Sabtu, 02 Juli 2022

'Mengapa' dan Bagaimana Menemukannya (2)

"'Orang jahat selalu menganggap dirinya, sebagai orang baik. Tapi terkadang, orang baik itu, ternyata orang jahat. Dan terkadang, orang jahat menjadi orang baik yang terbaik. Terkadang, orang baik harus melakukan hal buruk agar membuat orang jahat, kapok. Terkadang, hasil-akhir memang membenarkan cara yang ditempuh, namun bagiku, ORANG BAIK YANG TERHEBAT, MENJADIKAN SEMUA ORANG, LEBIH CERDAS. Baik ia sebagai lelaki maupun perempuan, ia MENGINSPIRASI manusia,' lanjut sang Filsuf. 'Aku akan sepakat denganmu bila engkau mengatakan, 'Berarti... MENCERDASKAN KEHIDUPAN BANGSA itu, bermakna, mewujudkan ORANG-ORANG BAIK YANG TERHEBAT.' Namun cuman ada beberapa pemimpin yang memilih menginspirasi dibanding memanipulasi demi memotivasi setiap insan. Baik individu atau organisasi, setiap pemimpin yang menginspirasi ini, berpikir, bertindak, dan berkomunikasi, dengan cara yang persis sama. Dan itu, kebalikan dari kita semua. Sadar atau tidak, cara mereka melakukannya, dengan mengikuti pola yang terjadi secara alami.

Setiap orang, punya panutan, seseorang yang menunjukkan jalan pada saat kritis dalam hidup mereka. Dr. Carol S. Dweck menulis, '... pandangan yang engkau anut bagi dirimu sendiri, sangat mempengaruhi caramu menjalani hidup. Ia dapat menentukan, akankah engkau menjadi orang yang engkau inginkan dan mencapai segala hal yang engkau hargai.' Singkatnya, semua ini, tentang pola-pikir. Profesor Paul Samuelson, pelopor ilmu Ekonomi Modern, memberikan contoh pola-pikir menghadapi masalah organisasi ekonomi, 'Setiap masyarakat manusia—entah itu negara industri maju, ekonomi terpimpin, maupun negara yang tertutup—hendaknya menghadapi dan menyelesaikan tiga dasar masalah-masalah ekonomi. Setiap masyarakat, seyogyanya punya cara, guna menentukan komoditas apa yang diproduksi, bagaimana barang-barang tersebut dibuat, dan bagi siapa barang-barang tersebut diproduksi. Sesungguhnya, ketiga pertanyaan mendasar tentang organisasi ekonomi ini—apa, bagaimana, dan untuk siapa—sekarang ini, sama pentingnya sejak awal peradaban manusia. ...'
Simon Sinek mengajukan konsep pola-pikir 'The Golden Circle.' Konsepsi the Golden Circle [Lingkaran Emas], menurut Sinek, diilhami oleh the Golden Ratio—hubungan matematis sederhana yang telah membuat matematikawan, ahli biologi, arsitek, seniman, musisi, dan naturis, terpesona sejak di awal sejarah. Dari orang Mesir hingga Pythagoras, sampai kepada Leonardo da Vinci, banyak yang mengacu pada the Golden Ratio guna menyajikan rumus matematika, baik sebagai perbandingan maupun keindahan. Pula, ia mendukung gagasan bahwa ada lebih banyak keteraturan di alam-semesta melebihi apa yang kita kira, semisal bentuk simetri selembar daun dan kesempurnaan geometris kepingan salju.
Lebih lanjut, menurut Sinek, the Golden Circle memberikan bukti yang meyakinkan tentang seberapa banyak lagi yang dapat kita capai jika kita mengingatkan diri kita sendiri, agar memulai segala sesuatu yang kita lakukan, dengan terlebih dahulu bertanya, 'Mengapa.' Semuanya dimulai dari DALAM ke LUAR. Semuanya dimulai dengan 'MENGAPA.'

Bagian terluar the Golden Circle—APA—sesuai dengan bagian luar otak—neokorteks. Inilah bagian dari otak yang bertanggung jawab atas pemikiran rasional dan analitis. Ia membantu kita memahami fakta dan angka, fitur-fitur dan faedahnya. Neokorteks bertanggungjawab pula terhadap bahasa.
Dua bagian tengah the Golden Circle—MENGAPA dan BAGAIMANA—berhubungan dengan bagian tengah otak, sistem limbik. Inilah bagian otak yang bertanggung jawab atas segala perilaku dan pengambilan keputusan kita. Ia juga bertanggung jawab atas segala perasaan kita, seperti kepercayaan dan loyalitas. Tetapi tak seperti neokorteks, sistem limbik tak memiliki kapasitas terhadap bahasa. Dari sinilah berasal 'firasat.' Ia bukan perut kita. Ia merupakan perasaan, yang kita dapatkan tentang keputusan yang harus kita ambil, yang sulit kita jelaskan.
Pemisahan kekuatan ini, wujud dari latarbelakang biologis kita, yang terkadang merasa sulit melukiskan perasaan kita ke dalam kata-kata, semisal, 'Aku mencintaimu melebihi kata yang dapat diucapkan,' atau menjelaskan tindakan kita, 'Iblis yang membuatku melakukannya!,' atau membenarkan keputusan kita, 'Sabodo'... keknya bener tuh!' Keadaan ini, membuat kita mengungkapkan perasaan kita, dengan suatu perumpamaan atau metafora.

