Thomas Edison, sang penemu bola lampu, menghadapi banyak kegagalan sebelum akhirnya menemukan bola lampu yang praktis dan tahan lama. Ketika seorang reporter bertanya padanya bagaimana rasanya gagal lebih dari seribu kali, Edison menjawab dengan, "Aku gak gagal 1.000 kali. Bola lampu itu sebuah penemuan dengan 1.000 langkah."Anekdot ini dengan cantik melukiskan kekuatan ketekunan dan pembelajaran melalui percobaan. Edison memahami bahwa setiap upaya yang gagal membawanya lebih dekat pada kesuksesan—ilmu diperoleh, dan keterampilan diasah oleh setiap langkah.
Ada empat hal yang tak dapat diambil oleh siapa pun dari dirimu. Pertama, ilmu dan keterampilan. Setelah engkau mempelajari sesuatu, ia akan menjadi milikmu selamanya. Orang dapat merampas harta benda, tetapi mereka tak dapat menghapus apa yang engkau ketahui.Kedua, iman dan kepercayaan. Keyakinan, nilai-nilai, dan iman batiniahmu, bersifat pribadi dan tak dapat direnggut orang lain.Ketiga, karakter dan integritas. Kejujuran, kebaikan, dan nilai-nilai moralmu, merupakan bagian dari dirimu, dan tak seorang pun dapat mengambilnya darimu kecuali engkau memilih meninggalkannya.Keempat, harapan dan tekad. Apa pun keadaannya, kemampuanmu agar tetap berharap dan terus maju sepenuhnya berada dalam kendalimu.Aset-aset batiniah ini, membentuk siapa dirimu dan tetap bersamamu terlepas dari tantangan eksternal.Tapi, tunggu dulu, bukankah mindset, karakter dan attitude, juga tak dapat diambil orang lain dari diri kita? Pola pikir (mindset), karakter, dan sikap (sttitude) sangatlah personal, dan meskipun tak dapat diambil paksa seperti harta benda fisik, pola pikir, karakter, dan sikap dapat dipengaruhi atau berubah oleh faktor eksternal. Namun, sejauh mana pola pikir, karakter, dan sikap berubah, tergantung pada individu.Tak seorang pun dapat secara langsung mengambil mindsetmu, akan tetapi mindset tersebut dapat terbentuk oleh pengalaman, tantangan, dan pengaruh. Namun, jika dirimu secara aktif memilih mempertahankan pola pikir berkembang dan tangguh, pola pikir tersebut tetap berada dalam kendalimu.Kendati tak seorang pun dapat membegal karaktermu, karakter tersebut dapat diuji atau dipengaruhi oleh tekanan, kesulitan, atau teman yang buruk. Namun, jika dirimu tetap setia pada nilai-nilaimu, karaktermu tetap utuh.Orang lain dapat berusaha mempengaruhi attitudemu melalui hal-hal yang negatif, kritik, atau manipulasi, tetapi pada akhirnya, reaksimu bergantung pada dirimu. Orang yang berkemauan keras dapat menjaga dan mempertahankan sikap positifnya meskipun ada pengaruh eksternal.So, walau kualitas-kualitas ini dapat dibentuk oleh peristiwa-peristiwa dalam hidup, kualitas-kualitas tersebut tak dapat diambil kecuali seseorang memperbolehkannya diubah.Sekarang, balik pada keempat aset batin kita. Mari kita gali lebih dalam mengapa keempat kualitas ini—Ilmu dan Keterampilan, Iman dan Kepercayaan, Karakter dan Integritas, serta Harapan dan Tekad—tak dapat direnggut dari seseorang.Begitu seseorang beroleh ilmu dan mengembangkan keterampilan, keterampilan tersebut menjadi bagian intrinsik dirinya. Tak seperti harta benda, yang dapat dicuri atau hilang, ilmu tetap berada dalam pikiran seseorang dan dapat terus berkembang.Ilmu dan keterampilan merupakan bentuk kekayaan internal yang tak dapat dirampas oleh pencuri, penindas, atau malapetaka. Begitu seseorang mempelajari sesuatu dan memperoleh keahlian, ilmu dan keterampilan tersebut menjadi bagian dari dirinya. Kendati akses ke pendidikan dapat dibatasi, pengetahuan