"Dua presiden bersua, Presiden Konoha dan Presiden Wakanda. Setelah duduk bersebelahan, Presiden Wakanda berkata, 'Selamat ya pak Presiden, Anda telah membuka 'kebebasan berbicara' di negeri Anda!'Seraya mendekatkan wajahnya ke telinga Presiden Wakanda dan menutupinya dengan telapak tangan, Presiden Konoha berkisik, 'Emang gue pikirin, yang penting, anak gue menang!'Dan keduanya pun, terkekeh-kekeh sambil berswafoto-ria."“Menurut seorang pakar-pikir, lucu itu, ada di kepala, dan menurut seorang Presiden, segala perangkaan itu, ada di tangan para Intelijen,” berkata Sansevieria [dibaca: sén-se-vi-ria] usai menyapa dengan Basmalah dan Salam. "Dan menurut laporan para intelijen, rupanya, kendati lidah Melayu menyebutku 'Lidah Mertua', spesiesku berasal dari Afrika, ada pula 'dikit yang berasal dari India dan Asia. Bangsaku ditemukan lebih dari 200.000 tahun yang lalu. Nama Sansevieria berasal dari Bagamoyo, sebuah wilayah di Samudera Hindia di Tanzania. Kami disatukan oleh Linnaeus ke dalam keluarga Aloe pada tahun 1753. Pada tahun 1763, Adanson menyebut kami 'Cordyline'. Pada tahun 1786, diubah menjadi 'Acyntha', dan setahun kemudian, kami diberi nama 'Sanseverinia', buat mengenang Pangeran Sansevero, seorang pangeran Italia dengan segudang prestasi: bangsawan, penemu, tentara, penulis, ilmuwan, alkemis, dan freemason, ia amat dikenang oleh rekonstruksi Kapel Sansevero di Napoli. Beda banget ama 'sang pangeran'—bukan Il Principe-nya Machiavelli—yang kini 'tampil' di Indonesia, tinggal 'tahu beres' apa yang diatur 'paman' dan 'bapak.' Aku jadi kepo, mengapa 'Big Aunty' masih enggan melaksanakan 'Pemakzulan', padahal itu kasatmata mempertontokan kesewenang-wenangan, yang melanggar Etika, dan tentu di atur pula dalam Undang-undang.Pada tahun 1794, Thunberg mengoreksi ejaan nama kenangan ini, menjadi 'Sansevieria'. Bicara soal nama, beberapa spesiesku diikuti dengan huruf 'i' [dibaca 'ai'], semisal hahnii [dibaca haani-ai; demikian seterusnya], ballyi, ehrenbergii, kirkii, stuckyi, francisii dll. Namun, aku yakin bahwa Steve Jobs tak mengikuti nama-nama tersebut, saat memberi nama pada produknya seperti 'iPhone, iPad atau iPod'. Banyak spesies baruku, yang terlahir di tangan para kolektor Indonesia, termasuk yang variegata, namun belum punya nama.So, laporan intelijen tersebut, bikinku kepo, bahwa benarkah Demokrasi itu, 'Western Value'? Soalnya, aku 'udah akrab dengan beragam tradisi Indonesia, semisal Ketoprak, Wayang, Ludruk, Kenduren, Gamelan, Slametan, dan masih banyak lagi. Ada juga beragam tarian dan musik seperti Janger dan Kecak di Bali, Angklung dan Jaipongan di negeri Sunda, Tarian Uruk Langgai di Mentawai, Tari Ronggeng Blantek di Betawi, Serimpi Jogja, Reog Ponorogo. Di Papua Barat, engkau bakal temukan banyak tradisi yang kaya akan makna. Semua ini, tradisi yang gak bakalan basi lho. Walhasil, semuanya, laksana sebuah nama, sebuah Identitas, sebuah Value.Politik Identitas, kata seseorang saat di pentas?! Dengar kawan, dunia bakalan selalu melibatkan Identitas, mulai dari Eropa, Amerika, Afrika, sampai ke Asia; Skotlandia, India sampai Etiopia. Sebagaimana kata Hermine Stover bahwa apa yang membuat seseorang berkeinginan meletakkan tanaman di tempat yang tak mungkin ada tanaman dapat tumbuh. Tanaman mati atau sekarat bukanlah tetumbuhan hias. Namun, karena manusia secara kolektif mampu melanggar 'the Ten Commandments', tak mengherankan jika beberapa individu telah tenggelam ke dalam jiwa manusia yang paling sesat—mereka berusaha membunuh para Sansevieria. Pemandangan yang tak menarik dari begitu banyak 'Mother-In-Law's-Tongues' yang kotor dan terabaikan telah memberi nama jahat pada genus ini. 