Selasa, 24 Desember 2024

Mesin Waktu (1)

Suatu ketika, seorang penjelajah waktu sedang merenungkan pengalamannya berlayar melintasi waktu, "Ah, 2024—tahun yang penuh dengan lika-liku yang bisa membuatmu merasa rendah diri. Jika tahun ini sebuah novel, novel itu bakalan menjadi novel yang sangat menarik, tetapi dirimu akan membacanya dengan satu mata terbuka.
'Satu-satunya hal yang konstan dalam hidup adalah perubahan,' kata Heraclitus, mencerminkan perspektif filosofisnya bahwa alam semesta berada dalam keadaan terus berubah. Heraclitus percaya bahwa segala sesuatu di alam semesta berada dalam keadaan transformasi yang terus-menerus. Tiada yang statis atau tak berubah. Ia mengilustrasikan hal ini dengan analogi sungai, 'Engkau tak dapat melangkah ke dalam sungai yang sama dua kali,' karena airnya mengalir dan berubah, sama seperti orang yang melangkah ke sungai juga berubah. Banyak yang tak bisa memahami apa yang mereka lihat, dan tak dapat menilai apa yang mereka pelajari, meskipun mereka mengatakan pada diri sendiri bahwa mereka tahu.
Perubahan bukan sekadar kejadian sesekali, melainkan hukum dasar dan universal dalam kehidupan. Heraclitus melihat perubahan sebagai kekuatan pendorong yang membentuk kosmos, menjaga keseimbangan dan harmoni melalui interaksi dinamis antara hal-hal yang berlawanan (misalnya, siang dan malam, hidup dan mati). Menerima perubahan sebagai sesuatu yang tak terelakkan mendorong kemampuan beradaptasi dan ketahanan, sifat-sifat utama untuk menavigasi ketidakpastian hidup. Konsep ini sangat berlaku dalam kehidupan, karena individu terus-menerus menghadapi transisi—penuaan, hubungan yang berubah, tujuan yang terus berkembang, dan keadaan eksternal.
Dalam psikologi modern, merangkul perubahan sangat penting bagi pertumbuhan pribadi dan emotional well-being. Kemajuan teknologi yang pesat melambangkan kebenaran kata-kata Heraclitus, karena masyarakat terus beradaptasi dengan realitas baru. Melihat perubahan sebagai peluang ketimbang ancaman, dapat mendorong pertumbuhan dan inovasi.

'Engkau harus menjadi dirimu sendiri' menyiratkan pertumbuhan dan evolusi, yang secara inheren terkait dengan perubahan. Konsep pengulangan abadi Nietzsche menunjukkan bahwa alam semesta dan segala kejadiannya berada dalam keadaan pengulangan tak terbatas, yang menyoroti sifat dinamis dan siklus keberadaan. Nietzsche juga memperjuangkan gagasan untuk merangkul perubahan dan ketidakpastian hidup melalui filosofinya tentang amor fati—'cinta takdir.' Ini melibatkan penerimaan dan penegasan transformasi hidup yang konstan.
Filosofi Bergson selaras dengan gagasan Heraclitus tentang perubahan, yang melihat kehidupan sebagai perkembangan bentuk-bentuk baru yang tiada henti. Bergson menekankan konsep élan vital (kekuatan vital), yang menggambarkan proses kreatif dan evolusi kehidupan. Ia berpendapat bahwa kehidupan bukanlah sesuatu yang statis, melainkan aliran dinamis dari perubahan dan pertumbuhan yang terus-menerus.
Meskipun bukan seorang filsuf dalam pengertian tradisional, teori evolusi Darwin menggarisbawahi gagasan tentang perubahan konstan sebagai mesin kehidupan. Perspektif ilmiahnya mendukung pandangan bahwa adaptasi terhadap perubahan diperlukan untuk bertahan hidup, melengkapi pernyataan filosofis Heraclitus. Barang yang tak dapat mencari hal yang tak terduga, tak melihat apa pun, karena jalan yang diketahui adalah jalan buntu.
'Semakin banyak hal berubah, semakin banyak pula hal yang tetap sama,' kata novelis Prancis Alphonse Karr. Sementara dunia di sekitarmu berubah, hakikat ketahanan manusia tetap kokoh. Dirimu terus beradaptasi, bernavigasi, dan berkembang walau terjadi kekisruhan. Manusia menggali berton-ton tanah untuk menemukan satu ons emas.