Jadi, mari kita beranjak dari 'MENGAPA,' lalu BAGAIMANA, kemudian APA.
MENGAPA sangat sedikit orang atau perusahaan, yang dapat dengan jelas mengartikulasikan MENGAPA mereka melakukannya, APA yang mereka lakukan. Saat aku mengatakan MENGAPA, aku tak menyatakan bahwa memperoleh uang itu, sebagai hasil. Dengan MENGAPA aku merujuk pada apa tujuan, sebab, atau keyakinanmu? MENGAPA perusahaanmu ada? MENGAPA engkau bangun dari tempat tidur setiap pagi? Dan MENGAPA setiap orang harus peduli?
BAGAIMANA beberapa perusahaan dan orang, tahu BAGAIMANA mereka melakukan APA yang mereka lakukan. Akankah engkau menyebutnya sebagai 'proposisi nilai yang membedakan', 'proses kepemilikan' atau 'proposisi penjualan yang unik', BAGAIMANA sering memberikan penjelasan tentang : bagaimana sesuatu itu, berbeda atau lebih baik. Tak sejelas dengan APA, banyak yang mengira, semua ini merupakan faktor pembeda atau motivasi dalam sebuah keputusan. Akan keliru bila beranggapan bahwa cuma itu yang diperlukan.
Setiap perusahaan dan organisasi APA di planet ini, tahu APA yang mereka lakukan. Hal ini benar, terlepas dari seberapa besar atau kecil, atau apa bentuk industrinya. Setiap orang dapat dengan mudah menggambarkan produk atau layanan yang dijual perusahaan atau fungsi pekerjaan yang mereka dalam sistem itu. APA, mudah diidentifikasi.

Ketika kebanyakan organisasi atau orang, berpikir, bertindak atau berkomunikasi, mereka melakukannya dari luar ke dalam, mulai dari APA, sampai ke MENGAPA. Dan untuk alasan yang logis—mereka berpindah dari hal yang paling jelas, ke hal yang paling buram. Kita mengatakan APA yang kita lakukan, terkadang kita mengatakan BAGAIMANA kita melakukannya, namun kita jarang mengatakan MENGAPA kita melakukan APA yang kita lakukan.
Sinek memaparkan bahwa the Golden Circle menemukan keteraturan dan prediktabilitas dalam perilaku manusia. Sederhananya, ia membantu kita memahami, mengapa kita melakukan apa yang kita lakukan. The Golden Circle memberikan bukti yang meyakinkan tentang seberapa banyak lagi yang dapat kita capai, jika kita mengingatkan diri kita sendiri, memulai semua yang kita lakukan dengan terlebih dahulu menanyakan alasannya.
The Golden Circle itu, perspektif alternatif atas asumsi yang ada tentang mengapa beberapa pemimpin dan organisasi telah mencapai tingkat pengaruh yang tak proporsional. Ia mengajukan wawasan yang jelas tentang bagaimana Apple mampu berinovasi di begitu banyak industri yang beragam dan tak pernah kehilangan kemampuannya agar dapat berbuat sesuatu. Ia menjelaskan mengapa orang mentato logo Harley-Davidson di tubuhnya. Ia memberikan pemahaman yang lebih jelas, tak hanya tentang bagaimana Southwest Airlines menciptakan maskapai paling menguntungkan dalam sejarah, melainkan juga, mengapa hal itu, dapat sukses. Bahkan, memberikan beberapa kejelasan mengapa kita menerima tantangan John F. Kennedy, menempatkan manusia di bulan, walau setelah ia meninggal. The Golden Circle menunjukkan bagaimana para pemimpin, mampu menginspirasi tindakan, bukan memanipulasi orang, agar bertindak.
Perspektif alternatif ini, tak semata berguna mengubah dunia; terdapat pula aplikasi praktis bagi kemampuan menginspirasi. Ia dapat digunakan sebagai panduan bagaimana mengembangkan dengan pesat kepemimpinan, budaya perusahaan, perekrutan, pengembangan produk, penjualan, dan pemasaran. Bahkan menjelaskan loyalitas dan bagaimana menciptakan momentum yang cukup agar mengubah sebuah ide menjadi sebuah gerakan sosial.