yang telah diperoleh tetap berada dalam pikiran seseorang.Pengetahuan tumbuh melalui penerapan. Bahkan jika seseorang kehilangan seluruh sumber dayanya, selama mereka mempertahankan pengetahuannya, ia dapat membangun kembali kesuksesannya. Keterampilan meningkat seiring waktu. Seorang perajin, seniman, atau penulis boleh kehilangan peralatannya, tetapi kemampuan mereka untuk berkarya tetap utuh.Saat di penjara, Malcolm X belajar membaca sendiri dengan menyalin setiap kata dalam kamus. Pengetahuannya menjadi kekuatannya, yang membawanya menjadi salah satu pemimpin hak-hak sipil yang paling berpengaruh. Bahkan ketika kebebasannya dirampas, kemampuannya berpikir dan belajar tetap utuh.Pengetahuan dan keterampilan tersimpan dalam otak dan disempurnakan melalui pengalaman. Bahkan jika seseorang kehilangan harta benda, kebebasan, atau status sosialnya, hikmah dan kemampuan yang telah diperolehnya tetap utuh.Pernahkah engkau kehilangan sesuatu yang material tetapi tetap berhasil karena apa yang engkau ketahui? Pikirkan tentang bagaimana pengetahuanmu merupakan hartamu yang paling aman. Pengetahuan memberdayakan orang untuk membangun kembali kehidupannya setelah kehilangan atau kesulitan.Keterampilan tetap berguna dalam berbagai situasi. Bahkan jika seseorang kehilangan pekerjaan atau sumber daya, keahliannya memungkinkannya menemukan peluang baru. Pendidikan sejati lebih dari sekadar informasi—pendidikan mengubah cara berpikir dan memecahkan masalah.Dalam buku terobosannya, Mindset: Changing the Way You Think to Fulfill Your Potential (2006, Ballantine Books), Dr. Carol S. Dweck mengeksplorasi perbedaan mendalam antara dua pola pikir yang membentuk cara orang mendekati pembelajaran, kesuksesan, dan pengembangan pribadi.Pertama, Pola Pikir Tetap (Fixed Mindset), keyakinan bahwa kemampuan bersifat statis. Orang dengan pola pikir tetap percaya bahwa kecerdasan, bakat, dan kemampuan bersifat bawaan dan tak dapat diubah. Mereka melihat sifat-sifat ini sebagai sesuatu yang dimiliki sejak lahir, bukan sesuatu yang dapat dikembangkan melalui usaha.Dweck menyebutkan karakteristik Pola Pikir Tetap.
- Menghindari tantangan–Takut gagal karena dianggap sebagai bukti ketidakmampuan.
- Mudah menyerah–Jika sesuatu terlalu sulit, mereka berasumsi bahwa mereka “tak pandai melakukannya.”
- Mengabaikan umpan balik yang membangun–Kritik dipandang sebagai serangan pribadi, bukan kesempatan untuk berkembang.
- Merasa terancam oleh keberhasilan orang lain–Percaya bahwa pencapaian orang lain mengurangi harga dirinya.
Dweck melakukan penelitian dimana siswa diberi teka-teki yang menantang. Mereka yang memiliki pola pikir tetap menghindari tugas-tugas yang lebih sulit karena takut akan memperlihatkan keterbatasannya. Alih-alih belajar dari kesalahan, mereka lebih suka bertahan dengan apa yang sudah mereka kuasai.Kedua, Pola Pikir Berkembang: keyakinan bahwa kecerdasan dan keterampilan dapat dikembangkan. Sebaliknya, mereka yang memiliki pola pikir berkembang percaya bahwa kecerdasan dan kemampuan dapat dibentuk—keduanya dapat dikembangkan dengan usaha, pembelajaran, dan ketekunan.Karakteristik Pola Pikir Berkembang:
- Menerima tantangan – Melihat kesulitan sebagai peluang untuk berkembang.
- Bertahan melewati rintangan–Percaya bahwa kemunduran bersifat sementara dan dapat diatasi.
- Belajar dari kritik – Menggunakan umpan balik sebagai alat untuk perbaikan diri.
- Menemukan inspirasi dari kesuksesan orang lain–Melihat orang-orang sukses sebagai panutan, bukan ancaman.