Saat musim semi bertunas, begitu pula kemampuan adaptasimu. Sekarang, dirimu bisa berubah dengan cepat. Punyakah dikau jadwal rapat Zoom di siang hari? Gak masyallah, karena saat itu dirimu sudah menguasai dress code 'baju kerja di bagian atas, piyama (atau bahkan pakaian dalam) di bawah'.
Musim semi, dengan ledakan rona dan kehidupannya, melambangkan pembaruan. Bentang alam tandus musim dingin berubah menjadi ladang bunga-bunga yang semarak, bukti kekuatan perubahan dan awal yang baru. Setiap bunga membisikkan janji bahwa entah seberapa keras musim dingin, musim semi bakalan selalu menyusul. Itulah musim harapan, di mana setiap kuncup mewakili awal yang baru, mendorongmu merangkul peluang baru dengan tangan terbuka. Albert Camus bilang begini, 'Di tengah musim dingin, aku akhirnya belajar bahwa di dalam diriku terdapat musim panas yang tak tertandingi.'
Musim dingin mengawali tahun dengan segala keheningan dan kelengangannya, mengajarkanmu tentang keutamaan bersabar. Saat dunia terbujur kaku di bawah selimut salju, dikau belajar bahwa tak semua kemajuan tertampak. Di bawah permukaan tertutup salju, benih-benih pertumbuhan masa depan diam-diam mengumpulkan kekuatan. Itulah pengingat bahwa terkadang, pekerjaan yang teramat penting pun terjadi dalam kesenyapan, jauh dari sorotan.
Musim panas membawa kehangatan dan keberlimpahan, mengajarkanmu tentang harmoni dan keseimbangan. Hari-hari yang panjang dan bermandikan sinar mentari merupakan dorongan lembut untuk menemukan keseimbangan dalam hidupmu. Alam sedang mekar penuh, dan begitu pula dirimu—menumbuhkan keseimbangan antara bekerja, beristirahat, dan bermain. Musim ini mengingatkanmu bahwa pertumbuhan tak semata membutuhkan usaha, tapi juga saat-saat relaksasi dan keceriaan. John Muir pernah ngomong kek gini, 'Dalam setiap perjalanan bersama alam, seseorang menerima jauh lebih banyak dari yang dicarinya.'
Musim gugur, dengan warna-warni menyalanya dan dedaun yang berguguran, merupakan pelajaran tentang 'letting go'. Pohon-pohon menggugurkan pateranya dalam sendratari yang anggun, menunjukkan kepadamu bahwa ada keindahan dalam 'memasrahkan'. Itulah saatnya merenungkan tahun ini, 'to let go' apa yang tak lagi berguna bagimu, dan memberi ruang bagi pertumbuhan baru. Udara yang segar dan cahaya keemasan mendorong introspeksi dan rasa syukur atas siklus kehidupan. Saat daun-daun berguguran, dikau menemukan harmoni dalam menerima perubahan, menyadari bahwa konklusi sama wajarnya dengan mukaddimah. Marcus Aurelius, filsuf Stoa, menangkap sentimen ini dengan sempurna, 'Alam semesta itu perubahan; hidup kita itu apa yang kita pikirkan.'
Melalui setiap musim, fenomena alam semisal badai petir, hujan rintik-rintik, dan langit cerah memberikan wawasan tambahan. Intensitas badai petir yang tiba-tiba mengingatkanmu akan kekuatan dan ketidakkekalan tantangan. Hujan rintik-rintik menyehatkan bumi dan sukmamu, menunjukkan pentingnya upaya-upaya kecil yang konsisten. Langit cerah menawarkan momen-momen kejelasan dan perspektif, kesempatan untuk melihat'the bigger picture' dan menemukan tempatmu di dalamnya.