Lebih jauh lagi, bagi para pemimpin, menurut Sinek, dengan 'MENGAPA', mereka akan memperoleh Kepercayaan. Kita percaya pada penilaian orang lain. Itu bagian dari jalinan budaya yang kuat. Akan tetapi, kita bakalan tak percaya pada penilaian sembarang orang. Kita lebih cenderung mempercayai mereka yang memiliki nilai-nilai dan keyakinan, yang sama dengan kita. Saat kita yakin seseorang punya kepentingan terbaik yang sama dengan apa yang ada dalam pikiran kita, dan dengan melakukannya akan bermanfaat, maka seluruh komunitas akan memperoleh manfaat. Kemajuan masyarakat, sangat didasarkan pada keyakinan di antara mereka, yang memiliki seperangkat nilai-nilai dan keyakinan yang sama. Jika engkau mengikuti MENGAPA-mu, maka orang lain akan mengikutimu.

Semua organisasi memulai dengan MENGAPA, tetapi hanya organisasi yang hebat, yang menjaga MENGAPA mereka tetap jelas dari tahun ke tahun. Mereka yang lupa MENGAPA mereka didirikan, setiap hari, muncul dalam perlombaan semata untuk mengalahkan orang lain, tapi mereka lupa, mengalahkan diri mereka sendiri.
Bayangkan, jika setiap organisasi memulai dengan MENGAPA. Keputusan akan lebih sederhana. Loyalitas akan lebih besar. Kepercayaan akan menjadi mata uang bersama. Jika para pemimpin kita rajin memulai dengan MENGAPA, optimisme akan berkuasa dan inovasi akan berkembang. Entah seberapa besar ukuran organisasinya, terlepas dari industrinya, tak memandang produk atau layanannya, jika kita semua mengambil tanggungjawab memulai dengan MENGAPA, dan menginspirasi orang lain melakukan hal yang sama, maka, bersama-sama, kita dapat mengubah dunia.

Itu saja untuk malam ini, besok malam, kita akan berbincang tentang Evolusi Pemikiran Politik. Dan sebagai penutup, perkenankan aku menyampaikan sebuah candaan,
Di Negeri Ajaib, seorang lelaki, masuk ke sebuah hotel. 'Mas mas, mau pesen satu kamar buat malam ini!' katanya kepada sang resepsionis.
'Maaf Pak, nggak ada kamar yang kosong,' jawab sang resepsionis.
'Hah... satupun nggak ada Mas?' tanya sang lelaki.
'Iyyaa Pak, semua kamar, sudah penuh malam ini,' kata sang resepsionis.
Sang lelaki berpikir barang sejenak. 'Mas mas, boleh nanya nggak, andai Presiden Negeri Ajaib datang, dan meminta kamar, Mas mau nggak, ngasih Pak Presiden kamar?'
'Jika Presiden Negeri Ajaib meminta kamar, kami akan berusaha sekuat tenaga mencarikan untuknya, dan tentu, akan kami sediakan buat beliau, Pak!" jawab sang resepsionis.
'Tapi yaah Mas, Pak Presiden nggak bakalan datang malam ini. Jadi, kamar yang akan Mas berikan untuk beliau, buat saya aja ya Mas!'
Dan pertemuan malam itu, selesai. Betewe, sang Filsuf yang berbicara tadi, sebenarnya bukan Filsuf, ia seorang Profesor dan mengajar di banyak Perguruan Tinggi terkemuka. Lalu, mengapa aku menyebutnya sebagai Filsuf? Karena ia menyampaikan buah-pikirannya, dari sudut pandang Mata Filosofis.
Untuk sementara, aku dan burung-kicau akan berpisah, dan esok malam, kami janji bertemu kembali di waktu dan tempat yang sama, Insya Allah. Dan lamat-lamat, aku mendengar sang unggas bersenandung,
Mungkinkah tercipta kembali
Malam nan penuh keindahan
Sinar rembulan terasa
Oh hangat menyentuh tubuh
Di antara pelukan

Kau dengar laguku
Dalam simfoni
Tiada lagi melodi
Dapat kucipta, tanpa senyummu *)
Sebelum berangkat, Laluna berkata, "Lantas, untuk siapa sang lonceng berbunyi? 'MENGAPA' berada di level makro dan mikro. Sebuah perusahaan, punya MENGAPA, setiap divisi atau tim, punya MENGAPA, dan setiap individu, punya MENGAPA. Peluangnya, memastikan orang yang tepat, bekerja di tempat yang tepat, di perusahaan yang tepat. Wallahu a'lam."
Kutipan & Rujukan:
- Simon Sinek, Start with Why, Penguin Group
- Simon Sinek, David Mead & Peter Docker, Find Your Why, Penguin Group
- Adam Smith, The Theory of Moral Sentiments, Jonathan Bennett
- Paul A. Samuelson & William D. Nordhaus, Economics 19e, McGraw Hill
- Dr. Carol S. Dweck, Mindset, Random House
*) "Pelangi" karya Erros Djarot.