Senin, 18 Maret 2024

Ramadan Mubarak (7)

“Seorang pemabuk sedang duduk di luar rumahnya, dimana ia bakalan diusir, ia telah bercerai dengan istrinya, kehilangan anak-anak dan pekerjaannya. Ia lalu mengambil botol bir kosong di dekatnya, membantingnya ke dinding sambil teriak, "Gara-gara ellu, gua kehilangan isteri.'
Pada botol kedua, ia menghardik, 'Gara-gara ellu, gua kehilangan anak dan kerjaan gua,' lalu memecahkannya!
Botol ketiga, masih tersegel dan terisi penuh bir. Ia meletakkanya disamping, trus ngomong ke botolnya, 'Loe minggir dulu ya fren; gua tahu, loe gak ikut-ikutan.'"

“Setiap peradaban dalam sejarah manusia, menyadari dan memahami pentingnya air dalam keadaan alaminya, bagi kelangsungan hidup,” ucap Yasmin sambil membuka lebar daun-daunnya menyambut tetesan air hujan yang jatuh ke bumi dan berdoa,
اللَّهُمَّ حَوَالَيْنَا وَلاَ عَلَيْنَا
'Duhai Allah, turunkanlah hujan di sekitar kami, bukan di atas (menimpa) kami.' [Sahih Al-Bukhari]
“Air itu, asal mula kehidupan. Air tak semata memberi kita kehidupan, ia melampaui keterhubungan kita dengan martabat dan keadilan, serta dalam keberlangsungan hidup tubuh kita. Praktik keagamaan, spiritual, dan budaya serta kejernihan dan harapan, nilai-nilai yang merupakan ketersamaan yang menyatukan kita, selama berabad-abad telah diperlambangkan dengan air. Secara psikologis, air melambangkan gagasan yang mendalam atau sulit dipahami seperti saat dikau mengatakan sesuatu itu bagai 'sedalam samudera', boleh jadi, dirimu menggambarkannya sebagai sesuatu yang misterius atau penting. Secara astrologi, pisces, cancer, dan scorpio merupakan tanda-tanda air yang mewakili tanda-tanda bintang yang paling emosional. Air keluar dari mata kala kita menangis, maka air melambangkan air mata dan kepedihan yang mendalam. Tiada yang bisa hidup tanpa air, air teramat penting bagi seluruh kehidupan, lintas budaya, dulu dan sekarang, kehidupan direpresentasikan oleh air. Dan cara bergeraknya dapat melambangkan emosi atau perasaan tertentu dalam sastra dan secara metaforis mewakili aliran. Air digunakan untuk membersihkan sesuatu secara harfiah dan spiritual, sehingga air merupakan tanda kesucian dan kekeramatan. Orang menggunakan air sebagai simbol pembaruan, kelahiran kembali, dan pencerahan, semisal kisah Air Bah Raksasa di zaman Nabi Nuh, alaihissam, atau mitos banjir lainnya yang terjadi di banyak kebudayaan, termasuk manwantara-sandhya dalam agama Hindu, Deucalion dan Pyrrha dalam mitologi Yunani, cerita banjir Mesopotamia, dan banjir Cheyenne, yang biasanya dikirimkan oleh Sang Ilahi, menghancurkan peradaban, kerapkali digambarkan sebagai hukuman dari Sang Ilahi. Banjir dilukiskan sebagai upaya pembersihan umat manusia, sebagai persiapan bagi kelahiran kembali, sehingga air melambangkan penyembuhan dan awal yang baru. Air juga bersifat reflektif, cermin kesadaran diri, dan sering digunakan dalam sastra dan budaya pop, merepresentasikan kedangkalan, penipuan, atau kemampuan seseorang agar berubah. Dalam mitologi Yunani, Narcissus jatuh cinta dengan bayangannya sendiri usai menatap ke dalam genangan air, menekankan keangkuhan umat manusia. Dalam dongeng dan cerita rakyat, air digunakan sebagai perlambang kearifan universal, simbol ilmu dan kebenaran, serta merupakan metafora sastra terhadap pikiran bawah sadar. Laksana dalamnya air, pikiran bawah sadar merupakan sebuah misteri—tiada yang tahu apa yang ada di bagian terdalamnya. Air melambangkan pula metamorfosis dan perubahan. Ia punya 3 wujud: cair, padat, dan gas. Elemen tersebut berkemampuan berubah dan berpindah di antara ketiganya dalam kondisi yang tepat. Fenomena ini mencerminkan kemampuanmu bersalin dan bersilih dalam hidupmu, selama dirimu punya motivasi.

