Jumat, 25 April 2025

Balada Gulungan Emas Surogendelo

Di negeri Nusantara yang luas nan megah, bertahtalah seorang raja perkasa bernama Prabu Surogendelo. Mahkotanya berkilau laksana mentari pagi, dan jubahnya berwarna-warni bak pelangi. Namun yang paling membedakannya ialah Gulungan Emas legendaris yang selalu dibawanya—gulungan yang konon berisi Jamus Kalimasada, mantra sakti kuno yang memberi kebijaksanaan, ketangguhan, dan resep rahasia untuk sambal pedas kerajaan yang ternama.

Gulungan Emas itu harta paling keramat di kerajaan. Konon, siapa pun yang memilikinya memegang kunci untuk menguasai tak hanya tanah air, tapi juga hati para dewa. Namun, meski sangat penting, gulungan itu diselimuti misteri. Prabu Surogendelo hanya memperlihatkannya sekilas, tanpa membolehkan siapa pun memfoto, mencatat, apalagi menelaahnya secara mendalam. Ada yang berbisik bahwa gulungan itu disimpan dalam peti emas yang dijaga seekor naga bernama Birokrat, yang tak doyan emas atau permata, tapi doyan sekali kertas, birokrasi, dan siapa saja yang terlalu banyak bertanya.

Rakyat Nusantara, mulai kepo dan dua kali lebih gigih, mulai berbisik-bisik. “Benarkah Gulungan Emas itu berisi Jamus Kalimasada?” mereka bertanya di pasar, warung kopi, bahkan dalam pertunjukan wayang kerajaan. “Ataukah itu hanya selembar kertas mewah yang cuma buat memperdaya mata?”

Pertanyaan-pertanyaan itu berkembang bagaikan monyet bandel. Beberapa orang pemberani pun berangkat ke Istana Raja membawa petisi, menuntut bukti keaslian gulungan itu. Tapi anehnya, hampir semua petisi itu ditolak dengan alasan seperti “Belum saatnya,” “Rahasia negara,” atau klasiknya, “Karena aku bilang begitu.”

Prabu Surogendelo dan para pengawal setianya makin gusar. “Bagaimana bisa mereka meragukan gulungan suci itu!” teriak mereka. Mereka mulai menuduh para penanya sebagai pembuat onar, penyebar fitnah, dan yang paling ditakuti: pembenci sambal pedas. Empat penanya yang paling vokal dipanggil dan dituduh menghasut, menyebar rumor, bahkan mencuri cabai kerajaan. Dan yang paling kocak ialah para advokat yang semestinya membantu rakyat mencari keadilan, malah ikut-ikutan membela penguasa dengan beramai-ramai melaporkan mereka yang mempertanyakan gulungan emas.


Tapi senjata paling unik sang raja ialah Pasukan Gelitik Kerajaan—pasukan rahasia yang tak berlatih dengan pedang atau tombak, melainkan dengan bulu-bulu halus, tawa, dan geli tanpa henti. Misi mereka? Membuat para pembangkang tertawa sampai lupa apa yang mereka protes. Meski banyak yang membicarakan keberadaan pasukan ini, tak seorang pun pernah melihatnya kecuali beberapa yang hilang secara misterius usai menghadiri jamuan kerajaan.

Kabar tentang gulungan itu pun tersebar luas. Di pasar, pedagang bercanda, “Gulungan Emas itu kayak password Wi-Fi kerajaan—semua mau tahu, tapi gak ada yang boleh lihat!” Di warung kopi, orang tua tertawa, “Kalau gulungan itu benar berisi Jamus Kalimasada, kenapa raja sembunyikan bagaikan kucing memeram mainannya?”

Sementara itu, para juru tulis kerajaan sibuk membuat proklamasi panjang membela kesucian gulungan itu. Salah satu surat edaran berbunyi, “Siapa pun yang mempertanyakan Gulungan Emas akan menghadapi keadilan Pasukan Gelitik Kerajaan!”—namun, anehnya, tak ada yang pernah menyaksikan keadilan itu secara langsung.

Lalu, dalam sebuah drama yang layak di panggung kerajaan, Prabu Surogendelo tiba-tiba menghilang. Ada yang bilang ia pergi ziarah rahasia ke negeri jauh seberang lautan, ada pula yang menduga ia menghindari sidang pengadilan tentang gulungan itu. Kepergiannya membuat rakyat bertanya-tanya.
“Mungkin raja membawa gulungan itu bersamanya,” kata seorang pedagang. “Atau mungkin doi cuma mau liburan jauh dari semua pertanyaan.” Seorang lain menambahkan, “Kalau gulungan itu benar berisi Jamus Kalimasada, kok gak dibuktiin dulu sebelum pergi? Atau takut kalau isinya cuma resep mie instan?”

Sementara itu, naga Birokrat terus melahap tumpukan dokumen dan surat yang tak terjawab, sesekali menghembuskan awan pita merah yang melilit kaki siapa pun yang berani mendekati arsip kerajaan.

Demikianlah legenda Prabu Surogendelo, Gulungan Emas, Jamus Kalimasada yang menghilang, Pasukan Gelitik Kerajaan yang misterius, dan naga birokrat yang rakus. Kisah tentang kuasa, ketakutan, dan bagaimana pertanyaan sederhana bisa jadi ancaman bagi penguasa—serta bagaimana misteri makin dalam ketika sang pemilik pusaka menghilang ke negeri asing.

"Kekuatan sejati bukanlah terletak pada rahasia yang disembunyikan, melainkan pada keberanian untuk mengungkapkan kebenaran. Kerajaan yang dibangun atas kepercayaan takkan pernah takut pada cahaya pertanyaan."

[English]