"Sejak Prabu Welgeduwelbeh Tongtongsot alias Bambang Irawan aka Petruk bertahta di kerajaan Sonyawibawa, wataknya berubah jadi otokrat dan ambisius. Segala cara ia lakukan agar memelihara stabilitas kerajaan (baca: mempertahankan tahta). Mereka yang mengkritisinya, oleh para tim yang berada di belakang sang Prabu, dilaporkan dengan dakwaan menggangu kenyamanan stabilitas nasional. Sang Prabu menggunakan pula 'taktik sandera' terhadap lawan-lawan politiknya. Mereka yang ngakunya 'para pendekar reformasi' atau 'masyarakat sipil', tetap diam karena telah beroleh jatah sebagai menteri, Komisaris dan Direktur badan usaha milik kerajaan, atau jabatan lain yang gak perlu cape mikir tapi tantiemnya mayan. Belakangan, seorang pangeran yang sesungguhnya jadi favorit rakyat Sonyawibawa, selain ganteng tapi juga santun dan tekun, direnggut dan tak berdaya saat diangkat jadi menteri.Usai pertemuan antara Sri Kresna dan Semar Kudapawana, disepakati bahwa guna menjaga nobilitas para punakawan, Semar dan Nala Gareng, akan menemui Petruk.Petruk bertingkah, ogah dengerin omongan babenya. Gareng pun berang, Petruk telah mencoreng nama baik keluarga. Terjadilah adu-mulut, 'Loe dah ngacak-ngacak Sonyawibawa, termasuk balik ngaktifin Dewan Pertimbangan Agung yang dulu diberangus,' kata Gareng.'Biarin, pokoknya asal semua orang bingung,' Petruk gak mau ngalah.'Emang loe sendiri, kagak bingung?' Gareng dengan mudah nebak. Petruk gak terima, maka, pertarungan dua Punakawan pun dimulai. (Nyambung lagi yaq!)"“Kekuatan militer laksana perisai dan pedang sebuah negara, yang melindungi negara dari bahaya, dan bila diperlukan, memastikannya dapat menyerang dengan cepat. Ia merupakan tulangpunggung negara, penyokong kuat yang diperlukan agar berdiri tegak melawan ancaman apa pun. Ia bagaikan auman singa, lolongan keras dan menakutkan, yang memperingatkan musuh agar menjaga jarak.Militer berfungsi sebagai benteng yang tak tertembus, mengawal kekayaan negara dan kesejahteraan rakyatnya. Ia penjaga yang kuat, berdiri tegak dan pantang menyerah di gerbang negara, memastikan tiada bahaya yang menimpa rakyatnya.Kekuatan militer sebuah negara, ibarat pohon ek yang kuat, berakar dalam dan bagas, menyajikan perlindungan dan keamanan bagi seluruh rakyat yang mencari perlindungan di bawah cabang-cabangnya. Di masa-masa penuh gejolak, kekuatan militer bertindak sebagai jangkar dalam badai, menjaga negara tetap kokoh dan stabil di tengah kekacauan. Ia berfungsi sebagai tangan tak kasat mata, yang dengan ghaib mempengaruhi dan membentuk peristiwa-peristiwa global, memastikan kepentingan bangsa tetap terlindungi tanpa harus selalu terlihat,” lanjut Seruni seraya memandangi Monumen Nasional, dikenal dengan Monas, di Jakarta. Walaupun Monas sebagai peringatan perjuangan Kemerdekaan Indonesia, ia melambangkan pula semangat ketahanan, kekuatan, dan persatuan bangsa Indonesia, termasuk pentingnya peran militer dalam mengamankan dan mempertahankan kemerdekaan.