Air—terutama dalam manifestasi chthonic yang melekat di bumi—membawa isyarat kesuburan dan peningkatan yang kuat. Elemen yang sama bisa menjadi kekuatan kematian dan kehancuran. Simbolismenya menarik justru karena bersifat biner. Air merupakan hidup dan mati. Ia memelihara dan membunuh; ia menguatkan dan melemahkan. Bermanfaat jika terukur, namun jika berlebihan, akan berakibat fatal. Dibagi dan ditampung, ia mudah ditempa, patuh, dan tunak. Jika dilepaskan dalam jumlah besar, ia sewenang-wenang, agresif, mengerikan, dan mematikan. Air berkonotasi dengan perubahan radikal—dan karenanya, di satu sisi, air memediasi inspirasi puitis, dan di sisi lain, ilmu tentang hal-hal yang gelap dan tersembunyi.
Simbolisme air, dengan segala keindahannya, selalu sarat dengan isyarat bahaya dan kematian. Kita tak perlu lagi menyebutkan mitos air Mediterania yang masyhur, yaitu kisah Osiris. Sungai Nil—tempat pembunuhan dan pendewaannya—menjadi titik referensi penting dalam pemujaannya, karena banjir tahunan sungai tersebut dikaitkan dengan gagasan tentang gairah dan kebangkitan. Kaisar Hadrian (117–138 M) tampaknya memanfaatkan kepercayaan kuno ini dengan melembagakan pemujaan terhadap kekasih mudanya, Antinoös, yang tenggelam di Sungai Nil pada tahun 130 M.

Herodotus menyebut bumi dan air sebagai tanda ketundukan yang dituntut oleh bangsa Persia dari rakyatnya. Keduanya menandakan kehidupan manusia, khususnya kehidupan dan penghidupan komunitas manusia yang teratur dan bergantung pada pertanian, sebuah tatanan yang oleh orang Yunani disebut oikoumenē, ‘dunia menetap’.
Air telah menjadi daya tarik bagi beberapa pemikir terbesar dalam sejarah. Gambar-gambar dan memorandum yang tersebar di kertas-kertas Leonardo da Vinci menunjukkan bahwa air merupakan perhatian utama intelektualnya sepanjang hidupnya. ‘Air’, menurutnya, ‘adalah penggerak alam, unsur vital mesin terestrial. Ia merasa bahwa ia bisa memecahkan misteri penciptaan dengan mempelajari hukum pergerakannya.