'Mother-In-Law's-Tongues' itu, nama yang buruk! Satu-satunya alasan mengapa lebih banyak orang tak tergila-gila pada Sansevieria, karena mereka tak tahu berapa banyak jenis yang ada, dan seperti apa pementasan Sansevieria saat dirawat dengan baik. Mengenal mereka bermakna menyayanginya, dan oleh karenanya, Sansevieria perlu ditarik keluar dari sudut gelap, keluar dari bawah bangku, keluar dari balik lapisan debu, dan diletakkan ke dalam cahaya siang hari, dimana mereka dapat tumbuh dengan baik dan dikagumi! Aku yakin dikau dapat dengan mudah, dengan sedikit usaha, menemukan dan menyelamatkan Sansevieria yang kini disalahartikan!Tentang Value, sama seperti Pangeran Sansevero, genusku punya banyak manfaat bagi Kemanusiaan. Di Afrika, daun bekas kami digunakan sebagai produksi serat; kamilah tanaman rumah yang populer di daerah beriklim sedang; di China, kami sering disimpan dalam pot yang berhiaskan naga dan burung phoenix; kami digunakan dalam dekorasi set di banyak film dan acara TV. Menurut Studi Udara Bersih NASA, bersama dengan tanaman lain seperti sirih gading (Epipremnum aureum) dan tanaman jagung (Dracaena fragrans), kami mampu menjernihkan udara dengan menghilangkan beberapa polutan seperti formaldehida, xilena, dan toluena. Kami menggunakan proses metabolisme asam crassulacean, yang menyerap karbon dioksida pada malam hari, meskipun oksigen dilepaskan pada siang hari. Penyerapan CO2 di malam hari konon menjadikan kami, sangat sesuai sebagi tanaman kamar tidur. Namun, karena daun kami berpotensi beracun jika tertelan, biasanya tak direkomendasikan bagi kamar tidur anak-anak. Menurut Feng Shui, karena daun-daun kami tumbuh ke atas, kami dapat dimanfaatkan sebagai keperluan Feng Shui. Buat para smokers, dibanding bunga mawar, kami lebih mampu mengurangi polusi udara, baik di luar maupun di dalam ruangan, terutama polusi yang disebabkan oleh CO asap rokok. Kami dapat menyerap pula bahan kimia seperti karbon monoksida, nikotin, benzena, trikloretilen, dan dioksin. Dan kami risih, bila polusi terjadi, lantaran dicemari oleh intimidasi, dari kaum berdasi.Dan akupun mulai membuka lembaran laporan, sajian para Intelijen, lalu kutemukan beberapa catatan. Coba deh dengerin! Cyril Northcote Parkinson, seorang Sejarawan Inggris, satiris, dan penulis, dengan buku terlarisnya yang masyhur, Parkinson's Law, menulis, 'Dalam mengomentari perjalanan sejarah, St. Augustine cukup cerdik berpendapat (seperti yang dilakukan Sallust sebelum dirinya) bahwa orang Athena, lebih unggul daripada orang lain, dalam hal publisitas, ketimbang dalam hal perbuatan.Banyak cendekiawan setelahnya lebih meyakininya, dan salah satu dampaknya ialah, adanya kepercayaan luas bahwa, orang Athenalah penemu Demokrasi. Bahwa mereka bukan orang semacam itu, cukup jelas. Kita berutang kepada masyarakat Athena, bukanlah pada benda itu sendiri atau bahkan namanya, melainkan penjelasan rinci paling awal tentang bagaimana Demokrasi muncul, berkembang, lalu ambruk. Di negara-negara demokrasi di India, yang mungkin lebih tua, kita cuma punya sedikit informasi yang tepat. Namun, ada