"Di kepulauan Metro Andongsekar yang marak, tempat sinar matahari mengecup laut dan sang jabal berkisik dalam klandestin, hiduplah dua sosok misterius: Mr T dan Miss V. Keduanya, legenda dengan hak-nya masing-masing, walaupun dengan latarbelakang yang amat beda.Mr T—bukan Laurence Tureaud sang bintang the A-Team, dedengkot misterius besar dalam dunia judol, ahli dalam penyamaran. Doi mampu menjadi siapa saja, dimana saja, dan kapan saja. Ada yang ngomong bahwa doi mantan pesulap yang beralih ke ilmu hitam perjudian setelah kelincinya lepas. Yang lain percaya bahwa doi seorang teknolog jenius yang berhasil menembus kode alam bawah. Gak ada yang tahu pasti. Operasinya sama peliknya dengan kucing dalam topi pesulap merah, dan identitasnya misteri yang terbalut enigma, dibumbui sedikit intrik.Di sisi lain spektrum, ada Miss V—mirip dengan Scarlet 'Black Widow' Johansson di Marvel, seorang vigilante kebajikan. Doi kepala Agen Perlindungan Kebermanfaatan, yang didedikasikan memberantas kebatilan dalam masyarakat. Miss V dikenal karena patuh banget ama hukum, dan kompas moralnya yang pantang nyerah. Doi pernah lho bikin kapok seekor bajing loncat karena nimbun terlalu banyak kacang mete, dengan dalih bahwa itu bentuk perjudian dengan alam semesta.Suatu hari, cantrik Janaloka, kepala Badan Perlindungan Pekerja Migran Andongsekar, memutuskan, enough was enough. Doi nyatain perang terhadap Mr T, bersumpah mengungkap kedok penjudi yang sulit ditangkap itu, dan menyeretnya ke pengadilan. Pernyataan Janaloka menggemparkan seluruh negeri. Sang Prabu dan Kepala Bregada Nasional garuk-garuk kepala, kepoin siapa sih Mr T ini, lagian doi kok gak pernah ngundang-ngundang ke malam pesta poker diam-diamnya.Sementara itu, Miss V melihat peluang. Doi mutusin bergabung dengan Janaloka, berharap dapat membersihkan negeri dari pengaruh Mr T yang merusak. Bersama-sama, mereka meluncurkan serangkaian kampanye kesadaran publik, memperingatkan warga tentang bahaya judol. Mereka bahkan membuat slogan eksotis: 'Jangan Pertaruhkan Nyawa Anda, Bermainlah dengan Aman Bersama Miss V!'Saat investigasi berlangsung, rumor pun beredar. Ada yang bilang Mr T nyingit di tempat yang mudah terpampang, nyamar sebagai pedagang kaki lima jualan lotre. Yang lain mengklaim, doi telah melarikan diri ke pulau terpencil, tempat doi ngajarin beruk main blackjack. Media asing pun heboh, dengan tajuk utama semisal 'Mr T: The Man, The Myth, The Mystery' dan 'Miss V’s Virtue Crusade: Can She Catch the Gambler?'Pada akhirnya, kebenaran masihlah elusif. Mr T selalu lepas dari bekukan, legendanya berkembang dari hari ke hari. Miss V, tanpa gentar, bersumpah terus berjuang demi kebajikan, sebuah keluhuran di suatu masa. Dan Janaloka? Ya, doi jadi pahlawan nasional, dikenang atas kewiraannya melawan dunia judol yang suram.Maka dari itu, hikayat Mr T dan Miss V, jadi bagian cerita rakyat Andongsekar, sebuah kisah tentang intrik, kebajikan, dan ajang pertarungan abadi antara darmabakti dan angkaramurka.""Nah, sekarang mari kita buat sebuah perumpamaan. Di imperium Innovatia, para penguasanya para pemimpin bisnis yang amat kaya dan sangat berpengaruh," Seruni melanjutkan perbincangan kita."Mereka membangun kekayaannya melalui inovasi dan kewirausahaan. Akan tetapi, saat mereka naik ke tampuk kekuasaan, mereka menghadapi tantangan memerintah kekaisaran seraya mempertahankan kepentingan bisnis mereka. Para penguasa Innovatia mendirikan badan regulasi yang disebut Titian Kencana guna mengawasi perdagangan dan perniagaan. Semestinya, Titian Kencana memastikan persaingan yang wajar dan melindungi kepentingan warga negara. Seiring berjalannya waktu, para pengusaha berkuasa di Innovatia itu, yang merupakan sekutu dekat para penguasa, mulai mempengaruhi Titian Kencaana. Mereka melobi aturan yang menguntungkan bisnisnya, semisal tarif tinggi terhadap barang-barang impor dan subsidi bagi industri mereka. Banyak pejabat Titian Kencana mantan karyawan Dewan Saudagar. Selepas masa jabatannya, mereka sering kembali ke posisi yang menguntungkan di dalam dewan. Pintu putar ini memunculkan keadaan dimana para regulator lebih berpihak