“Kekuatan militer merujuk pada kemampuan sebuah negara mempertahankan diri terhadap ancaman eksternal dan memproyeksikan kekuatan diluar batas negaranya. Kekuatan ini meliputi takaran, pelatihan, dan perlengkapan angkatan bersenjata, serta doktrin strategis dan taktis negara. Militer yang kuat akan melindungi negara dari invasi, serangan, dan bentuk agresi eksternal lainnya. Militer menyediakan pula mekanisme pertahanan yang kuat guna melindungi kedaulatan negara dan integritas wilayah. Kekuatan militer amatlah penting dalam memerangi terorisme dan pemberontakan yang mengancam stabilitas dalam negeri. Unit militer khusus dan kemampuan intelijen dapat secara efektif melawan ancaman-ancaman ini.Militer yang tangguh berfungsi sebagai pencegah terhadap potensial agresor. Mengetahui bahwa sebuah negara berkekuatan militer yang mampu dan bersiap-siaga, dapat mencegah musuh memulai konflik atau bertindak provokatif. Pencegahan melalui kekuatan militer membantu menjaga perdamaian regional dan global. Ia mengurangi kemungkinan konflik dengan memastikan bahwa para potensial agresor memahami tingginya biaya konfrontasi militer.Memahami tingginya biaya konfrontasi militer dapat menjadi alat pencegah yang kuat terhadap agresi. Perang itu mahal. Biaya mobilisasi pasukan, pemeliharaan jalur pasokan, dan pembelian senjata dan peralatan dapat menguras sumber daya keuangan negara. Konfrontasi militer seringkali mengakibatkan kerusakan besar pada infrastruktur, yang memerlukan biaya besar untuk perbaikan dan pembangunan kembali. Perang mengganggu perdagangan, menurunkan produktivitas ekonomi, dan dapat menyebabkan ketidakstabilan ekonomi jangka panjang.Konflik militer mengakibatkan jatuhnya korban jiwa di kalangan tentara dan warga sipil. Korban jiwa akibat perang tidak hanya mencakup kematian tetapi juga cedera dan trauma psikologis jangka panjang. Konflik sering kali menyebabkan perpindahan penduduk dalam skala besar, yang mengakibatkan krisis pengungsi dan tantangan kemanusiaan.Perang dapat menyebabkan ketidakstabilan politik dan kerusuhan di negara agresor, karena warga negara mungkin menentang konflik tersebut dan memprotes tindakan pemerintah. Para agresor berisiko terisolasi di panggung global, menghadapi sanksi, serta kehilangan hubungan diplomatik dan perdagangan dengan negara lain.Terbebat ke dalam konfrontasi militer dapat menguras sumber daya militer penyerang, termasuk personel, peralatan, dan amunisi. Para agresor hendaknya mempertimbangkan kemungkinan kekalahan, yang dapat menimbulkan konsekuensi buruk bagi keamanan nasional dan integritas wilayah.Agresi militer dapat merusak reputasi negara, yang berujung pada kecaman global dan sirnanya moral. Tindakan agresif dapat menumbuhkan kebencian dan permusuhan jangka panjang dari negara lain, sehingga berdampak pada hubungan diplomatik di masa depan.Konfrontasi militer dapat menimbulkan konsekuensi yang tak diinginkan, seperti ketidakstabilan regional, munculnya kelompok pemberontak, atau keterlibatan negara lain. Para agresor mungkin terjebak dalam konflik berkepanjangan yang sulit dimenangkan, dan bahkan lebih sulit lagi untuk dilepaskan.Para potensial agresor hendaknya mempertimbangkan kemampuan teknologi dan pertahanan canggih musuh mereka, yang dapat menggagalkan upayanya dan menyebabkan kerugian yang amat berarti. Pihak-pihak yang bertikai akan terbawa-bawa ke dalam perang asimetris, menggunakan taktik gerilya dan perang dunia maya, sehingga membuat konfrontasi menjadi lebih kompleks dan memakan banyak biaya.Konflik dapat menimbulkan banyak kerugian bagi kedua belah pihak, termasuk kerugian ekonomi, kerugian manusia, kerugian politik, kerugian militer, kerugian reputasi dan kerugian strategis. Contoh yang menyedihkan dari tingginya biaya konfrontasi militer ialah Perang Irak yang dimulai pada tahun 2003. Konflik ini mengilustrasikan besarnya biaya ekonomi, manusia, politik, dan strategis yang terkait dengan