perasaan bahwa banyak orang telah berdemokrasi dalam kehidupan pedesaan mereka. Di era Tiongkok disebutkan, 'Keluarga, klan, serikat pekerja, dan kaum bangsawan yang tak terorganisir, memainkan peran utama dalam pemerintahan mandiri di pedesaan dan perkotaan; Tetapi ... ada banyak sekali kelompok dan asosiasi yang terorganisir atas dasar kebebasan dan kesukarelaan terhadap beragam tujuan akhir dan tujuan sosial, yang tiada habisnya, yang menjadikan Tiongkok sebagai masyarakat yang berpemerintahan mandiri dan taat hukum, dan tak memerlukan biaya apa pun demi mempertahankannya.'Aktivitas demokrasi, juga sangat kuat di India baheula, dimana kekuasaan yang besar, diserahkan kepada keluarga, klan, komunitas desa, dan serikat pekerja. Rusia juga punya mir atau komunitas desa, artel atau serikat kerajinan; yang disebutkan pertama adalah kumpulan kaum tani, dan yang kedua adalah para pekerja di kota-kota. Perdebatan rakyat Anglo-Saxon punya kesamaan dengan Veda India. Oleh karenanya, akan sulit memutuskan, di negara mana Demokrasi pertama kali muncul. Pula, takkan lebih mudah, menemukan dimana Republik tertua. Namun, kita dapat menangkap apa yang dimaksud Parkinson, bahwa seyogyanya, Demokrasi tak meninggalkan nilai-nilai lokal, melainkan berjalan seiring dengannya demi kepentingan bersama.Walau mustahil menentukan kapan dan dimana demokrasi pertama kali muncul. Tapi yang jelas, ia umumnya merupakan perkembangan Aristokrasi, yang oleh Plato disebut ‘timokrasi’. Revolusi Perancis tahun 1789, memberi kita contoh klasik, pertarungan kelas. Seandainya tiada satu pun bangsawan yang percaya pada aristokrasi, maka revolusi takkan pernah dimulai. Seandainya mereka semua percaya pada aristokrasi, mungkin akan dengan mudah ditebas. Ternyata, ada yang tak populer, lebih banyak lagi yang ragu-ragu, dan ada pula yang terang-terangan memihak kelompok yang tak punya hak istimewa.Adanya asumsi kelas ‘lemah’ oleh sejumlah besar orang, tak bertentangan dengan klaim kelompok minoritas terhadap status yang lebih tinggi. Namun klaim tersebut menjadi sulit dipertahankan, dibanding dengan yang lain, yang kelahiran, pendidikan, kecakapan militer, dan kekayaannya, tak terlalu rendah. Klaim seperti itu, jika terus berlanjut, mungkin akan berakhir dengan pemberontakan kelas menengah. Sebaliknya, jika klaim tersebut secara diam-diam dibatalkan, maka kesetaraan demokratis telah tercapai. Secara historis, kecenderungannya ialah kelas yang punya hak istimewa terpecah, kelas yang lebih sombong memprovokasi pemberontakan dengan tindakan mereka yang secara terbuka, bersimpati dengan kelas yang kurang sombong (bukan tanpa keuntungan bagi diri mereka sendiri).Keadaan yang sama terjadi di Inggris pada periode 1900-1920. Kaum aristokrasi terlalu enggan melakukan perlawanan spektakuler terhadap revolusi diam-diam yang sedang terjadi. Banyak yang berusaha melepaskan diri dari ketidakpopuleran yang diperoleh segelintir orang. Muncullah tipe Mirabeau, yaitu kaum sosialis Etonian. Tak seorang pun berani menjunjung tinggi prinsip aristokrasi, kecuali dengan cara mengelak. Runtuhnya aristokrasi semakin dipercepat oleh dua faktor lain yang mungkin juga penting pada periode transisi serupa di masa lalu. Salah satu faktornya ialah, tak mampu berbiak, yang umum terjadi di kalangan mereka yang tak yakin secara politik. Alasan lain ialah, banyaknya korban jiwa dalam perang, yang