Dan konsep mesin waktu—metafora yang memikat bagi perjalanan hidup kita. Dalam banyak hal, hidup itu sendiri dapat dipandang sebagai mesin waktu, yang terus-menerus membawa kita melewati momen, kenangan, dan pengalaman yang membentuk jati diri kita.
Coba bayangin, melangkah ke dalam mesin waktu, menyetel jarum jam ke titik mana pun di masa lalu atau masa depanmu. Aksi perjalanan waktu ini mirip dengan refleksi dan antisipasi, dua komponen penting dari pengalaman manusia. Disaat kita merenungkan masa lalu, kita menavigasi melalui mosaik kenangan, masing-masing merupakan batu loncatan yang telah membawa kita ke masa kini. Demikian pula, bila kita mengantisipasi masa depan, kita terlibat dalam seni kemungkinan, bermimpi, dan mencanangkan apa yang ada di depan.
Kembali ke Heraclitus, ia berkata, 'Pythagoras mungkinlah orang yang paling mendalam soal pengetahuannya di antara semua orang. Dan tetap saja, ia mengaku mengingat detail kehidupan sebelumnya, pernah jadi mentimun dan pernah jadi sarden. Dari semua kata yang pernah diucapkan, tiada yang bisa mencapai kearifan, yang merupakan tindakan pikiran di luar semua hal yang dapat terucapkan. Dari keseluruhan kata yang pernah dilontarkan, tiada yang bisa mencapai kearifan, yang merupakan perbuatan pikiran di luar segala hal yang bisa dikemukakan. Kearifan itu kesatuan pikiran yang membimbing dan meresapi segala hal.' (dari 'Fragments: The Collected Wisdom of Heraclitus', translated by Brooks Haxton, 2001, Viking Penguin)

Refleksi terhadap masa lalu merupakan alat yang ampuh bagi pertumbuhan. Dengan mengingat kembali momen-momen sukacita, kegetiran, kemenangan, dan kegagalan, kita beroleh wawasan yang memandu tindakan kita saat ini. Filsuf Søren Kierkegaard pernah berkata, 'Hidup hanya dapat dipahami dari masa lalu, tetapi harus dijalani ke masa depan.' Hal ini merangkum esensi mesin waktu metaforis kita—dengan melihat ke masa lalu, kita memperoleh makna dari pengalaman kita, yang pada gilirannya menginformasikan perjalanan kita ke depan.
'Masa lalu itu sejarah' merupakan pepatah yang bermakna bahwa peristiwa yang terjadi telah berakhir dan tak dapat diubah. Ini menyiratkan bahwa orang hendaknya fokus pada masa kini dan masa depan dan bahwa mereka dapat belajar dari masa lalu, tapi tak dapat kembali dan mengubahnya.
Will dan Ariel Durant dalam The Lessons of History (1996, Simon & Schuster Paperbacks) menyaring puluhan tahun analisis sejarah ke dalam tema-tema dan wawasan universal tentang pola dan prinsip yang mengatur sejarah manusia. Durants mendefinisikan sejarah, dalam dupleksitasnya yang merepotkan, sebagai peristiwa atau catatan masa lalu. Sejarah manusia merupakan titik singkat di angkasa, dan pelajaran pertamanya adalah kerendahan hati. Setiap saat sebuah komet akan datang sangat dekat ke bumi dan membuat bola dunia kecil kita berputar terbalik dalam lintasan yang ripuh, atau mencekik manusia dan kutu dengan asap atau panas; atau fragmen matahari yang tersenyum mungkin terlepas secara tangensial—seperti yang dipikirkan sebagian orang tentang planet kita beberapa saat yang lalu—dan jatuh ke atas kita dalam dekapan liar yang mengakhiri segala kesedihan dan rasa sakit. Kita menerima kemungkinan-kemungkinan ini dengan tenang, dan menengkar kosmos dalam kata-kata Pascal, 'Ketika alam semesta telah menghancurkannya, manusia akan tetap lebih mulia daripada yang membunuhnya, karena ia tahu bahwa ia sedang sekarat, dan alam semesta tak tahu apa-apa tentang kemenangannya.'
Para pemikir Yunani kuno mencari bahan penyusun dunia. Bagi Thales, bahan penyusunnya adalah air; bagi Anaximenes, udara; bagi Anaximander, campuran panas dan dingin. Empedocles mengembangkan bahan penyusunnya menjadi empat prinsip dasar yang tak dapat dihancurkan, sementara Anaxagoras dikatakan telah mengusulkan benih generatif yang tak terhitung banyaknya, yang menyusun sifat berbagai hal. Para penganut Atomisme mengabstraksi benih-benih tersebut lebih jauh lagi, dengan mengusulkan beberapa partikel yang bergerak dalam kehampaan. Para penganut Pythagoras menemukan kebenaran dunia terletak pada angka-angka, proporsi dan hubungan mereka, dan Parmenides, yang teramat metafisik dari semuanya, memaparkan teorinya tentang kosmos melalui kekuatan pemikiran logis semata.
Heraclitus mengambil pendekatan yang berbeda. Metodenya lebih psikologis. Ia tak mengemukakan substansi dasar, ia juga tak mengabstraksikan dunia indra ke dalam angka, atom, atau pernyataan tentang Wujud secara keseluruhan. Sebaliknya, ia berkata, 'tiada yang stabil; semuanya berubah. Apa pun yang engkau ucapkan tentang sesuatu, kebalikannya sama benarnya.' Ia membawa bahasa ke dalam permainan pemikiran kosmologis. Pernyataan akan selalu saling bertentangan, relatif, dan subjektif.