Air memainkan peran penting dalam kitab suci, mitos, dan cerita dasar agama-agama besar. Hal ini tak mengherankan, mengingat arti pentingnya dan betapa berharganya air di wilayah-wilayah dimana kebudayaan dan kepercayaan besar pertama di dunia muncul. Peradaban manusia paling awal tumbuh di sekitar sungai. Daerah yang sering dianggap sebagai tempat lahirnya peradaban dan dikenal sebagai Mesopotamia–sebuah kata Yunani yang bermakna lahan di antara sungai-sungai–mencakup rawa-rawa delta sungai Tigris dan Efrat di tempat yang sekarang disebut Irak. Sejak sebelum tahun 5000 SM, dataran di antara dua sungai besar ini diubah oleh pekerjaan drainase dan irigasi pertama yang diketahui menjadi lumbung di Timur Tengah dan bagian terpadat di dunia kuno, yang berturut-turut menampung kerajaan Sumeria, Akkadia, Babilonia, dan Asiria. Peradaban besar Mesir yang muncul sekitar 3000 SM dibangun di atas dataran aluvial subur yang tercipta dari banjir tahunan Sungai Nil, yang dianggap suci. Orang Mesir kuno membangun nilometer, ruang bawah tanah yang luas di bawah kuil mereka, guna mengukur naik turunnya air dan secara simbolis memunculkan kembali banjir musim semi, yang dianggap menandai kelahiran kembali sungai setiap tahun. Mereka juga menemukan kalender 365 hari berdasarkan genangan Sungai Nil. Peradaban Harappa, kebudayaan besar India pertama, yang berkembang dari c. 2600 SM, terletak di lembah sungai Indus yang tersapu banjir sepanjang 1000 mil. Peradaban besar Tiongkok pertama berpusat di sekitar lembah Sungai Hwang Ho atau Sungai Kuning. Tak mengherankan, air merupakan inti dari kepercayaan dan ritual masyarakat kuno ini. Demikian pula halnya dengan para penganut agama besar Abrahamik monoteistik seperti Yudaisme, Kristen, dan Islam yang muncul belakangan di daerah gurun yang keras di Palestina dan Arab. Dalam persoalan mereka, dengan sangat langkanya air, menjadikannya begitu berharga dan menakjubkan.

Di negeri-negeri Arab, seperti halnya di tempat lain, mata air dan sumur merupakan sumber air yang umum. Air muncul secara alami ke permukaan melalui mata air, atau 'ayn dalam bahasa Arab, sedangkan sumur merupakan galian buatan yang digali untuk mengambil air dari akuifer, meskipun perbedaannya terkadang sulit ditentukan. Dalam peradaban Islam, mata air atau sumur terpenting, tak diragukan lagi adalah Zamzam, sumber suci yang terletak di sekeliling kompleks Mekah. Seorang malaikat menyebabkan persediaan air yang tak habis-habisnya mengalir bagi istri Nabi Ibrahim, Hajar, dan putranya Isma'il, yang berada di ambang kematian karena kehausan. Sumber air tersebut konon kemudian mengering karena ulah suku Jurhum, dan baru ditemukan kembali oleh kakek Rasulullah (ﷺ).
Sejak abad kedua Islam, berbagai khalifah mendirikan stasiun jalan dengan sumur dan waduk di sepanjang Darb Zubayda, jalur ziarah antara Irak dan Kota Suci Hijaz yang dinamai Zubayda, istri khalifah Abbasiyah Harun al-Rasyid. Bagian utamanya yang membentang sepanjang 1.400 kilometer memiliki lima puluh empat stasiun yang diakui. Di tempat lain di semenanjung Arab, sumur dan mata air telah lama dikaitkan dengan tokoh-tokoh yang dihormati, seperti dalam toponim 'Ayn Jalut (Mata Air Goliat) di Palestina, yang konon terletak di dekat tempat Nabi Daud membunuh Goliat atau Jalut, namun lebih dikenal sebagai lokasi dimana Nabi Daud membunuh Goliat. Mamluk mengalahkan bangsa Mongol pada tahun 1260, dan 'Ayn Musa (Mata Air Musa), mata air di pintu masuk Siqat Petra, tempat Nabi Musa memukul batu dengan tongkatnya dan memunculkan dua belas mata air. Mata air biasa terjadi di Iran, Afghanistan, dan Asia Tengah. Chashma Ali, dekat Damghan di Iran, memiliki batu berwarna gelap dengan cekungan yang diyakini melambangkan cetakan kuku kuda milik menantu Rasulullah (ﷺ), 'Ali bin Abi Thalib. Penguasa Qajar Fath 'Ali Shah membangun tempat tinggal yang bagus di sana. Chashma Ayyub di Bukhara di Uzbekistan konon menandai tempat Nabi Ayub menghantam tanah dengan tongkatnya. Panglima perang Mongol Timur mendirikan sebuah bangunan persegi panjang dengan kubah berbentuk kerucut di atas situs tersebut pada tahun 1379-80. Sumur tangga, yaitu sumur terbuka besar yang airnya dapat dicapai dengan menuruni serangkaian anak tangga, sudah ada di India jauh sebelum kedatangan Islam; di zaman Islam kehadirannya sering dikaitkan dengan kuil sufi dari ordo Chishtiyya.

