"Lanjuut!" kata Wulandari. "Setiap orang berpikir; lantaran sifat kitalah yang menjadikannya begitu, Richard Paul dan Linda Elder menyampaikan kepada kita. Namun banyak pemikiran kita, dibiarkan jalan sendiri, bias, terdistorsi, parsial, kekurangan informasi atau suuzan. Namun kualitas hidup kita dan apa yang kita hasilkan, yang kita perbuat, atau yang kita bina, sangat bergantung pada kualitas berpikir kita. Buah pikiran yang berkualitas buruk, biayanya mahal lho, baik dalam bentuk uang maupun kualitas hidup. Karenanya, pemikiran yang bermutu tinggi, seyogyanya dikembangkan secara sistematis.
Ada banyak jenis berpikir, kata Steven Schuster. Tiada satu pun jenis berpikir yang lebih baik dari yang lain. Semuanya berguna dalam keadaan tertentu. Kita hendaknya tak menggunakan satu jenis berpikir dengan mengesampingkan yang lainnya.
Berpikir linier, cara berpikir kita yang umum diajarkan di sepanjang usia. Jenis berpikir ini, terkait dengan mencari hubungan antara sebab dan akibat. Berpikir linier memberi tahu kita bahwa ada sebab dan akibat, masalah dan solusi, serta awal dan akhir. Hal ini sangat membantu dalam memecahkan jenis masalah tertentu. Semisal ponselmu mati (akibat) karena baterainya mati (penyebab). Bila engkau menyambungkan kabel ponselmu dan mengisi daya baterainya, ponselmu akan berfungsi kembali.
Berpikir linier juga punya kelemahan. Ia tak memandang berbagai hal sebagai sistem yang rumit dan memilih semata fokus pada satu bagian kecil dari teka-teki yang jauh lebih besar. Kala kita hanya fokus pada satu bagian kecil tanpa mempertimbangkan bagaimana bagian itu terhubung ke sistem yang lebih besar, bisa jadi, solusi kita dapat menciptakan konsekuensi yang tak diinginkan, yang tak selalu bermanfaat.
Berpikir dengan orientasi peristiwa, memandang dunia sebagai sesuatu yang lebih kompleks dibanding berpikir linier pada umumnya, namun pemikiran ini, menganggap kehidupan terdiri dari serangkaian peristiwa, dan bukan sebagai sebauh sistem. Dalam model berpikir ini, peristiwa merupakan sesuatu yang telah atau akan terjadi. Setiap peristiwa diyakini punya sebab, dan jika kita mengubah penyebabnya, peristiwa tersebut, bakalan berubah pula.
Pemikiran berorientasi peristiwa merupakan dasar logika kita. Bila kita melakukan A, maka B bakal terjadi. Jenis pemikiran ini, cepat, mudah diterapkan, dan mudah dipahami. Otak kita menyukai pemikiran yang berorientasi pada peristiwa. Otak kita merasa senang menangani masalah yang sederhana dan akrab bagi kita. Dari sejarah manusia paling awal, kita menanam tanaman di musim semi sehingga kita dapat memanennya di musim gugur dan masih punya cukup makanan di musim dingin dan sepanjang tahun, kita menetap di dekat air sehingga ktai dapat dengan mudah mengakses air minum, ikan buat makanan, dan jalur transportasi. Kita menggubah mata panah yang tajam guna membantu kita berburu dengan lebih baik, dan kita bergabung dalam kelompok demi membantu kita agar tetap aman dan memastikan terpenuhinya kebutuhan semua orang.
Berpikir yang berorientasi pada peristiwa, kurang efektif dalam menangani masalah atau sistem yang kompleks. Sebab masyarakat kita berubah dari waktu ke waktu, berpikir yang berorientasi pada peristiwa tak berkembang bersamanya. Masalah yang kita hadapi saat ini, seringkali membutuhkan pemahaman yang lebih dalam dibanding yang dimungkinkan oleh berpikir pada orientasi peristiwa.
Berpikir lateral, ditemukan oleh Edward De Bono pada tahun 1967, mencakup pemikiran yang lebih kreatif, yang tak seketika terlihat jelas bagi mereka yang sangat bergantung pada pemikiran logis langkah demi langkah tradisional guna mencapai kesimpulan. Ia berupaya menghasilkan ide-ide baru dan inovatif, dengan cara yang dapat kita ulangi dengan mudah dari waktu ke waktu. Berpikir lateral bermanfaat di saat engkau lebih mendalami masalah lantaran punya satu set solusi dan hendak memperluas pemikiranmu, di luar pola yang biasa engkai pikirkan. Ia sangat membantu dalam sesi brainstorming dan ketika hasil yang diinginkan, merupakan penemuan atau inovasi .
