Di dunia ini, ada dua tipe manusia. Yang pertama, mereka yang berusaha memenangkan argumen dengan logika, fakta, dan pemikiran kritis. Yang kedua, mereka yang tahu jalan ninja untuk selalu menang tanpa harus berpikir sama sekali. Cara rahasianya? Satu kata ajaib: "kampungan."Loe mungkin mengira "kampungan" itu punya definisi jelas—mungkin berarti norak, kurang berkelas, terlalu pasaran, atau ndesonya kebangeten. Tapi jangan tertipu! Kata ini sebenarnya nggak punya aturan. Maknanya bisa berubah sesuai kebutuhan orang yang memakainya. Mau menyingkirkan lawan debat? Kampungan. Mau ngejek gaya berpakaian orang? Kampungan. Mau ngeremehin kesuksesan seseorang? Kampungan. Pokoknya, kata ini selalu siap digunakan untuk mendiskreditkan siapa pun, kapan pun, dimana pun.Itulah yang membuat kampungan bukan sekadar kata sifat, tapi senjata. Inilah cara paling simpel buat menghindari diskusi panjang dan langsung memenangkan pertarungan tanpa harus memberikan argumen masuk akal. Misalnya, lawan bicara loe punya pendapat yang valid, berbasis riset, dan mungkin patut didengerin. Tapi untuk apa repot-repot membalas dengan fakta? Cukup bilang "kampungan," dan masalah selesai. Mereka otomatis kehilangan kredibilitas, dan loe langsung naik level tanpa perlu usaha.Yang lebih keren lagi, strategi ini bisa diterapkan ke segala aspek kehidupan. Contohnya, soal fashion. Ada yang pakai baju branded? Sok pamer—kampungan. Pakai merek lokal? Kurang keren—kampungan. Pilih gaya minimalis? Terlalu polos—kampungan. Pakai warna mencolok? Terlalu berusaha—kampungan. Apapun yang loe pilih, selalu ada alesan buat ngecap loe kampungan.Hal yang sama berlaku buat kebiasaan sehari-hari. Minum kopi? Biasa banget—kampungan. Minum teh? Sok classy—kampungan. Naik transportasi umum? Kurang berkelas—kampungan. Pakai mobil pribadi? Sok kaya—kampungan. Mau pilih apapun, ujung-ujungnya tetep dicap kampungan.Sosial media pun nggak luput dari aturan ini. Terlalu sering posting? Cari perhatian—kampungan. Terlalu jarang update? Nggak gaul—kampungan. Ngebales DM terlalu cepet? Kelewat eager—kampungan. Ngebalesnya kelamaan? Sok sibuk—kampungan. Apapun ritme dan gaya sosial ellu, pasti ada yang bakal menemukan cara buat ngejadiin loe targetnya.Dan kalau loe mikirin soal keputusan hidup yang lebih besar akan terbebas dari label ini, loe salah besar. Beli rumah? Sok kaya—kampungan. Ngekos? Nggak mapan—kampungan. Pindah ke kota besar? Terlalu ambisius—kampungan. Tetap tinggal di kampung halaman? Kurang ambisius—kampungan. Kerja kantoran? Terlalu mainstream—kampungan. Buka usaha sendiri? Sok nekat—kampungan. Pada akhirnya, hidup itu nggak ada yang sungguhan bener—karena apapun yang loe lakuin, tetep aja ada yang bakalan ngomongin loe kampungan.Kesimpulannya, Kampungan Itu Label yang Tak Terhindarkan!Jadi, kalau segalanya bisa disebut kampungan, sebenernya kampungan itu apa? Jawabannya sederhana: itu cuma cara instan buat ngejudge orang tanpa perlu usaha.Jadi daripada cape-cape mikirin cara supaya nggak dicap kampungan, mungkin udah waktunya buat ngembrace kampungan dalam diri kita. Karena kalau semua bisa disebut kampungan, berarti nggak ada yang bener-bener kampungan. Dan kalau begitu, akhirnya—kita bebas.