keterlibatan militer. Amerika Serikat menghabiskan triliunan dolar dalam Perang Irak, termasuk biaya operasi militer, rekonstruksi, dan perawatan jangka panjang bagi para veteran. Infrastruktur Irak, termasuk jalan, rumah sakit, sekolah, dan fasilitas publik, mengalami kerusakan parah sehingga memerlukan upaya rekonstruksi yang mahal.Perang tersebut mengakibatkan banyak korban jiwa, termasuk ribuan personel militer dan ratusan ribu warga sipil Irak. Hilangnya nyawa tak semata terjadi di medan laga, namun masih banyak lagi yang menderita luka-luka dan trauma psikologis. Konflik tersebut menyebabkan jutaan warga Irak mengungsi, menyebabkan krisis pengungsi besar-besaran dan tantangan kemanusiaan yang parah baik di Irak maupun di negara-negara tetangga.Di Amerika Serikat, perang menyebabkan protes luas dan perpecahan politik. Konflik yang berkepanjangan dan kurangnya keberhasilan yang jelas melemahkan dukungan dan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah. Perang tersebut membuat tegang hubungan AS dengan berbagai negara, termasuk sekutu tradisionalnya. Pula memunculkan kritik dan kecaman dari komunitas global, sehingga mempengaruhi kedudukan diplomatik AS. Perang ini juga memberikan tekanan pada militer AS, sehingga menyebabkan perluasan penempatan, peningkatan kerusakan peralatan, dan tantangan dalam menjaga kesiapan menghadapi potensi konflik lainnya. AS dan sekutunya menghadapi pemberontakan yang terus-menerus di Irak, yang mempersulit operasi militer dan menyebabkan keterlibatan yang berkepanjangan tanpa resolusi yang jelas.Perang tersebut, khususnya alasan yang mendasari terjadinya perang (seperti adanya senjata pemusnah massal yang tak pernah ditemukan), merusak reputasi global AS. Konflik itu menumbuhkan kebencian dan permusuhan yang mendalam terhadap AS di banyak wilayah di Timur Tengah, sehingga berkontribusi terhadap ketidakstabilan regional dan sentimen anti-Amerika.Invasi dan ketidakstabilan yang terjadi di Irak berkontribusi pada munculnya kelompok-kelompok ekstremis, terutama ISIS, yang menjadi ancaman regional dan global yang signifikan. Apa yang awalnya diperkirakan akan menjadi pertikaian yang cepat dan menentukan, berubah menjadi konflik yang berlarut-larut, dengan pasukan AS yang tetap berada di Irak selama bertahun-tahun dan menghadapi tantangan yang kompleks dan terus berkembang.Perang Irak menggarisbawahi benturan keras dan biaya yang besar dari konfrontasi militer. Ia menyoroti bagaimana ekses ekonomi, kemanusiaan, politik, dan strategis dapat melampaui konflik langsung, yang berimpak pada pihak agresor dan negara sasaran selama bertahun-tahun, bahkan puluhan tahun. Contoh ini menjadi sebuah kisah peringatan mengenai implikasi mendalam dan tingginya biaya yang kudu ditanggung bila terbawa-bawa ke dalam konflik militer.Konflik yang sedang berlangsung di Ukraina, dimulai dengan aneksasi Krimea oleh Rusia pada tahun 2014 dan meningkat cepat oleh invasi Rusia ke Ukraina pada bulan Februari 2022, memberikan contoh kontemporer dan nyata tentang tingginya biaya konfrontasi militer. Perang Ukraina menggambarkan banyak kerugian ekonomi, kemanusiaan, politik, dan strategis yang berhantaman pada Ukraina dan Rusia, serta komunitas internasional yang lebih luas.Perang telah menyebabkan kerusakan besar pada infrastruktur, termasuk rumah, sekolah, rumah sakit, jalan, dan pembangkit listrik, menyebabkan kerusakan senilai miliaran dolar dan memerlukan upaya rekonstruksi