paling banyak menimpa kelas terbatas, yang mungkin bisa menjadi sumber pemimpin masa depan. Bangsawan Inggris jatuh sebelum revolusi tahun 1914-18, menjadi korban konflik dimana para jenderal kehilangan reputasinya, sementara kaum subaltern kehilangan nyawanya. Yang selamat dari perang, yang bahayanya dialami oleh semua orang, tak mampu berbuat apa-apa selain berbicara tentang nilai-nilai demokrasi. Tugas kematian menyelesaikan apa yang telah dimulai oleh senapan mesin.Di negara-negara dengan sistem pembedaan kelas yang tak terlalu kaku, dalam praktiknya selalu sulit mengecualikan dari kelas atas sejumlah besar orang yang berketerampilan, mampu atau berbahaya. Pangkat ksatria selalu dimenangkan di medan perang dan hampir tak dapat ditolak oleh pedagang yang perjalanannya, boleh jadi membawanya ke dalam bahaya yang sebanding. Dan jika sang pedagang memakai pedang, pengacara yang diutus ke kedutaan, berhak pula mendapatkan hal yang sama. Namun tiada pedagang atau orang profesional yang dapat menyangkal rasa hormatnya kepada pelanggan atau kliennya. Siapa pun yang menjual tak dapat mengklaim keunggulan atas mereka yang membeli. Jika ragu, ia akan lebih suka memanggil orang asing tersebut dengan sebutan 'Tuan' atau 'Juragan'. Fakta bahwa pelanggannya adalah ‘ladies and gentlemen’, merupakan bukti keberhasilannya. Oleh karenanya, dalam sebagian besar bahasa, terdapat kecenderungan bahwa kata ‘gentleman’ menjadi tak bermakna, dan pada akhirnya, diterapkan pada semua orang yang berstatus petani, atau pada semua orang yang mungkin bukan budak.Apa yang baru tentang Republik Athena, ternyata, bukanlah Demokrasinya, melainkan penekanannya pada individu, dan bukan pada kelompok. Ketika seorang warga negara menjadi sebuah entitas, terpisah dari klannya, serikat dagang atau desanya, maka hubungannya dengan Negara, menjadi sangat lemah. Dan negara pun semakin kuat, seiring hilangnya loyalitas kelompok. Athena pada awalnya diperintah, seperti negara-negara lain, oleh raja yang diturunkan dari para dewa. Namun jika di Roma, raja digulingkan melalui revolusi aristokrat, di Athena, monarki digantikan secara bertahap dan diam-diam. Pertama, kita mendengar penerus raja terpilih di antara anggota keluarga kerajaan. Selanjutnya, kita mendengar tentang seorang Jenderal dan seorang Hakim (keduanya berdarah bangsawan) yang ditunjuk membantu raja. Kemudian jabatan hakim atau Archon dibuka bagi lelaki dari keluarga bangsawan (c. 725 SM), masa jabatan dikurangi dari sepuluh tahun menjadi satu tahun. Munculnya Dewan Sembilan, dan Areopogus atau Dewan 'Eupatridae', menandai kendali aristokrat yang ada pada masa-masa akhir monarki. Pada tahun 683 SM, Athena merupakan Republik Aristokrat.Tampaknya, daku bakalan berjalan mundur saat membuka lembaran berikutnya, mempercakapkan tentang evolusi pemikiran politik ini. Kita akan lanjut pada sesi susulannya, bi 'idznillah."Sembari mengambil jeda untuk babak sambungannya, Sansevieria bersenandung,I wanna know what love isI want you to show meI wanna feel what love isI know you can show me *)
Kutipan & Rujukan:
- Hermine Stover, The Sansevieria Book, 1983, Endangered Species Press
- B. Juan Chahinian, The Splendid Sansevieria: An Account of the Species, 2005, El Author
- C. Northcote Parkinson, The Evolution of Political Thought, 1958, The Riverside Press
*) "I Want to Know What Love Is" karya Mick Jones