Senin, 17 Februari 2025

Stupidity (3)

"Mulyono mengeluhkan bahwa dirinya selalu dijadikan sasaran kritik. Duhai, cobaan menjadi mantan presiden! Tampaknya Mulyono sekarang menjadi samsak tinju, betapa keadaan telah berubah! Selama ini, Mulyono gak pernah disalahin, menikmati gelombang pemujaan 'para BuzzeRp' dan dukungan yang tak tergoyahkan. Konon, setiap langkahnya jenius, setiap kebijakannya sebuah 'strike' yang cemerlang. Bahkan di antara para pendukungnya, doi disejajarkan dengan Khalifah Umar bin Khattab (radhiyallahu 'anhu) dan dicalonkan jadi Sekjen PBB. Tapi semua itu, isapan jempol belaka. Mulyono memang bencana berjalan, dan warisan kekacauannya dirangkum dengan sempurna dalam enam tuntutan keresahan masyarakat (PENTOL) yakni perbaikan kepolisian, energi untuk rakyat, naikkan taraf hidup rakyat, bayarkan tukin dosen, guru dan ASN, evaluasi kembali makan bergizi gratis, lawan mafia tanah dan lengserkan pejabat tolol.
Dan kini? Roda berputar, Mulyonolah yang paling disalahkan semua orang karena, terutama manuver yang membuat anaknya, Pangeran Beler, menjadi Wapres. Berbicara tentang Pangeran Beler, betapa senangnya doi di lanskap politik! Tiada yang mengatakan 'persatuan' seperti 'razia' rambut dadakan di sekolah-sekolah, bukan? Orang mungkin mengira bahwa putra mantan presiden akan lebih tahu daripada turut dalam pertunjukan otoritas yang remeh seperti itu, tapi, siapa yang butuh debat kebijakan disaat dirimu bisanya cuman ngerazia gaya rambut anak sekolahan?
Mulyono yang malang. Dulu 'golden boy', sekarang kambing hitam. Tetapi mungkin, mungkin aja, doi kudu merenungkan pilihan yang membawanya ke situ. Mungkin dengan begitu, doi kagak perlu meratapi menjadi sasaran kritik di era Presiden Prabowo.
Ya memang, Pak Presiden tampak bloon saat mengelu-elukan Mulyono, bikin rakyatnya kliyengan," kata Limbuk, lalu ia melanjutkan, "Cipolla bilang bahwa tidaklah sulit memahami bagaimana kekuatan sosial, politik, dan institusional meningkatkan potensi merusak dari orang dungu, tetapi para khalayak masih harus menjelaskan dan memahami apa yang pada dasarnya membuat orang dungu berbahaya bagi orang lain—dengan kata lain, apa yang menjadi kekuatan kedunguan. Pada dasarnya, orang dungu berbahaya dan merusak karena orang yang berakal sehat merasa sulit membayangkan dan memahami perilaku yang tak masuk diakal.

Hukum Dasar Kelima menyatakan bahwa 'orang dungu merupakan tipe orang yang paling berbahaya.' Akibat hukumnya ialah 'orang dungu lebih berbahaya daripada bandit.' Bayangkan seorang CEO yang menyetujui jalan pintas yang tak beretika (misalnya, mengabaikan standar keselamatan). Ketololan itu merugikan konsumen, lingkungan, dan perusahaan itu sendiri. Pikirkan skandal emisi Volkswagen, dimana manipulasi perangkat lunak merusak kepercayaan dan menyebabkan kerugian miliaran dolar—tiada yang benar-benar diuntungkan. Ada influencer, yang sangat ingin diperhatikan, merugikan diri sendiri dan orang lain. Contohnya termasuk tren TikTok yang berbahaya (misalnya, memakan Tide Pod, melakukan aksi berisiko) yang menyebabkan cedera dan tuntutan hukum—menyebabkan kerugian sosial tanpa manfaat yang bertahan lama bagi siapa pun yang terlibat. Birokrasi Modern: Kedunguan dalam birokrasi semakin parah. Satu kebijakan yang tak masuk akal, seperti sistem otomatis yang menolak cakupan perawatan kesehatan yang penting karena 'kesalahan teknis', merugikan banyak orang tanpa menguntungkan siapa pun—bahkan organisasi yang menerapkan kebijakan tersebut.

