Jumat, 06 Juni 2025

Idul Adha: Waktu untuk Merenung, Panggilan untuk Bangkit

Saat hari-hari mulia bulan Dzulhijjah mencapai puncaknya, tibalah momen agung Idul Adha—bukan sekadar hari raya, tetapi sebuah pengingat spiritual yang mendalam. Dikenal sebagai “Hari Raya Kurban”, Idul Adha memperingati pengorbanan luar biasa dari Nabi Ibrahim ‘alaihissalam, yang rela mengorbankan putranya tercinta demi menaati perintah Allah.

Namun Idul Adha bukan hanya kisah sejarah—ia adalah pelajaran hidup yang terus relevan.

Ia mengajak kita berhenti sejenak dan bertanya dalam hati:
  • Apa yang rela aku korbankan demi Allah?
  • Apa yang masih aku genggam erat, padahal justru menjauhkan diriku dari-Nya?


Lebih dari Sekadar Ritual – Renungan tentang Pengorbanan

Inti dari Idul Adha bukan hanya pada penyembelihan hewan kurban. Kurban adalah simbol—cermin bagi hal-hal yang hendaknya kita “sembelih” dalam diri kita:
– Keangkuhan,
– Ego,
– Dendam,
– Ketergantungan duniawi,
– Zona nyaman yang meninabobokan.

Nabi Ibrahim menunjukkan tingkat tawakal yang luar biasa. Ketika diperintahkan untuk mengorbankan sesuatu yang paling dicintainya, ia tak ragu. Ia patuh, dengan keyakinan penuh bahwa Allah takkan menzaliminya. Dan benar, Allah mengganti pengorbanannya dengan yang lebih baik—seekor domba dari surga.

Dari kisah ini, kita belajar sebuah kebenaran yang abadi:
Jika kita melepaskan sesuatu karena Allah, Dia akan menggantinya dengan yang lebih baik.


Hidup dengan Semangat Berkurban, Bukan Sekadar Seremonial

Di zaman sekarang, “pengorbanan” sering disalahpahami. Dianggap sebagai beban atau kerugian. Padahal, pengorbanan adalah nafas dari keikhlasan. Ia adalah kekuatan tersembunyi yang menghubungkan kita dengan Allah dan membebaskan kita dari belenggu hawa nafsu.

Idul Adha kali ini, mari kita tak hanya berbagi daging atau sedekah. Mari kita berikan kurban yang lebih dalam maknanya:

  • Mari kita maafkan orang yang menyakiti kita, meski hati masih berat terasa.

  • Mari kita luangkan waktu untuk keluarga, meski padat agenda.

  • Mari kita khusyuk dalam sholat, meski pikiran belum rehat.

  • Mari kita pilih rendah hati, daripada merasa harus selalu tinggi hati.

Inilah bentuk kurban sejati yang membersihkan jiwa dan mendekatkan kita kepada Allah.


Momen Persatuan dan Syukur

Idul Adha juga menjadi pengingat bagi kita tentang saudara-saudari kita yang sedang menunaikan ibadah haji—berdiri di Padang Arafah, berselimutkan kain putih, menangis penuh harap di hadapan Rabb mereka. Perjalanan fisik mereka mencerminkan perjalanan batin yang juga harus kita tempuh—kembali kepada Allah dalam keadaan bersih dan berserah.

Inilah hari kebersamaan, dimana yang kenyang mengingat yang lapar, yang mampu mengulurkan tangan kepada yang berkekurangan, dan setiap muslim diingatkan bahwa kita adalah satu umat—dipersatukan oleh iman, kasih-sayang, dan semangat berkurban.


Doa untuk Umat

Semoga Idul Adha ini membersihkan hati kita.
Semoga ia mengingatkan kita pada apa yang paling bermakna.
Semoga ia mendekatkan kita kepada Allah, kepada sesama, dan kepada versi terbaik dari diri kita sendiri.
Dan semoga setiap pengorbanan yang kita lakukan—sekecil atau sebesar apa pun—diterima, dilipatgandakan, dan diberkahi.

Taqabbalallāhu minnā wa minkum. Selamat Idul Adha!
(Semoga Allah menerima amal kami dan amal kalian.)

[English]