Dweck mempelajari siswa yang menghadapi tugas-tugas yang menantang. Mereka yang memiliki pola pikir berkembang memilih untuk terus mencoba, percaya bahwa kecerdasan dapat ditingkatkan melalui usaha. Kegigihan mereka menghasilkan pembelajaran dan kesuksesan jangka panjang yang lebih besar dibandingkan dengan mereka yang memiliki pola pikir tetap.Tak seorang pun dapat mengambil apa yang telah engkau pelajari; sebaliknya, kemampuanmu untuk meningkatkan dan menerapkan pengetahuanmu selalu berada dalam kendalimu. Pembelajaran tak berhenti pada perolehan pengetahuan. Engkau memiliki kekuatan untuk meningkatkan dan menerapkan apa yang dirimu ketahui dengan cara-cara baru, apa pun keadaannya.Penelitian Dweck menunjukkan bahwa ketika para siswa percaya bahwa pembelajaran adalah proses yang berkelanjutan, mereka lebih termotivasi untuk menerapkan pengetahuan mereka dalam situasi yang berbeda. Bahkan kegagalan pun menjadi peluang belajar, yang memperkuat gagasan bahwa ilmu dan keterampilan selalu berada dalam kendali seseorang. Pengetahuanmu tak dapat diambil, tetapi terserah pada dirimu apakah hendak terus berkembang dan menggunakannya secara efektif.Metamorphoses karya Ovid (8 M) amerupakan karya puitis tentang transformasi, dimana perubahan merupakan kekuatan konstan dalam kehidupan. Kisah-kisahnya menyoroti bagaimana para individu mempertahankan atau mengembangkan kualitas batiniah mereka meskipun terjadi transformasi eksternal.Dalam Metamorphoses Buku 8, Ovid menggambarkan Daedalus, sang penemu legendaris, yang terjebak di Kreta tetapi menggunakan kecerdasan dan keterampilannya agar dapat keluar dari pulau itu dengan membuat sayap. Pengetahuannya tetap menjadi aset terbesarnya, membuktikan bahwa tiada kekuatan eksternal yang dapat merampas pengetahuan seseorang.Daedalus, ut clivo crevisse putes, sic rustica quondam[Daedalus, seolah alam telah memberinya lereng untuk didaki,]fistula disparibus paulatim surgit avenis.[mencipta karyanya laksana seruling gembala, setahap demi setahap.]Ilmu dan keterampilan berkembang secara bertahap—Daedalus memunculkan sayapnya melalui pemahaman dan eksperimen, bukan dengan kekuatan fisik semata. Pengetahuan tak bisa diambil dari seseorang, bahkan pun saat ia dipenjara, lantaran ilmu itu, kekuatan sejati.Ilmu dan keterampilan merupakan bentuk kekayaan internal yang unik lantaran keduanya berada dalam pikiran dan karakter seseorang, sehingga keduanya berbeda secara mendasar dari harta benda. Tak seperti uang, properti, atau aset fisik, yang dapat dicuri, disita, atau dihancurkan oleh pencuri, penindas, atau kejadian yang tak diharapkan, ilmu dan keterampilan tertanam dalam diri seseorang. Keduanya diperoleh melalui usaha, pembelajaran, dan pengalaman pribadi, dan setelah diperoleh, keduanya menjadi bagian yang tak terpisahkan dari dirimu.Bahkan pun saat menghadapi kesulitan, semisal kehilangan pekerjaan, dipindahtugaskan, atau mengalami kerugian materi, ilmu dan keterampilanmu tetap bersama,u. Ilmu dan keterampilan tersebut memberdayakanmu untuk beradaptasi, membangun kembali, dan menciptakan peluang baru, apa pun keadaanmu. Tiada kekuatan eksternal yang dapat begitu saja merampas kemampuanmu berpikir kritis, memecahkan masalah, atau menerapkan apa yang telah engkau pelajari. Dengan cara ini, ilmu dan keterampilan memberikan rasa aman dan ketahanan yang tak dapat diberikan oleh harta materi. Ilmu dan keterampilan merupakan sumber kekuatan dan potensi yang abadi, yang selalu tersedia untuk membantumu menghadapi tantangan hidup dan menempuh jalan baru, apa pun kesulitan yang mungkin menghampirimu.Ilmu dan keterampilan memberikan kontribusi yang penting terhadap ketahanan pribadi dengan membekali individu dengan berbagai alat beradaptasi, memecahkan masalah, dan berkembang dalam menghadapi kesulitan. Ketahanan bukanlah tentang menghindari tantangan, tetapi tentang menavigasi tantangan tersebut secara efektif, dan ilmu serta keterampilan membentuk dasar bagi kemampuan ini.Ilmu memberi individu pemahaman yang lebih mendalam tentang keadaannya, memungkinkan dirinya menganalisis situasi secara kritis dan membuat keputusan yang tepat. Misalnya, pembelajaran seumur hidup menumbuhkan