Cipolla memperingatkan bahwa kedunguan tumbuh secara eksponensial ketika orang-orang dungu bekerjasama. Media sosial telah mempercepat fenomena ini. Misalnya, seseorang membagikan informasi palsu ('Minum pemutih untuk menyembuhkan COVID'), yang menyebar laksana api, mempengaruhi ribuan orang dan menyebabkan bahaya nyata bagi kesehatan masyarakat. Kedunguan menjadi viral.
Orang-orang cerdas kerap meremehkan betapa mudahnya kelompok dapat memperkuat kedunguan. Misalnya, forum daring tempat teori konspirasi, seperti QAnon, berkembang pesat. Orang-orang saling mendukung delusi, memunculkan kekuatan kolektif yang jauh lebih berbahaya daripada satu orang.
Hukum ketiga dan kelima Cipolla menjelaskan kerusakan lingkungan yang tak rasional oleh manusia. Misalnya, penebangan hutan secara besar-besaran merusak ekosistem, mempercepat perubahan iklim, dan akhirnya merusak industri yang bergantung pada hutan tersebut. Namun, keputusan memprioritaskan keuntungan jangka pendek tetap ada.
Contoh lain seperti seseorang yang berusaha menyerobot antrean panjang di bandara, yang menyebabkan kebingungan dan kemarahan. Mereka terpaksa kembali ke tempat mereka. Tak ada yang diuntungkan—bahkan mereka sendiri.
Kerangka kerja Cipolla sangat cocok diterapkan pada kehidupan modern. Baik dalam politik, media sosial, atau gangguan sehari-hari, kedunguan muncul dalam kekuatan destruktif penuhnya, yang menegaskan wawasannya dengan akurasi yang dahsyat. Dengan mengenali gejala dan dampaknya, kita dapat mencoba (penekanan pada mencoba) untuk mengurangi kerusakan—tetapi seperti yang dicatat Cipolla dengan jenaka, kedunguan adalah kekuatan abadi yang hendaknya kita pelajari agar dapat diatasi.

Cipolla dengan berkelakar menganalisis bahaya kedunguan, tetapi karyanya juga mengisyaratkan cara-cara masyarakat dan individu dapat menavigasi kekuatan yang tak terelakkan ini. Kendati Cipolla tak secara eksplisit menjabarkan strategi, hukum-hukumnya dan implikasinya memberikan wawasan dalam mengelola kekacauan yang disebabkan oleh kedunguan. Berikut ini strategi-strategi praktis berdasarkan kerangka kerjanya. Pertama, akui keberadaan kedunguan dimana-mana. Jadi, selalu persiapkan diri menghadapi kedunguan. Hindari bersikap terlalu optimis tentang rasionalitas orang-orang dalam situasi apa pun—baik itu pekerjaan, politik, atau interaksi sehari-hari. Jika dirimu siap menghadapi perilaku irasional yang tak terduga, kecil kemungkinan dirimu bakalan terkejut karenanya. Misalnya, jika menyelenggarakan suatu acara, asumsikan seseorang akan melupakan instruksi-instruksi penting dan siapkan rencana cadangan. Ciptakan sistem meminimalkan kerusakan: Susun aturan atau proses guna mencegah kedunguan individu menggagalkan keseluruhan proyek. Terimalah bahwa kedunguan itu hal yang konstan dalam hidup—ia laksana iklim. Engkau tak dapat mengubahnya, melainkan engkau boleh membawa payung.

