Minggu, 01 Juni 2025

Jaga Api Pancasila Tetap Menyala di Tengah Arus Zaman

Setiap tanggal 1 Juni, bangsa Indonesia memperingati tonggak sejarah yang amat penting: Hari Lahir Pancasila. Pada hari ini di tahun 1945, Bung Karno menyampaikan pidato yang meletakkan dasar bagi ideologi nasional Indonesia: Pancasila. Lebih dari sekadar kumpulan kata-kata atau rumusan konstitusi, Pancasila merupakan hasil perjuangan sejarah, cerminan keberagaman, dan visi masa depan yang inklusif dan adil.

Namun, lebih dari delapan dekade sejak gagasan itu pertama kali diperkenalkan, kita harus bertanya dengan jujur: masihkah kita menjaga nyala api Pancasila tetap hidup? Atau sudah perlahan menjadi slogan yang hampa makna, terpampang megah di dinding-dinding institusi namun kosong dalam praktik sehari-hari?

Pancasila: Titik Temu, Bukan Titik Perpecahan

Indonesia adalah negara beribu pulau, beratus suku, dan beragam agama serta kepercayaan. Di tengah kompleksitas ini, Pancasila berdiri sebagai titik temu. Ia menyatukan, bukan menyeragamkan. Ia mengakui perbedaan, sambil menegaskan bahwa di atas segalanya, kita adalah satu bangsa: Indonesia.

Namun, hari ini, di tengah gelombang polarisasi politik, misinformasi, dan individualisme yang menguat, nilai-nilai Pancasila sering terpinggirkan. Ketuhanan Yang Maha Esa terlupakan ketika kita mulai memuja ego sendiri. Kemanusiaan yang adil dan beradab terluka ketika kita membiarkan ketidakadilan berlalu tanpa tantangan. Persatuan Indonesia diuji oleh ujaran kebencian dan intoleransi. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan sering diganti dengan populisme kosong. Dan keadilan sosial tetap menjadi impian yang jauh bagi banyak warga yang terpinggirkan.

Refleksi bagi Seluruh Warganegara

Pancasila bukan hanya milik pemerintah, juga bukan sekadar mata pelajaran sekolah. Ia adalah tanggung jawab bersama. Ia hidup jika kita menghidupkannya; ia pudar jika kita mengabaikannya.

Hari ini, mari kita berefleksi:

  • Sungguhkah kita menjunjung kemanusiaan dan persaudaraan, atau kita terjebak dalam perdebatan yang tak berempati?
  • Masihkah kita bisa mengenali wajah Indonesia dalam senyuman tetangga yang berbeda keyakinan, dalam sapaan pedagang kaki lima, dalam kerja keras buruh dan petani?
  • Cukup beranikah kita untuk tegak berdiri demi keadilan, walau jika itu berarti berenang melawan arus?

Menjaga nyala api Pancasila bukan tugas sekali jalan, melainkan upaya sehari-hari. Bukan hanya tentang upacara dan pidato, tetapi tentang tindakan konkret: berbuat adil, bersikap inklusif, menolak kekerasan, dan terus memupuk semangat gotong royong.

Pancasila sebagai Cara Hidup

Selama kita masih percaya bahwa Indonesia bisa menjadi rumah yang damai dan adil bagi semua, Selama kita masih mau mendengarkan suara yang berbeda tanpa memaki, Selama kita masih siap mendahulukan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi, maka Pancasila bukanlah gagasan yang ketinggalan zaman, melainkan cara hidup yang tetap relevan dan menginspirasi.

Mari kita jaga nyala api Pancasila tetap menyala—bukan hanya hari ini, tetapi setiap hari. Karena Indonesia takkan menjadi besar oleh jumlah gedung dan jalan tol, tetapi oleh kekuatan karakter rakyatnya yang hidup dalam semangat Pancasila.

[English]