kemampuan beradaptasi dengan membantu orang menerima perubahan dan melihat tantangan sebagai peluang untuk berkembang, bukan ancaman. Demikian pula, kecerdasan emosional, yang merupakan keterampilan yang dikembangkan melalui kesadaran diri dan praktik, meningkatkan kemampuan seseorang dalam mengelola stres dan menjaga ketenangan selama masa-masa sulit.Keterampilan, di sisi lain, merupakan alat praktis yang memungkinkan individu mengambil tindakan. Keterampilan memecahkan masalah memungkinkan seseorang memecah tantangan kompleks menjadi langkah-langkah yang dapat dikelola, sementara keterampilan komunikasi membantunya mencari dukungan atau berkolaborasi dengan orang lain secara efektif. Kemampuan ini sangat penting dalam membangun ketahanan karena memberdayakan individu dalam menghadapi kemunduran dengan percaya diri dan tekad.Selain itu, ilmu dan keterampilan berkontribusi pada ketahanan dengan menumbuhkan efikasi diri—keyakinan pada kemampuan seseorang dalam mengatasi rintangan. Kepercayaan diri ini memotivasi individu agar bertahan meskipun menghadapi kesulitan dan memperkuat kapasitasnya agar bangkit kembali dengan lebih kuat. Contohnya, mengembangkan mekanisme penanganan seperti kesadaran penuh atau penetapan tujuan dapat membantu seseorang mengelola stres dan mempertahankan fokus pada tujuan jangka panjang.Ilmu dan keterampilan merupakan hal mendasar bagi ketahanan pribadi karena keduanya memberdayakan individu untuk menghadapi tantangan, beradaptasi dengan perubahan, dan pulih dari kemunduran secara efektif. Ketahanan bukan hanya tentang bertahan dalam kesulitan, tetapi juga melibatkan pembelajaran dari pengalaman dan tumbuh lebih kuat sebagai hasilnya. Pengetahuan memberikan pemahaman yang diperlukan untuk memahami kompleksitas tantangan, baik yang melibatkan stres, kesulitan, atau perubahan. Sebagai contoh, mengetahui mekanisme stres atau pemicu kecemasan membekali orang untuk mengantisipasi dan mengelola respons emosional mereka.Keterampilan melengkapi ilmu dengan memungkinkan tindakan praktis. Keterampilan memecahkan masalah memungkinkan individu memecah tantangan menjadi langkah-langkah yang dapat dikelola, sementara kemampuan beradaptasi membantu mereka menyesuaikan strategi mereka agar sesuai dengan keadaan baru. Kecerdasan emosional, keterampilan yang berakar pada kesadaran diri dan pemahaman interpersonal, meningkatkan ketahanan dengan meningkatkan manajemen stres dan membina hubungan yang lebih baik.Ilmu dan keterampilan, meskipun saling terkait erat, merupakan konsep berbeda yang saling melengkapi dengan cara yang bermakna. Ilmu mengacu pada informasi, fakta, teori, dan pemahaman yang diperoleh seseorang melalui pendidikan, pengalaman, atau studi. Ilmu merupakan landasan teoritis yang memberikan wawasan tentang cara kerja berbagai hal, mengapa fenomena tertentu terjadi, dan prinsip apa yang mengatur berbagai bidang atau situasi. Misalnya, mengetahui hukum fisika atau memahami peristiwa sejarah merupakan bentuk ilmu.Keterampilan, di sisi lain, merupakan kemampuan dan teknik praktis yang memungkinkan seseorang melakukan tugas-tugas tertentu secara efektif. Keterampilan melibatkan penerapan ilmu melalui tindakan dan praktik. Keterampilan selalu dikembangkan melalui pengalaman langsung, pengulangan, dan pelatihan, yang memungkinkan individu melakukan aktivitas dengan kompetensi dan efisiensi. Contoh, kemampuan mengoperasikan mesin, menulis dengan jelas, atau memecahkan masalah yang rumit adalah contoh keterampilan. Sementara ilmu dapat dilihat sebagai "apa" dan "mengapa", keterampilan mewakili "bagaimana". Ilmu memberikan latarbelakang dan konteks yang diperlukan, tetapi tanpa keterampilan, ilmu tetap bersifat teoritis dan tak digunakan. Sebaliknya, keterampilan bergantung pada ilmu agar bermakna dan efektif; melakukan tugas dengan baik selalu memerlukan pemahaman prinsip-prinsip yang mendasarinya. Bersama-sama, ilmu dan keterampilan membentuk kombinasi yang kuat yang memungkinkan individu belajar, beradaptasi, dan berhasil dalam berbagai aspek kehidupan.Ilmu dan keterampilan masing-masing punya manfaat penting yang berkontribusi pada pertumbuhan pribadi dan masyarakat. Ilmu memberikan