yang memakan biaya besar. Konflik telah sangat mengganggu perekonomian Ukraina, mengurangi hasil industri, perdagangan, dan produksi pertanian, yang merupakan sektor penting bagi negara tersebut. Menanggapi invasi, Rusia menghadapi sanksi ekonomi yang berat dari negara-negara Barat, yang menargetkan sektor keuangan, industri besar, dan individu-individu penting. Sanksi-sanksi ini telah menimbulkan tantangan ekonomi yang berarti dan mengurangi akses ke pasar global. Kampanye militer yang berkepanjangan telah mengakibatkan kerugian finansial yang besar bagi Rusia, termasuk biaya mobilisasi dan pemeliharaan kekuatan militernya.Ribuan tentara dan warga sipil Ukraina tewas akibat konflik. Korban jiwa tak hanya kematian, melainkan cedera dan trauma psikologis jangka panjang. Jutaan warga Ukraina terpaksa mengungsi di dalam negeri atau mengungsi ke negara-negara tetangga, sehingga berakibat krisis kemanusiaan besar-besaran. Personel militer Rusia juga menderita banyak korban, dengan banyak tentara tewas atau terluka dalam pertempuran. Konflik telah berdampak pada keluarga tentara Rusia, menimbulkan kesedihan dan tantangan sosial-ekonomi.Konflik ini telah membuka tantangan politik internal dan permasalahan tatakelola, sehingga mempersulit upaya menjaga stabilitas dan melaksanakan reformasi. Terlepas dari tantangan-tantangan ini, Ukraina telah memperoleh dukungan internasional yang penting, baik secara politik maupun militer, dari negara-negara Barat. Perang telah memunculkan protes dan perbedaan pendapat di Rusia, dengan beberapa warga yang menentang tindakan pemerintah dan banyaknya korban jiwa di pihak tentara Rusia. Tindakan agresif Rusia telah menimbulkan kecaman dan isolasi yang meluas dari komunitas internasional, sehingga merusak kedudukan global dan hubungan diplomatik Rusia.Konflik ini telah menguras sumber daya militer Ukraina, sehingga memerlukan dukungan dan bantuan eksternal yang kuat agar mempertahankan upaya pertahanannya. Perang telah memaksa Ukraina terbawa ke dalam perang militer yang berkepanjangan, sehingga memerlukan mobilisasi dan kesiapan yang berkelanjutan. Rusia telah mengalami kerugian militer amat besar, termasuk personel, peralatan, dan kendaraan, yang mempengaruhi kapasitas militernya secara keseluruhan. Mempertahankan invasi skala besar dalam jangka waktu yang lama, telah menimbulkan tantangan logistik yang besar bagi militer Rusia.Perlawanan Ukraina telah beroleh simpati dan dukungan global, sehingga meningkatkan reputasi internasionalnya sebagai negara yang memperjuangkan kedaulatan dan demokrasinya. Invasi Rusia telah menimbulkan kecaman global yang meluas, sehingga sangat merusak reputasi dan hubungan internasional Rusia. Tindakan agresif tersebut telah menumbuhkan permusuhan dan ketidakpercayaan jangka panjang terhadap Rusia di banyak negara.Meskipun banyak memakan korban jiwa, perang ini telah membangkitkan persatuan dan ketahanan nasional Ukraina, serta memperkuat tekad mereka mempertahankan kedaulatannya. Invasi telah membawa konsekuensi yang tak diinginkan, seperti penguatan NATO dan peningkatan dukungan militer terhadap Ukraina dari negara-negara Barat. Rusia kini terjerat dalam konflik berkepanjangan tanpa akhir yang jelas, sehingga mempersulit tujuan strategisnya dan menghabiskan sumber dayanya.Perang Ukraina merupakan contoh dampak konfrontasi militer dari banyak segi dan parah. Ia menyoroti bagaimana dampak ekonomi, kemanusiaan, politik, dan