Air ada dimana-mana. Tak hanya mencakup sekitar 70 persen permukaan bumi, namun juga dipandang penting bagi kelangsungan hidup segala bentuk kehidupan yang diketahui. Tubuh manusia penuh dengan zat ini, dengan kandungan air mencapai 70 persen. Air membantu pencernaan manusia, menyerap nutrisi, membantu sirkulasi darah, menetralkan racun dan mengatur suhu. Ia mengangkut pula oksigen ke sel dan membantu melindungi sendi dan organ. Mengingat keberadaan air di seluruh dunia dan peran pentingnya dalam menjaga kesehatan, kita mungkin tergoda berasumsi bahwa mendapatkan akses terhadap air bagi keperluan minum, hal yang relatif mudah. Namun pada kenyataannya, kata Ian Miller, masyarakat terus-menerus menghadapi kesulitan dalam memperoleh air yang dapat dikonsumsi.
Dalam esensinya, air merupakan campuran atom oksigen dan hidrogen yang tak berasa dan terikat secara kimia. Sesuaikan suhunya dan ia berubah menjadi es, setum atau uap air. Jika dilihat dari sudut pandang klinis seperti ini, air hampir tak menampilkan dirinya sebagai bahan konsumsi yang menggugah selera. Minuman ini, tak banyak meningkatkan suasana hati kita seperti halnya minuman yang mengandung kafein. Tidak pula membuat kita jangar dan 'mendem' seperti halnya alkohol. Sebaliknya, rasa haus dan kebutuhan telah menentukan keputusan manusia minum air. Namun air lebih dari sekadar campuran unsur-unsur aneh ini, dan selalu memberikan kepuasan misterius pada tubuh dan pikiran kita.

Sejak sekitar abad ketujuh belas, para penggiat kesehatan telah bekerja keras menanamkan kesadaran kepada masyarakat akan perlunya konsumsi air secara teratur. Mereka melakukannya dengan keyakinan bahwa kita perlu minum sekitar setengah jumlah air dalam tubuh kita setiap hari. Ide ini berkembang jauh setelah kincir air ditemukan pada masa pemerintahan Wang Mang, Tiongkok. Pada mulanya benda itu tampak seperti roda vertikal, yang diputar oleh air, mengaktifkan poros horizontal yang memutar alu.
Bisakah air diubah menjadi zat yang aman dan menyenangkan dikonsumsi? Para ilmuwan dan filsuf modern mula-mula merenungkan pertanyaan ini dengan saksama. Saat itu, mengumpulkan air hujan untuk digunakan sebagai air minum sepertinya mustahil. Air salju, jika engkau bisa menemukannya, dianggap sedikit lebih sehat, kendati para ilmuwan memperingatkan bahwa air tersebut seringkali mengandung sedikit asam nitrat. Mata air juga dipandang baik, walau terkadang diketahui mengandung lendir hewani dan nabati. Para ilmuwan memandang air laut sebagai minuman yang sepenuhnya tak pantas. Sebab kandungan garamnya yang tinggi, air laut meningkatkan rasa haus, meskipun beberapa ilmuwan modern awal menunjukkan sejumlah masalah lain yang ditimbulkannya.
Terbukti bahwa air secara historis dikenal sebagai zat cair dengan beragam sifat dan kandungan. Kesesuaian air untuk dikonsumsi, biasanya dinilai bukan berdasarkan rasa atau tampilannya, namun berdasarkan potensi tambahan yang mungkin terkandung di dalamnya. Termasuk pula bentuk kehidupan akuatik. Pada abad-abad berikutnya, masyarakat terus terkagum-kagum dengan cara manusia memilih mengonsumsi zat cair yang pernah menjadi tempat makhluk hidup berenang di dalamnya.