Kedua, jangan berasumsi bahwa Kecerdasan atau Kewenangan membebaskan seseorang dari kedunguan. Kemungkinan seseorang menjadi dungu tak bergantung pada karakteristik lainnya. Fokus pada tindakan, bukan kredensial. Evaluasi perilaku, bukan jabatan. Hindari mempercayai penilaian seseorang hanya karena pangkat, pendidikan, atau keahliannya. Orang yang cerdas tetap dapat bertindak dungu, dan kesalahan mereka seringkali berkonsekuensi yang sangat besar. Misalnya, hanya karena seorang ahli keuangan menyarankan investasi yang berisiko bukan berarti itu ide yang bagus. Pertanyakan keputusan, bahkan dari mereka yang berwenang. Hindari terlalu bergantung pada pemimpin atau ahli. Berdayakan tim dan individu agar berpikir kritis alih-alih mengikuti seseorang yang mungkin bertindak tak rasional secara membabi buta. Desentralisasi ini meminimalkan dampak kedunguan seseorang.
Selalu verifikasi saran atau keputusan dalam pola pikirmu, bahkan dari orang yang tampaknya kompeten—sebab tiada seorang pun yang imun terhadap kedunguan.

Ketiga, waspadalah terhadap sifat orang dungu yang tak terduga. Orang dungu dapat merugikan orang lain tanpa memberikan manfaat bagi dirinya sendiri. Usahakan agar agar engkau sesedikit mungkin terpapar, dan hindari berinteraksi dengan 'aktor dungu' yang dikenal. Jika seseorang secara konsisten membuat keputusan yang tak rasional, batasi ketergantunganmu pada mereka atau jauhi mereka jika memungkinkan. Ini mungkin berarti dengan santun menghindari rekan kerja yang tak dapat diandalkan untuk tugas-tugas penting dan memilih agar tidak berdebat dengan seseorang yang senang berdebat tanpa tujuan (contohnya troling yaitu praktek online dimana seseorang sengaja membuat konten atau komentar kontroversial atau provokatif dengan tujuan memicu reaksi negatif atau emosi dari pembaca atau peserta lainnya).
Lindungi dirimu dari risiko yang tidak perlu. Saat berhadapan dengan orang yang berpotensi dungu, antisipasi bahaya dan buat rencana yang sesuai. Misalnya, jika tetangga yang ceroboh bersikeras menyalakan api unggun di halaman belakang dekat rumput kering, jaga jarak yang cukup jauh guna menghindari kebakaran. Dalam mindset-mu, perlakukan pertemuan dengan kedunguan seperti berurusan dengan binatang buas—hindari mengusik mereka dan jaga jarak yang aman.

Keempat, jangan remehkan kerusakan yang dapat ditimbulkan oleh orang dungu. Orang yang tidak dungu selalu meremehkan potensi destruktif orang dungu. Maka, ambil tindakan pencegahan. Asumsikan kedunguan akan meningkat. Kenali bahwa bahkan tindakan kedunguan kecil sekalipun, dapat membesar menjadi masalah besar jika tak ditangani. Bertindaklah lebih awal dalam mengatasi kerusakan. Misalnya, jika seseorang di timmu membuat kesalahan berulangkali, perbaiki masalah tersebut sebelum kesalahannya berkembang menjadi masalah yang lebih besar, yang mempengaruhi keseluruhan proyek.
Kedunguan akan semakin parah jika orang bertindak sebagai massa. Cegah irasionalitas kolektif dengan mendorong perspektif yang beragam guna melawan pemikiran kelompok dan ambil sikap lebih awal ketika engkau melihat kedunguan mulai berkembang dalam pengambilan keputusan (misalnya, kebijakan atau ide pemasaran yang tak dipikirkan dengan matang).
Dalam pola pikirmu, jangan pernah berasumsi bahwa kesalahan kecil atau tindakan irasional akan tetap tidak berbahaya—lebih baik menghentikan kedunguan daripada menghadapi akibatnya.