strategis tak hanya sekedar konflik langsung, tapi berimpak pula pada pihak agresor dan negara yang menjadi sasaran konflik, serta komunitas internasional yang lebih luas. Konflik yang sedang berlangsung ini, menjadi pengingat yang kuat akan ilmplikasi yang mendalam dan melebar, karena terjerumus ke dalam agresi militer.Konflik Palestina-Israel yang berkepanjangan, dalam banyak aspek telah membawa kerugian ekonomi, kemanusiaan, politik, dan strategis yang besar bagi kedua belah pihak, serta berimbas pada kawasan yang lebih luas dan komunitas internasional. Konflik yang berulang telah menyebabkan kerusakan parah pada infrastruktur di Gaza dan Tepi Barat, termasuk rumah, sekolah, rumah sakit, dan utilitas, sehingga memerlukan upaya rekonstruksi yang memakan biaya besar. Pembatasan pergerakan, perdagangan, dan akses terhadap sumber daya, telah sangat menghambat pembangunan ekonomi. Tingkat pengangguran yang tinggi dan terbatasnya peluang ekonomi, berkontribusi terhadap kemiskinan yang terus berlanjut. Israel mengalokasikan sebagian besar anggarannya dalam belanja pertahanan, termasuk mempertahankan dan memodernisasi kemampuan militernya dan mendanai langkah-langkah keamanan semisal sistem pertahanan rudal Iron Dome. Meningkatnya kekerasan secara berkala, mengganggu kegiatan ekonomi, mempengaruhi pariwisata, dan membawa ketidakpastian yang dapat menghalangi investasi.Hampir jutaan warga Palestina telah terbunuh atau terluka selama konflik, termasuk banyak warga sipil. Trauma psikologis dan kehilangan orang-orang tercinta berakibat jangka panjang terhadap masyarakat. Banyak warga Palestina terpaksa mengungsi dari rumah mereka akibat konflik tersebut, yang menyebabkan krisis pengungsi dan tantangan kemanusiaan yang berkelanjutan di wilayah tersebut dan sekitarnya. Warga Israel juga menderita korban, termasuk tentara dan warga sipil. Ancaman serangan roket dan kekerasan yang terus-menerus berkontribusi terhadap rasa tak aman yang semakin meluas. Konflik yang sedang berlangsung berefek psikologis terhadap penduduk Israel, termasuk stres, trauma, dan ketakutan, khususnya di kalangan mereka yang tinggal di daerah yang sering menjadi sasaran serangan.Konflik ini turut andil dalam fragmentasi politik di kalangan warga Palestina, dengan perpecahan antara faksi-faksi yang berbeda seperti Hamas di Gaza dan Otoritas Palestina di Tepi Barat. Meskipun perjuangan Palestina telah mendapatkan dukungan internasional yang berarti, perpecahan politik dan kurangnya strategi terpadu, mempersulit upaya mencapai resolusi damai. Konflik juga mempengaruhi politik Israel, seringkali mengarah pada polarisasi politik dan mempersulit pemerintahan. Masalah keamanan mendominasi wacana politik dan pengambilan keputusan. Kebijakan dan tindakan Israel dalam konflik, menuai kritik internasional dan mempengaruhi hubungannya dengan negara lain. Walau negara ini beraliansi kuat dengan beberapa negara, ia menghadapi tantangan diplomatik dan kecaman negara lain.Kehadiran kelompok militan di Gaza dan Tepi Barat menyebabkan seringnya konfrontasi dengan pasukan Israel. Militerisasi masyarakat Palestina mengalihkan sumber daya dari kebutuhan sipil dan pembangunan. Aksi militer kerap menimbulkan akibat buruk terhadap warga sipil, dengan kehancuran infrastruktur dan korban jiwa yang semakin memperburuk krisis kemanusiaan. Kebutuhan Israel akan kewaspadaan militer yang terus menerus, termasuk menjaga pos pemeriksaan, melakukan