Air sangat penting dalam tradisi Islam. Selain hubungannya yang erat dengan penyucian dan penyembuhan, air dimuliakan sebagai sumber segala ciptaan. Allah berfirman,
اَوَلَمْ يَرَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْٓا اَنَّ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنٰهُمَاۗ وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاۤءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّۗ اَفَلَا يُؤْمِنُوْنَ
'Tak melihatkah mereka yang tak beriman itu bahwa langit dan bumi, keduanya, dahulu menyatu, kemudian Kami memisahkannya dan Kami menjadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air? Maka, tidakkah mereka beriman? [QS. Al-Anbiya (21):30]
Air merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi kehidupan dan merupakan anugerah Allah. Allah berfirman,
وَاَنْزَلْنَا مِنَ السَّمَاۤءِ مَاۤءًۢ بِقَدَرٍ فَاَسْكَنّٰهُ فِى الْاَرْضِۖ وَاِنَّا عَلٰى ذَهَابٍۢ بِهٖ لَقٰدِرُوْنَ ۚ فَاَنْشَأْنَا لَكُمْ بِهٖ جَنّٰتٍ مِّنْ نَّخِيْلٍ وَّاَعْنَابٍۘ لَكُمْ فِيْهَا فَوَاكِهُ كَثِيْرَةٌ وَّمِنْهَا تَأْكُلُوْنَ ۙ وَشَجَرَةً تَخْرُجُ مِنْ طُوْرِ سَيْنَاۤءَ تَنْۢبُتُ بِالدُّهْنِ وَصِبْغٍ لِّلْاٰكِلِيْنَ وَاِنَّ لَكُمْ فِى الْاَنْعَامِ لَعِبْرَةًۗ نُسْقِيْكُمْ مِّمَّا فِيْ بُطُوْنِهَا وَلَكُمْ فِيْهَا مَنَافِعُ كَثِيْرَةٌ وَّمِنْهَا تَأْكُلُوْنَ ۙ
'Kami turunkan air dari langit dengan jumlah yang terukur. Lalu, Kami jadikan air itu menetap di bumi. Dan sesungguhnya, Kami Maha Kuasa melenyapkannya. Lalu, dengannya Kami tumbuhkan untukmu kebun-kebun kurma dan anggur yang di dalamnya terdapat buah-buahan yang berlimpah dan yang dapat engkau makan. (Kami tumbuhkan) pohon (zaitun) yang tumbuh di Bukit Sinai, yang menghasilkan minyak dan lauk-pauk pembangkit selera bagi orang-orang yang makan. Sesungguhnya pada hewan-hewan ternak benar-benar terdapat pelajaran bagimu. Kami memberimu minum dari sebagian apa yang ada dalam perutnya (air susu), padanya terdapat banyak manfaat untukmu, dan sebagian darinya engkau makan.' [QS. Al-Mu'minun (23):18-21]
Air merupakan sumber daya yang berharga, baik dalam kehidupan maupun dalam ajaran Islam, dan karenanya, memberikan air kepada makhluk hidup lain di bumi dipandang sebagai amal-shalih yang besar. Makhluk hidup dapat berupa manusia lain, hewan, atau bahkan tumbuhan; semuanya ciptaan Allah. Rasulullah (ﷺ) ditanya oleh Sa'd bin Ubadah tentang bentuk sedekah apa yang terbaik. Beliau (ﷺ) bersabda, الْمَاءُ (air) [Sunan Abi Dawud; Hasan menurut Al-Albani]
