjadi pemimpin,وَاِذِ ابْتَلٰٓى اِبْرٰهٖمَ رَبُّهٗ بِكَلِمٰتٍ فَاَتَمَّهُنَّ ۗ قَالَ اِنِّيْ جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ اِمَامًا ۗ قَالَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِيْ ۗ قَالَ لَا يَنَالُ عَهْدِى الظّٰلِمِيْنَ'(Ingatlah) ketika Ibrahim dicoba Rabbnya dengan beberapa kalimat, lalu ia melaksanakannya dengan sempurna. Dia (Allah) berfirman, 'Sesungguhnya Aku menjadikan engkau sebagai Imam bagi seluruh manusia.' Ia (Ibrahim) berkata, '(Aku mohon juga) dari sebagian keturunanku.' Allah berfirman, '(Doamu Aku kabulkan, tapi) janji-Ku tak berlaku bagi orang-orang zalim.' [QS. Al-Baqarah (2):124]Syarat kepemimpinan ini ialah tak berbuat jahat, namun sebaliknya, Zionis Yahudi menggunakannya sebagai dalil membunuh, menggusur, menyiksa dan menindas, seolah-olah mereka dipilih untuk bebas berbuat kezaliman.Berdasarkan kisah-kisah yang dituturkan dalam Taurat, kaum Yahudi Zionis mengklaim bahwa merekalah penduduk asli Palestina dan bahwa negeri tersebut hanya milik mereka; setiap orang yang memasuki negeri ini, datang setelah mereka dan dianggap sebagai penjajah tanah Israel; layak diusir karena mengambil lahan yang bukan miliknya. Banyak studi sejarah diarahkan untuk mendukung pandangan ini; namun hal-hal tersebut jauh dari kesan akademis dan prasangka sepihak karena mengabaikan sejumlah besar bukti sejarah.Beberapa bukti sejarah akan kita percakapkan pada episode selanjutnya, bi 'idznillah."Sebelum berpindah ke penggalan berikutnya, Yasmin pun bersenandung,Berpaling muka bila saling bertatap mataSeolah kita tiada pernah saling mencintaMencari sebab serta mencari alasanSupaya tercapai hasratmu *)
Kutipan & Rujukan:
- Dr. Mohsen Mohammed Saleh, History of Palestine: A Methodological Study of a Critical Issue, 2003, Al-Falah Foundation
- Theodor Herzl, The Jewish State, translated from the German 'Der Judenstaat', 1896, by Sylvie D'Avigdor, adapted from the edition published in 1946 by the American Zionist Emergency Council, Dover Publications.
- Gideon Shimoni, The Zionist Ideology, 1995, the Trustees of Brandeis University
*) "Mencari Alasan" karya Lukhman S dan Rahim Othman