operasi militer, dan mengamankan perbatasan, menghadirkan beban berat pada angkatan bersenjatanya. Konflik yang terus berlanjut, mempengaruhi kesiapan dan moral tentara Israel, dengan pengerahan dan konfrontasi yang terus menerus memakan korban jiwa.Walau terdapat simpati internasional terhadap perjuangan Palestina, aksi kelompok militan dan perpecahan internal dapat mempersulit persepsi dan dukungan global. Israel menghadapi kritik keras internasional atas tindakannya dalam konflik tersebut, termasuk kebijakan pemukiman, operasi militer, dan perlakuan terhadap warga Palestina. Kritik ini mempengaruhi kedudukan global dan hubungan diplomatiknya. Dugaan pelanggaran hak asasi manusia dan dampak kemanusiaan dari konflik tersebut menuai kecaman dan mempengaruhi reputasi Israel di mata internasional. Selain itu, akibat rusaknya reputasi, kini berkembang mengenai surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Ketua Jaksa the International Criminal Court (ICC), Karim Khan, telah mengajukan surat perintah penangkapan terhadap Netanyahu dan Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant, serta tiga pemimpin Hamas, atas tindakan yang diambil selama perang Israel-Hamas. Hakim ICC akan memutuskan apakah akan mengeluarkan surat perintah penangkapan (arrest warrants) dan memperkenankan kasus ini berlanjut. Barangkali, prosesnya bakal memakan waktu berminggu-minggu atau berbulan-bulan. Jika surat perintah tersebut dikeluarkan, akan membatasi kemampuan Netanyahu mengunjungi sekutu dekat Barat tanpa mengambil risiko penangkapan. Selain itu, keterlibatan Inggris dapat menyebabkan penundaan lebih lanjut dalam pengambilan keputusan.Konflik telah menunda pencapaian negara Palestina yang berdaulat. Perjuangan yang sedang berlangsung guna memperoleh status kenegaraan dan pengakuan, masih menjadi tantangan strategis utama. Merengkuh keamanan dan stabilitas jangka panjang masih menjadi sanggahan strategis bagi Israel. Konflik dengan Palestina mempengaruhi tujuan strategis dan hubungan regional mereka yang lebih luas.Konflik Palestina-Israel merupakan contoh impak besar dan beragam dari konfrontasi militer yang berkepanjangan. Kesulitan ekonomi, korban jiwa, ketidakstabilan politik, ketegangan militer, rusaknya reputasi, dan tantangan strategis berimbas luas pada kedua belah pihak dan kawasan yang lebih banglas. Sifat konflik yang terus berlanjut menggarisbawahi kebutuhan mendesak akan penyelesaian damai agar mengurangi akibat buruknya dan mencapai perdamaian abadi.Kekuatan militer memungkinkan sebuah negara memproyeksikan kekuatan diluar batas negaranya, mempengaruhi peristiwa global dan membentuk kebijakan internasional. Hal ini dapat mencakup partisipasi dalam misi penjaga perdamaian, memberikan bantuan kemanusiaan, dan mengamankan kepentingan strategis di luar negeri. Militer yang kuat memungkinkan negara mendukung sekutunya pada saat dibutuhkan, memperkuat aliansi dan kemitraan. Dukungan ini dapat berbentuk bantuan militer, latihan bersama, dan upaya pertahanan kolaboratif.Kekuatan militer melindungi jalur laut dan jalur perdagangan penting, memastikan aliran bebas barang dan sumber daya. Perlindungan ini, sangat berguna untuk menjaga perdagangan global dan stabilitas ekonomi. Militer yang cakap dapat mempertahankan infrastruktur strategis dan sumber daya alam dari serangan atau sabotase, sehingga menjamin kelangsungan fungsi perekonomian.Penelitian dan pengembangan militer kerap mendorong