Air diperlukan untuk taharah atau kesucian. Dalam perspektif Islam, taharah merupakan sebuah kata yang bermakna umum. Dapat bermakna kebersihan jasmani, yaitu kesucian (tubuh) dari zat-zat najis atau keadaan najis, atau bisa pula bermakna kesucian ruhani, yaitu kesucian diri dari keburukan, kesalahan, dosa, dan menggantinya dengan amal shalih, baik dalam ucapan maupun perbuatan. Makna taharah yang komprehensif ini, ditunjukkan dalam sabda Rasulullah (ﷺ),
أَرَأَيْتُمْ لَوْ أَنَّ نَهَرًا بِبَابِ أَحَدِكُمْ، يَغْتَسِلُ فِيهِ كُلَّ يَوْمٍ خَمْسًا، مَا تَقُولُ ذَلِكَ يُبْقِي مِنْ دَرَنِهِ ‏"‏‏.‏ قَالُوا لاَ يُبْقِي مِنْ دَرَنِهِ شَيْئًا‏.‏ قَالَ ‏"‏ فَذَلِكَ مِثْلُ الصَّلَوَاتِ الْخَمْسِ، يَمْحُو اللَّهُ بِهَا الْخَطَايَا ‏"
'Jika ada sungai di depan pintu salah satu dari kalian dan ia mandi di sana lima kali sehari, apakah kamu akan melihat ada kotoran di tubuhnya?' Mereka berkata, 'Tiada satupun kotoran yang tersisa.' Rasulullah (ﷺ) menambahkan, 'Itulah perumpamaan shalat lima waktu yang dengannya Allah menghapus (membatalkan) perbuatan jahat.' [Sahih Al-Bukhari]
Baik secara filosofis maupun ilmiah, air merupakan material paling unik di bumi dan bisa dibilang di alam semesta. Tiada kehidupan tanpa air. Bahkan dalam bentuk massal, lebih dari separuh sel biologis adalah air. Sebutir garam yang berapi, yang dalam waktu singkat akan menembus tangan manusia, dengan mudah menyerap setengah berat air, dan melebur walau di udara paling kering yang bisa dibayangkan. Air tersebar kemana-mana, dan hadir di seluruh ruang dimana pun ada materi. Hampir tak ada benda apa pun di alam ini, yang tak dapat menghasilkan air: bahkan dikatakan bahwa 'Api' bukanlah api, bila tanpa air.
Kita akan lanjutkan renungan Ramadhan kita dengan topik tentang 'Api', bi 'idznillah."

Lalu, Yasmin pun berdendang,

Raindrops keep falling on my head
[Tetesan air hujan terus berjatuhan di kepalaku]
But that doesn't mean my eyes will soon be turning red
[Namun bukan berarti mataku akan segera memerah]
Crying's not for me
[Menangis bukanlah untukku]
'Cause I'm never gonna stop the rain by complaining *)
[Sebab kutakkan pernah menghentikan hujan itu dengan mengeluh]
Kutipan & Rujukan:
- M. Safiur Rahman & M.R. Islam, Sustainable Water Purification, 2020, John Wiley & Sons
- Ian Miller, Water: A Global History, 2015, Reaktion Books
- Ian Bradley, Water: A Spiritual History, 2012, Bloomsbury
- Cynthia Kosso and Anne Scott (Eds.), The Nature and Function of Water, Baths, Bathing, and Hygiene from Antiquity through the Renaissance, 2009, Koninklijke Brill
- Sheila Blair & Jonathan Bloom (Eds.), Rivers of Paradise: Water in Islamic Art and Culture, 2009, Yale UNiversity Press
*) "Raindrops Keep Fallin' on My Head" written by Burt F. Bacharach & Hal David