pemahaman yang mendalam tentang dunia, yang memungkinkan individu dalam memahami fakta, konsep, dan prinsip di berbagai bidang seperti sains, sejarah, dan budaya. Pemahaman ini membantu orang membuat keputusan yang tepat, memecahkan masalah dengan cermat, dan mengantisipasi konsekuensi dari tindakan mereka. Ilmu juga mendorong inovasi dan kemajuan dengan menawarkan landasan yang dibutuhkan untuk mengembangkan ide-ide baru dan meningkatkan sistem yang ada, yang pada akhirnya meningkatkan kualitas hidup.Keterampilan, di sisi lain, menawarkan manfaat praktis dengan memungkinkan individu menerapkan ilmu mereka secara efektif dalam situasi kehidupan nyata. Keterampilan memungkinkan seseorang melakukan tugas secara efisien, berkomunikasi dengan jelas, dan beradaptasi dengan keadaan yang berubah. Keterampilan membantu individu memecahkan masalah secara langsung dan menyelesaikan aktivitas dengan percaya diri dan presisi. Memiliki keterampilan yang kuat meningkatkan produktivitas dan menumbuhkan rasa percaya diri karena orang merasa mampu mengatasi tantangan dan mencapai tujuan mereka. Intinya, keterampilan mengubah ilmu menjadi tindakan, sehingga memungkinkan mengubah ide dan pemahaman menjadi hasil nyata yang bermanfaat bagi individu dan masyarakat.Bagaimana ilmu dan keterampilan saling melengkapi dalam lingkungan profesional? Dalam lingkungan profesional, ilmu dan keterampilan saling melengkapi dengan membentuk kemitraan dinamis yang meningkatkan kinerja individu dan organisasi. Ilmu mengacu pada pemahaman fakta, teori, dan konsep, sedangkan keterampilan melibatkan penerapan praktis dari pengetahuan ini untuk menyelesaikan tugas secara efektif. Bersama-sama, keduanya menjembatani kesenjangan antara pemahaman teoritis dan pelaksanaan di dunia nyata.Ilmu menyediakan dasar bagi pengambilan keputusan, pemecahan masalah, dan perencanaan strategis. Ilmu memungkinkan para profesional menganalisis keadaan, menghasilkan ide, dan membuat kerangka kerja bagi tindakan. Misalnya, seorang desainer dapat menggunakan ilmu tentang prinsip-prinsip pengalaman pengguna untuk membuat konsep tataletak situs web. Namun, tanpa keterampilan teknis untuk mengimplementasikan desain ini—semisal pengkodean atau menggunakan perangkat lunak desain—ide tersebut tetap bersifat teoritis. Keterampilan mengubah konsep-konsep ini menjadi hasil nyata dengan memungkinkan individu untuk melaksanakan tugas dengan presisi dan efisiensi.Di tempat kerja, interaksi ini terlihat dalam berbagai cara. Karyawan yang dibekali dengan ilmu dan keterampilan, lebih siap memenuhi kebutuhan pelanggan, berkolaborasi secara efektif dengan mitra kerja, dan beradaptasi dengan tuntutan pasar yang terus berkembang. Contoh, seorang perwakilan layanan pelanggan yang memahami produk perusahaan (ilmu) dan memiliki kemampuan komunikasi interpersonal yang kuat (keterampilan) dapat memberikan pengalaman pelanggan yang unggul. Kombinasi ini menumbuhkan kepercayaan, kepuasan, dan loyalitas di antara klien.Selain itu, organisasi yang berinvestasi dalam pengembangan ilmu dan keterampilan di antara tenaga kerjanya cenderung lebih berinovasi dan tetap kompetitif. Ilmu membekali karyawan dengan wawasan yang dibutuhkan untuk mengidentifikasi peluang pertumbuhan atau peningkatan, sementara keterampilan memungkinkan mereka menerapkan solusi inovatif secara efektif. Sinergi ini juga memberdayakan individu dengan rasa percaya diri dalam peran mereka, meningkatkan keterlibatan dan produktivitas.Singkatnya, ilmu menjadi dasar pengambilan keputusan yang matang dan pemikiran strategis, sementara keterampilan memastikan bahwa rencana dilaksanakan dengan sukses. Sifatnya yang saling melengkapi sangat penting bagi kesuksesan profesional sebab keterampilan memungkinkan individu beralih dengan lancar dari teori ke praktik dan berkontribusi secara berarti terhadap tujuan organisasi.Terdapat keadaan dimana ilmu lebih penting daripada keterampilan, terutama ketika pemahaman dan wawasan yang mendalam sangat penting untuk membuat keputusan yang tepat atau membimbing orang lain. Ada pula skenario dimana keterampilan lebih penting daripada ilmu. Kita akan perbincangkan di bagian berikut.
[Bagian 2]