kemajuan teknologi yang memberi manfaat bagi sektor sipil. Inovasi di bidang komunikasi, kedokteran, transportasi, dan bidang lainnya, acapkali berasal dari proyek militer. Industri pertahanan berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi dengan membuka lapangan kerja, meningkatkan kemampuan manufaktur, dan mendorong inovasi teknologi.Kekuatan militer mempengaruhi negara dalam negosiasi internasional dan upaya diplomatik. Kehadiran militer yang kuat dapat meningkatkan daya tawar negara dalam berbagai konteks geopolitik. Kekuatan militer berkontribusi terhadap soft power negara dengan menunjukkan kemampuannya menjaga ketertiban, memberikan keamanan, dan mendukung norma-norma internasional. Kehadiran ini dapat mempengaruhi persepsi dan hubungan global.Pasukan militer kerap dikerahkan sebagai respons terhadap bencana alam dan krisis kemanusiaan. Kemampuan logistik, dukungan medis, dan tenaga mereka sangat penting dalam memberikan bantuan yang tepat waktu dan efektif. Di wilayah pasca-konflik, kekuatan militer dapat memainkan peran penting dalam upaya stabilisasi dan rekonstruksi, membantu memulihkan ketertiban dan membangun kembali infrastruktur.Militer yang mumpuni merupakan kebanggaan dan persatuan bangsa, melambangkan kekuatan dan ketahanan bangsa. Hal ini akan menumbuhkan rasa aman dan percaya diri di kalangan masyarakat. Militer mewujudkan nilai-nilai pelayanan, pengorbanan, dan tugas, berkontribusi terhadap identitas dan kohesi nasional.Kekuatan militer sangat berperan dalam menjamin keamanan nasional, mencegah agresi, memproyeksikan kekuatan, menjaga kepentingan ekonomi, mendorong inovasi teknologi, meningkatkan pengaruh politik, memberikan bantuan kemanusiaan, dan memajukan persatuan nasional. Militer yang terpelihara dengan baik dan cakap, merupakan landasan negara yang kuat dan tangguh.The International Institute for Strategic Studies (IISS) menyajikan data dan analisis terperinci mengenai kemampuan militer global dan ekonomi pertahanan. Laporan tahunan ini mencakup informasi mengenai anggaran pertahanan, pengeluaran militer, dan penilaian komparatif kekuatan militer di berbagai negara. Laporan tersebut menyoroti beberapa aspek kemampuan militer dan postur pertahanan Amerika Serikat. Ia menekankan berlanjutnya dominasi militer AS dalam skala global, yang ditegaskan oleh investasi penting dalam teknologi maju, program modernisasi, dan penempatan strategis. Laporan ini juga mencatat tantangan yang ditimbulkan oleh pesaing strategis semisal China dan Rusia, yang telah mendorong A.S. meningkatkan strategi pertahanannya dan mempertahankan kehadirannya yang kuat di kawasan utama seperti Indo-Pasifik dan Eropa. Selain itu, fokus AS pada inovasi di bidang-bidang seperti kemampuan dunia maya dan kecerdasan buatan disoroti sebagai hal yang penting dalam mempertahankan keunggulan militernya dalam lanskap keamanan yang terus berkembang.Terhadap Indonesia, laporan tersebut menyoroti upaya terus-menerus negara ini memodernisasi militernya. Disebutkan bahwa kendati belanja pertahanan meningkat secara berarti selama 15 tahun terakhir, upaya modernisasi militer Indonesia masih terus berjalan. The Minimum Essential Force (MEF), yang bertujuan mencapai tingkat kemampuan militer tertentu pada tahun 2024, membuahkan hasil yang beragam. Hingga awal tahun 2024, TNI Angkatan Udara, TNI Angkatan Darat, dan TNI Angkatan Laut baru memenuhi target MEF masing-masing sebesar 51%, 60%, dan 