Sifat berpikir lateral, bahwa tiada ide yang dikecilkan, maka semua ide, pada awalnya diberi bobot yang sama, meski tak tepat. Hal ini, bisa saja menghabiskan waktu berhargamu atau proses penyelesaian masalahnya, menjadi keluar jalur. Jadi, ketidakmampuan pemikiran lateral ialah tujuan yang jelas dan titik akhir, mungkin tak teridentifikasi. Jenis pemikiran ini tak memiliki beberapa struktur dan tujuan, yang dimanfaatkan oleh jenis berpikir lain.
Berpikir kritis, menghadirkan analisis fakta secara objektif, sehingga penilaian dapat dicapai. Ia juga sering mengharuskan berpikir tentang pemikiranmu dan merenungkan caramu mencapai keputusan guna mengatasi bias apa pun dan meningkatkan kualitas dan efisiensi kognisimu.
Berpikir kritis efektif ketika engkau berusaha menemukan hubungan logis di antara ide-ide. Pemikir kritis tak menerima sesuatu begitu saja; mereka menggali lebih dalam demi memastikan bahwa ada pemikiran rasional dan penalaran yang kuat di balik setiap informasi yang mereka sajikan, sebelum mereka menerimanya sebagai kebenaran. Hal ini sangat bermanfaat kala diperlukan pendekatan sistematis guna memecahkan suatu masalah.
Jenis berpikir ini, sangat membantu dalam banyak hal. Mungkin cuma perlu dipantau agar memastikan bahwa ia tak dilakukan secara ekstrem. Skeptisisme yang sehat dan mempertanyakan sudut pandang, merupakan keterampilan hidup yang penting, selama skeptisisme dan mempertanyakan otoritas [otoritas tak selalu bermakna penguasa atau pemerintah, melainkan pula pada wewenang, atau hak untuk memberi perintah, mengambil keputusan, dan menegakkan ketaatan], dengan argumentasi yang baik dan didukung oleh fakta.
Berpikir kritis merupakan konsep yang mengintimidasi banyak orang, kata Harvey Segler. Begitu mereka mendengar kata 'kritis', benak mereka menuju ke suatu tempat yang intens dan di atas level mereka. Ketika engkau menggabungkannya dengan kata 'berpikir', engkau menyebabkan banyak orang menghindari konsep tersebut sama sekali.
Ada banyak ide dan firasat yang mengelilingi konsep berpikir kritis, tapi sementara prasangka berkisar dari sekelompok ahli sains yang mengelilingi meja dengan jas lab putih hingga politisi yang memperdebatkan hukum negara, frasa itu sendiri bermakna sederhana.
Menurut Segler, 'Berpikir kritis' didefinisikan sebagai: Analisis dan evaluasi objektif terhadap suatu masalah guna membentuk penilaian.' Ini hanyalah kata-kata yang panjang untuk menggambarkan apa yang sebenarnya merupakan konsep yang sangat sederhana. Sederhana dalam praktik, karena engkau dapat memikirkan apa saja, baik itu cara yang lebih cepat berangkat kerja di pagi hari, maupun sesuatu yang sesulit menyembuhkan kanker.
Berpikir kritis memberimu alat untuk menggunakan skeptisisme dan keraguan secara konstruktif sehingga engkau dapat menganalisis apa yang ada di hadapanmu, kata Stella Cottrell. Ia membantumu mengambil keputusan yang lebih baik dan lebih banyak informasi tentang mungkinkah sesuatu itu, benar, efektif atau produktif. Pada akhirnya, agar berfungsi di dunia, kita harus menerima kemungkinan bahwa setidaknya, ada beberapa hal, sebagaimana apa yang terlihat. Hal ini membutuhkan keyakinan. Jika kita dapat menganalisis dengan jelas dasar dari apa yang kita pandang benar, kita akan lebih mampu membedakan mana yang masuk akal untuk dipercayai, dan mana yang berguna dalam bersikap skeptis.
Fokus berpikir kritis sering disebut sebagai 'argumen'. Berpikir kritis dikaitkan dengan penalaran atau dengan kapasitas kita berpikir rasional. Kata 'rasional' maknanya 'memakai nalar' guna memecahkan masalah.
Berpikir kritis, dalam pandangan Paul dan Elder, merupakan seni menganalisis dan mengevaluasi pemikiran, dengan maksud memperbaikinya. Singkatnya, berpikir kritis itu, berpikir mandiri, disiplin diri, pemantauan diri, dan koreksi diri. Ia membutuhkan standar keunggulan yang ketat dan perintah yang cermat dalam penggunaannya. Ia memerlukan kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah yang efektif dan komitmen untuk mengatasi sifat egosentrisme [minat yang berlebihan pada diri sendiri dan kepedulian terhadap kesejahteraan atau keuntungan sendiri dengan mengorbankan atau mengabaikan orang lain] dan sosiosentrisme [kecenderungan menganggap superioritas atau kebenaran kelompok sosialnya sendiri] kita.