Menurut Durants, sejarah tunduk pada geologi. Setiap hari laut menyerbu daratan, atau daratan menyerbu lautan; kota-kota menghilang di bawah air, dan katedral-katedral yang tenggelam membunyikan lonceng kenestapaannya. Gunung-gunung naik dan turun mengikuti irama kemunculan dan erosi; sungai-sungai membubung dan banjir, atau mengering, atau mengubah jalurnya; lembah-lembah menjadi gurun, dan tanah genting menjadi selat. Bagi mata geologis, seluruh permukaan bumi adalah bentuk yang cair, dan manusia bergerak di atasnya dengan tidak aman.
Geografi merupakan matriks sejarah, induknya menyehatkan dan rumah yang mendisiplinkan. Sungai, danau, oasis, dan lautannya menarik para pemukim ke pantainya, lantaran air adalah kehidupan organisme dan kota, dan menyediakan jalan yang murah bagi transportasi dan perdagangan. Mesir adalah "hadiah dari Sungai Nil," dan Mesopotamia membangun peradaban berturut-turut "di antara sungai-sungai" dan di sepanjang kanal-kanal pembuangannya. India anak sungai Indus, Brahmaputra, dan Gangga; Tiongkok berutang kehidupan dan kesedihannya kepada sungai-sungai besar yang (seperti kita) sering menyimpang dari tempat asalnya yang semestinya dan menyuburkan lingkungan sekitar dengan luapannya. Italia menghiasi lembah-lembah Tiber, Arno, dan Po. Austria tumbuh di sepanjang Sungai Danube, Jerman di sepanjang Sungai Elbe dan Rhine, Prancis di sepanjang Sungai Rhone, Loire, dan Seine. Petra dan Palmyra dipupuk oleh oasis di padang pasir.
Pengaruh faktor geografis berkurang seiring dengan berkembangnya teknologi. Karakter dan kontur medan dapat menawarkan peluang pertanian, pertambangan, atau perdagangan, tetapi hanya imajinasi dan inisiatif para pemimpin, dan ketekunan para pengikut, yang dapat mengubah kemungkinan menjadi kenyataan; dan hanya kombinasi serupa yang dapat membuat budaya terbentuk di atas seribu rintangan alam. Manusia, bukan bumi, yang membangun peradaban.
Durants menekankan bagaimana geografi membentuk peradaban, menentukan akses ke sumber daya, rute perdagangan, dan pertahanan alami. Sejarah adalah bagian dari biologi: kehidupan manusia adalah bagian dari perubahan organisme di darat dan laut. Terkadang, saat berkeliaran sendirian di hutan pada suatu hari musim panas, kita mendengar atau melihat pergerakan ratusan spesies makhluk yang terbang, melompat, merayap, merangkak, dan menggali.
Alam tersenyum pada penyatuan kebebasan dan kesetaraan dalam utopia kita. Kebebasan dan kesetaraan adalah musuh bebuyutan dan abadi, dan ketika yang satu menang, yang lain akan mati. Biarkan manusia bebas, dan ketidaksetaraan alami mereka akan berlipat ganda hampir secara geometris, seperti di Inggris dan Amerika pada abad kesembilan belas di bawah laissez-faire. Guna menelaah pertumbuhan ketidaksetaraan, kebebasan harus dikorbankan, seperti di Rusia seusai 1917. Bahkan ketika ditekan, ketidaksetaraan tumbuh; hanya orang yang berada di bawah rata-rata dalam kemampuan ekonomi menginginkan kesetaraan; mereka yang memiliki kesadaran. kemampuan superior menginginkan kebebasan; dan pada akhirnya, kemampuan superior punya jalannya sendiri.