76%. Laporan ini juga membahas pembelian jet tempur Rafale dari Perancis oleh Indonesia sebagai bagian dari strategi yang lebih luas guna meningkatkan kemampuan angkatan udaranya. Wawasan ini menggarisbawahi kompleksitas dan tantangan yang dihadapi Indonesia dalam upaya meningkatkan kemampuan pertahanannya di tengah dinamika keamanan regional.Negara-negara besar dunia dan aliansi pertahanan seperti NATO dengan cermat memantau perubahan anggaran pertahanan di seluruh dunia. Negara-negara semisal Amerika Serikat, Rusia, dan organisasi seperti NATO akan menaruh perhatian besar terhadap peningkatan anggaran pertahanan negara lain. Pengawasan ini didorong oleh pertimbangan strategis, geopolitik, dan keamanan. AS memantau secara ketat pengeluaran militer global, khususnya di wilayah-wilayah yang punya kepentingan strategis. Misalnya, AS telah menyatakan keprihatinannya atas peningkatan anggaran pertahanan China, dan memandangnya sebagai tantangan terhadap dominasi AS di kawasan Asia-Pasifik. Para pejabat dan analis AS juga terus mencermati pengeluaran militer Rusia, terutama dalam konteks konflik Ukraina dan ketegangan NATO-Rusia yang lebih luas.Saling intip berlanjut, Rusia memantau pula pengeluaran pertahanan negara-negara lain, khususnya anggota NATO dan negara-negara tetangga. Peningkatan belanja militer oleh negara-negara NATO sering dipandang oleh Rusia sebagai ancaman potensial, sehingga menyebabkan peningkatan anggaran pertahanan dan kesiapan militernya sendiri.NATO dengan cermat memantau anggaran pertahanan negara-negara anggotanya dan musuh potensialnya. Aliansi ini mendorong anggotanya membelanjakan setidaknya 2% dari PDB mereka demi pertahanan, sebuah standar yang sulit dipenuhi oleh banyak anggotanya. Peningkatan belanja pertahanan oleh negara-negara seperti Jerman dan Polandia, seringkali mendapat sorotan positif dalam aliansi ini, sementara peningkatan belanja militer oleh Rusia atau China, dipandang dengan keprihatinan dan disebut sebagai pembenaran atas investasi pertahanan NATO sendiri.Pengamatan ini mempengaruhi dialog diplomatik, perencanaan strategis, dan terkadang mengarah pada peningkatan belanja militer secara timbal-balik, yang mencerminkan dinamika keamanan dan geopolitik yang lebih luas.Kita telah membicarakan arti pentingnya Kekuatan Militer. Di episode selanjutnya, kita akan mendalami tantangan dan komponen-komponen kunci Kekuatan Militer. Biidznillah.”Lalu, Seruni pun berdendang,Don't give up, I won't give upDon't give up, no no noI'm free to be the greatest, I'm aliveI'm free to be the greatest here tonightThe greatest alive *)
Kutipan & Rujukan:
- The International Institute for Strategic Studies (IISS), The Military Balance 2024: The Annual Assessment of Global Military Capabilities and Difference Economics, 2024, Taylor & Francis
- Mick Ryan, War Transformed: The Future of Twenty-First-Century Great Power Competition and Conflict, 2022, US Naval Institute Press
- Lawrence Freedman, The Future of War: A History, 2017, Public Affairs
- Roger Petersen, Death, Dominance, and State-Building: The U.S. in Iraq and the Future of American Military Intervention, 2024, Oxford University Press
- Serhii Plokhy, The Russo-Ukrainian War: The Return of History, 2023, W.W. Norton & Company
- Oren Kessler, Palestine 1936: The Great Revolt and the Roots of the Middle East Conflict, 2023, Rowman & Littlefield
*) "The Greatest" karya Greg Kurstin, Sia Furler & Kendrick Lama