Kelima, kenali kedunguan sebagai kekuatan yang paling berbahaya. Orang dungu itu, orang yang paling berbahaya dari semuanya. Maka, utamakan pengendalian dalam strategimu. Terkadang, lebih baik mengarahkan kedunguan ke arah yang tak berbahaya ketimbang melawannya secara langsung. Biarkan rekan kerja yang selalu mendapat informasi yang keliru mengerjakan bagian proyek yang berisiko rendah daripada mengambil risiko mereka merusak sesuatu yang penting. Hindari kolaborasi dengan kedunguan, jangan pernah bergantung pada orang dungu untuk tugas-tugas yang mempengaruhi kesuksesanmu. Meskipun mereka tampak tak berbahaya dalam jangka pendek, ketidakpastian mereka membuat mereka menjadi beban jangka panjang. Dalam pola pikirmu, ketika berhadapan dengan kedunguan, berpikirlah seperti petugas pemadam kebakaran, fokuslah pada pengendalian dan meminimalkan kerusakan tambahan.

Keenam, lawan penyebaran kedunguan di masyarakat. Kedunguan tumbuh subur di lingkungan yang tak memiliki pemikiran kritis dan akuntabilitas. Dalam skala yang lebih besar, hukum Cipolla menyarankan strategi mengurangi dampak kedunguan terhadap masyarakat. Pendidikan saja tak dapat menghilangkan kebodohan, tetapi membekali orang dengan alat untuk mengenali dan melawannya. Fokuslah pada pengajaran pemikiran kritis, literasi media, dan penalaran etis ketimbang sekadar menghafal fakta.
Orang dungu seringkali menyebabkan kerugian karena tak ada konsekuensi langsung atas tindakannya. Menetapkan langkah-langkah akuntabilitas (misalnya, transparansi dalam pemerintahan, konsekuensi atas perilaku asal-asalan) mencegah kedunguan menyebar luas.
Tantang penyebaran misinformasi dengan mempromosikan platform dan komunitas yang menghargai diskusi berbasis bukti. Cegah ruang gema yang memperkuat kedunguan.
Keputusan dungu kerapkali mendapat perhatian ketika ak ada mekanisme untuk menghentikannya. Baik dalam politik, organisasi, maupun komunitas, pengawasan dan keseimbangan mencegah kedunguan menyebar tanpa kendali.

Ketujuh, belajarlah tertawa (dan tetap waras). Humor Cipolla mengingatkan kita bahwa kedunguan tak dapat dihindari, jadi sebaiknya kita mencari cara menertawakannya. Menghadapi kedunguan memerlukan: Kesabaran, menerima kenyataan bahwa tak semua orang akan bertindak rasional; Humor, menemukan absurditas dalam kedunguan dapat membuat dampaknya lebih mudah ditangani; dan Fokus, konsentrasikan energimu pada hal-hal yang dapat engkau kendalikan, daripada membuang-buang waktu pada orang atau situasi yang tak dapat engkau perbaiki.

Kendati Cipolla melukiskan kedunguan sebagai kekuatan yang berbahaya dan universal, hukum-hukumnya juga menginspirasi semacam ketahanan. Dengan mengenali pola kedunguan, merencanakan dampaknya, dan meminimalkan paparannya terhdap dirimu, engkau dapat membatasi bahayanya—dan bahkan mungkin melindungi masyarakat dari konsekuensi terburuknya," pungkas Limbuk.
Kemudian Limbuk pun melantunkan Sing Me To Sleep-nya Alan Walker, 
Wait a second, let me catch my breath
[Tunggu bentar, biar kutarik napas dulu]
Remind me how it feels to hear your voice
[Mengingatkanku bagaimana mendengarkan suaramu)
Your lips are movin', I can't hear a thing
[Bibirmu bergerak, kutak dapat mendegar apapun]
Livin' life as if we had a choice
[Jalani hidup seolah kita punya pilihan]