Durants berpendapat bahwa Moral adalah aturan yang digunakan masyarakat untuk mendesak (seperti halnya hukum adalah aturan yang digunakan untuk memaksa) anggota dan asosiasinya agar berperilaku sesuai dengan ketertiban, keamanan, dan pertumbuhannya. Sedikit pengetahuan tentang sejarah menekankan variabilitas kode moral dan menyimpulkan bahwa kode tersebut dapat diabaikan karena berbeda dalam waktu dan tempat, dan terkadang saling bertentangan. Pengetahuan yang lebih luas menekankan universalitas kode moral dan menyimpulkan bahwa kode tersebut penting. Kode moral berbeda karena kode tersebut menyesuaikan diri dengan kondisi historis dan lingkungan.
Kata Durants, Sejarah, menurut Karl Marx, adalah ekonomi dalam tindakan—persaingan, di antara individu, kelompok, kelas, dan negara, untuk mendapatkan makanan, bahan bakar, material, dan kekuatan ekonomi. Bentuk-bentuk politik, lembaga keagamaan, dan kreasi budaya semuanya berakar pada realitas ekonomi. Maka Revolusi Industri membawa serta demokrasi, feminisme, pengendalian kelahiran, sosialisme, kemunduran agama, pelonggaran moral, pembebasan sastra dari ketergantungan pada patronase aristokrat, penggantian romantisme dengan realisme dalam fiksi—dan interpretasi ekonomi sejarah. Tokoh-tokoh terkemuka dalam gerakan-gerakan ini adalah efek, bukan penyebab; Agamemnon, Achilles, dan Hector takkan pernah terdengar jika orang Yunani tidak mencari kendali komersial atas Dardanelles; ambisi ekonomi, bukan wajah Helen 'yang lebih cantik dari udara malam yang dibalut keindahan seribu bintang,' meluncurkan seribu kapal ke Ilium; orang-orang Yunani yang lembut itu tahu bagaimana menutupi kebenaran ekonomi tanpa busana dengan daun ara dari sebuah frasa.
Sejarah memiliki kata-kata yang tepat untuk segala bentuk pemerintahan, dan pemerintahan secara umum. Dikarenakan manusia menyukai kebebasan, dan kebebasan individu dalam masyarakat memerlukan pengaturan perilaku, syarat pertama kebebasan ialah keterbatasannya; menjadikan kebebasan itu mutlak, maka kebebasan itu akan mati dalam kecentang-perenangan. Jadi tugas utama pemerintahan ialah membangun ketertiban; kekuatan pusat yang terorganisasi adalah satu-satunya alternatif kekuatan yang tak terhitung dan mengganggu di tangan partikelir. Kekuasaan secara alami menyatu ke sebuah pusat, lantaran kekuasaan tidaklah efektif bila dibagi, diencerkan, dan disebarkan, seperti di Polandia di bawah veto liberum; oleh karenanya, sentralisasi kekuasaan dalam monarki oleh Richelieu atau Bismarck, atas protes para baron feodal, telah disanjung oleh para sejarawan. Proses serupa telah memusatkan kekuasaan di pemerintah federal di Amerika Serikat; tiada gunanya berbicara tentang "hak negara bagian" ketika ekonomi mengabaikan batas-batas negara bagian dan hanya dapat diatur oleh beberapa otoritas pusat. Saat ini pemerintahan internasional berkembang ketika industri, perdagangan dan keuangan melampaui batas-batas negara dan mengambil bentuk-bentuk internasional.
Durants menyimpulkan bahwa konsentrasi kekayaan bersifat alami dan tak terelakkan, dan secara berkala dikurangi melalui redistribusi parsial yang bersifat kekerasan atau damai. Dalam pandangan ini, semua sejarah ekonomi merupakan detak jantung lambat organisme sosial, sistol dan diastol yang besar dari pemusatan kekayaan dan resirkulasi kompulsif.

Akan tetapi, seperti halnya mesin waktu yang memungkinkan kita mengunjungi era yang berbeda, mesin waktu juga mengajarkan kita pentingnya hidup di masa kini. Momen saat inilah satu-satunya tempat dimana kehidupan benar-benar terungkap, dan refleksi kita tentang masa lalu atau impian masa depan tak boleh menutupi keindahan masa kini. Seperti yang diingatkan oleh guru spiritual Eckhart Tolle, 'Sadarilah secara mendalam bahwa masa kinilah satu-satunya milikmu. Jadikan masa kini sebagai fokus utama kehidupanmu.'

Sesiku di bagian pertama ini akan habis, maka sebelum kita ke sesi kedua, bolehkan aku melagukan tembang "Mesin Waktu"nya Budi Doremi,

Kalau harus ku mengingatmu lagi
Aku takkan sanggup dengan yang terjadi pada kita
Jika melupakanmu hal yang mudah
Ini takkan berat, takkan membuat hatiku lelah