Para peneliti dan pendidik sepakat bahwa salah satu keterampilan yang hendaknya dipunyai dan dipraktekkan oleh para pemikir kritis ialah kemampuan memandang masalah dari perspektif yang berbeda, kata Jonathan Haber. Sebab asal usul pemikiran kritis, semuanya bermula dari filosofi, yakni dari karya kunci murid Plato, Aristoteles.
Tiga tokoh mendominasi kisah asal-usul filsafat Yunani. Yang pertama, Socrates, mempertanyakan keyakinan tetap dan berjuang menjalani 'kehidupan yang diuji,' aktivitas yang menjadikannya memperoleh gelar bapak filsafat Barat, serta hukuman mati dari sesama orang Athena yang nggondok padanya. Socrates tak meninggalkan karya tulis, tetapi yang lain menangkap wawasannya, terutama muridnya Plato, yang Dialognya menyajikan pemikiran masternya yang terkait dengan ide-idenya sendiri. Plato juga mendirikan apa yang dianggap sebagai aliran filsafat pertama di dunia Barat—the Academy—tempat belajar para filsuf brilian seperti Aristoteles.
Salah satu peran yang dimainkan Aristoteles ialah sebagai pembuat sistem dahsyat, yang menertibkan berbagai pokok bahasan yang dipelajarinya dan pemikir lainnya. Faktanya, banyak bidang akademik saat ini, seperti biologi dan ilmu politik, menjadi disiplin ilmu yang berbeda hanya ketika Aristoteles menganalisis dan menatanya.
Berpikir kritis dimulai dengan mengajukan pertanyaan yang tepat. Mengajukan pertanyaan analitis yang sangat mendasar, amatlah vital bagi kesempurnaan berpikir. Tidaklah mungkin, menjadi pemikir yang baik tapi penanya yang buruk. Pertanyaan menetapkan tugas, mengungkapkan masalah, dan menggambarkan masalah. Semuanya mendorong pemikiran ke depan. Jawaban, di sisi lain, seringkali menandakan berhenti total dalam berpikir. Hanya ketika sebuah jawaban menghasilkan pertanyaan lebih lanjut, barulah pikiran berlanjut sebagai pendalaman. Pikiran tanpa pertanyaan merupakan pikiran yang tak hidup secara intelektual. Tiada pertanyaan (yang ditanyakan) sama dengan tiada pemahaman (yang tercapai). Pertanyaan dangkal sama dengan pemahaman dangkal, pertanyaan tak jelas sama dengan pemahaman tak jelas. Jika pikiranmu tak secara aktif menghasilkan pertanyaan, Engkau tak terlibat dalam pembelajaran substantif. Berpikir dalam disiplin-disiplin ilmu, didorong, bukan oleh jawaban, melainkan oleh pertanyaan penting. Jika engkau hampir menjadi manusia biasa di planet ini, pertanyaan 'Mengapa orang kaya semakin kaya?' pasti telah terlintas di benakmu lebih dari sekali. Dapatkah kita menemukan jawaban untuk memuaskan keingintahuan kita?
Mereka yang kaya secara finansial, sering menggunakan harta-benda dan hak istimewa yang mereka punyai untuk mendapatkan informasi orang dalam, pengetahuan khusus atau tambahan yang, pada gilirannya, membantu mereka menghasilkan lebih banyak uang, hak istimewa, dan informasi kelompok tertutup bagi diri mereka sendiri. Pengecualian kompetitif merupakan jebakan sistem. Apa yang terjadi ketika seseorang memenangkan kompetisi? Ia mendapat hadiah. Hadiah ini—uang, peralatan, akses yang diberikan—memberi pemenang ini, kemampuan bersaing lebih baik atau lebih mudah di lain waktu. Keadaan ini, membentuk lingkaran umpan balik yang memperkuat, yang meningkatkan kemungkinan bahwa pemenang akan terus menang dan yang kalah akan terus kalah.
Bagaimana Monopoli—permainan papan—berkembang? Setiap pemain memulai permainan di lapangan permainan yang datar, akan tetapi, segera setelah pemain mulai mengumpulkan properti di papan permainan, semuanya berubah. Tatkala seorang pemain punya kendali atas sebuah properti, mereka dapat mulai membangun hotel dan membebankan biaya sewa kepada pemain lain, saat mereka mendarat di properti miliknya. Sang pemain lalu dapat mengambil uang yang mereka terima dari pemain lain dan menggunakannya membeli lebih banyak properti dan menempatkan lebih banyak hotel di papan permainan. Hal ini membuat hampir mustahil bagi pemain lain mengejar ketinggalan, dan sangat meningkatkan kemungkinan pemain pemilik hotel, memenangkan permainan.
Kita juga melihat hal ini, berperan pada alam. Prinsip eksklusi kompetitif memberitahu kita bahwa tak mungkin ada, dua spesies berbeda yang hidup di ruang ekologis yang persis sama, saling bersaing demi mendapatkan makanan dan sumber daya yang persis sama. Ketika dua spesies berbeda, salah satu spesies dapat bereproduksi lebih cepat atau lebih efektif dalam menggunakan sumber daya daripada spesies lainnya. Hal ini akan memberikan keuntungan bagi spesies tersebut atas yang lain, karena akan mulai meningkatkan populasinya dan terus menjadi dominan atas spesies lain. Spesies dominan tak perlu melawan spesies lain. Dengan menggunakan seluruh sumber daya yang tersedia, berarti tak ada lagi yang tersisa bagi pesaing yang lebih lemah. Ini akan memaksa spesies tersebut agar pindah, beradaptasi dengan menggunakan sumber daya yang berbeda, atau punah.
Saat engkau merumuskan pertanyaan, pertimbangkan pedoman dan contoh pertanyaan berikut: mempertanyakan tujuan dan maksud; mempertanyakan pertanyaan; mempertanyakan informasi, data, dan pengalaman; mempertanyakan dugaan dan kesimpulan; mempertanyakan konsep dan ide; mempertanyakan asumsi; mempertanyakan implikasi dan konsekuensi; mempertanyakan sudut pandang dan perspektif.
Jennifer Lawrence dan Lawrence Chester mengemukakan proses berpikir kritis terdiri dari empat langkah. Pertama, mengumpulkan informasi sebelum mengambil keputusan. Kedua, hasilkan ide menggunakan perspektif yang segar. Ketiga, evaluasi opsi menggunakan proses berbasis logika. Dan terakhir, menyepakati setiap tahapan proses.
Lantas, bagaimana berpikir kritis berperan dalam etika? Berpikir kritis memberi kita sarana mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah dalam hidup kita, kata Judith A. Boss. Berpikir kritis bukan hanya soal menegaskan opini kita tentang suatu masalah. Opini didasarkan pada perasaan atau keyakinan pribadi, bukan pada asas dan bukti. Kita semua tentu berhak atas opini kita sendiri. Namun bagaimana pun, opini, belum tentu masuk akal. Sementara beberapa mungkin ternyata benar, opini, entah seberapa dalam dan tulus-ikhlas dipegang, juga bisa keliru. Sebagai pemikir kritis, engkau seyogyanya bersedia memberikan dukungan logis terhadap keyakinanmu.
Opini yang kekurangan informasi, dapat membuatmu mengambil keputusan yang buruk dalam hidupmu dan bertindak dengan cara yang, nantinya, engkau sesali. Terkadang opini yang kekurangan informasi, dapat berdampak negatif pada masyarakat. Misalnya, meskipun antibiotik membunuh bakteri dan tak berpengaruh pada virus flu, banyak orang berusaha membujuk dokter agar meresepkannya bagi gejala flu. Walau para dokter memberitahu para pasien bahwa antibiotik tak berpengaruh pada infeksi virus, penelitian menunjukkan bahwa sekitar setengah dari sejumlah dokter, menyerah pada tekanan para pasien agar memberikan antibiotik infeksi virus. Penggunaan antibiotik yang berlebihan, menjadikan bakteri lebih kebal terhadap obat dan telah menyebabkan penurunan efektivitas pengobatan pada penyakit yang benar-benar membutuhkannya. Fenomena ini, telah dikaitkan dengan munculnya tuberkulosis jenis baru, yang resistan terhadap obat. Selain itu, kejadian beberapa penyakit seksual menular seperti sifilis, yang dulunya dapat diobati dengan penisilin, kembali meningkat.
Kemampuan berpikir kritis dan mengambil keputusan hidup yang efektif, dibentuk oleh banyak faktor, termasuk tahap perkembangan kognitif kita, berkomunikasi analitis yang baik, dan keterampilan menilik, serta karakteristik semisal keterbukaan pikiran, fleksibilitas, dan kreativitas.
Sesi selanjutnya, kita akan bicarakan beberapa masalah etika, bi'idznillah," kata Wulandari sambil melagukan,
Beri sedikit waktu
Biar cinta datang karena telah terbiasa *)