pada kepentingan para pengusaha daripada warga negara.Akibatnya, warga Innovatia mengalami harga-harga yang lebih tinggi dan hanya punya sedikit pilihan. Bisnis kecil berusaha bersaing, dan inovasi melambat lantaran aturan lebih memihak pada pemain kakap. Beberapa warga negara mulai mengadvokasi reformasi. Mereka mendorong transparansi dan akuntabilitas di Titian Kencana, yang bertujuan memutus siklus regulatory capture dan memastikan bahwa regulasi melayani kepentingan publik. Dalam analogi ini, para penguasa Innovatia merepresentasikan para pengusaha yang menjadi regulator. Titian Kencana melambangkan badan regulator, dan Dewan Saudagar menggambarkan kelompok kepentingan khusus yang menawan para regulator. Dilema warga menyoroti impak negatif regulatory capture terhadap publik.Konsepsi Regulatory Capture diperkenalkan oleh George Stigler, seorang ekonom peraih Nobel, pada tahun 1970-an. Regulatory capture terjadi karena para industriawan berinsentif yang kuat mempengaruhi regulator, sementara warga negara perorangan, yang kurang terpengaruh secara langsung, kurang termotivasi dan minim sumber daya guna memperjuangkan kepentingan mereka. Stigler berpendapat bahwa badan-badan regulator acapkali berakhir melayani kepentingan industri yang mereka atur ketimbang kepentingan publik. Hal ini terjadi karena industriawan punya insentif yang kuat mempengaruhi regulator guna membangun kondisi yang menguntungkan bagi mereka. Para industriawan menginvestasikan sumber daya agar menawan para regulator karena manfaat dari regulasi yang menguntungkan (semisal berkurangnya persaingan atau harga yang lebih tinggi) dapat menjadi substansial. Para regulator, di sisi lain, akan dipengaruhi oleh janji pekerjaan masa depan dalam industri atau manfaat lainnya.Stigler menyertakan beberapa studi kasus mendalam yang menggambarkan dinamika penawanan regulator dan benturannya pada berbagai industri. Misalnya, dalam Regulasi Kelistrikan, Stigler meneliti bagaimana badan regulasi sering tak mampu mengendalikan harga secara efektif dan bagaimana industri kelistrikan dapat mempengaruhi regulator mengamankan cuan yang menguntungkan. Ia juga membahas regulasi federal tentang harga minyak bumi, menyoroti bagaimana kebijakan regulasi dapat menyebabkan konsekuensi yang tak diinginkan, semisal kekurangan pasokan dan distorsi pasar. Studi kasus lainnya berfokus pada industri gas alam, mengeksplorasi bagaimana kerangka regulasi dapat dimanipulasi oleh pelaku industri dalam mempertahankan harga tinggi dan membatasi persaingan. Stigler juga menyentuh penyalahgunaan ekologis dalam produksi energi, membahas bagaimana badan regulasi terkadang mengabaikan masalah lingkungan karena tekanan industri. Studi kasus ini memberikan contoh konkret tentang bagaimana penawanan para regulator terjadi dan implikasinya yang lebih luas terhadap efisiensi pasar dan kesejahteraan publik.Teori pilihan publik (public choice theory), seperti yang dibahas Stigler, menerapkan prinsip-prinsip ekonomi untuk mempelajari perilaku politik. Stigler berpendapat bahwa regulator, seperti semua individu, bertindak demi kepentingan pribadi mereka sendiri. Ini berarti mereka akan dipengaruhi oleh keuntungan pribadi, semisal prospek pekerjaan masa depan dalam industri yang mereka atur. Teori pilihan publik meneliti bagaimana politisi dan birokrat membuat keputusan. Teori ini menunjukkan bahwa tindakan mereka seringkali didorong oleh keinginan memaksimalkan perlengkapan mereka sendiri, yang dapat mencakup memperoleh suara, menambah kekuasaan, atau mengamankan keuntungan finansial. Teori ini menyoroti peran kelompok kepentingan khusus dalam membentuk kebijakan regulasi. Kelompok-kelompok ini punya dorongan yang kuat melobi para regulator yang menguntungkan mereka, bahkan pun jika regulasi tersebut bukan untuk kepentingan publik. Stigler juga memperkenalkan gagasan tentang 'market for regulation (pasar untuk regulasi)', dimana industri dan kelompok kepentingan bersaing mempengaruhi hasil regulasi. Persaingan ini dapat mengarah pada regulasi yang menguntungkan kelompok yang well-organized dan well-funded.Brink Lindsey dan Steven Teles menyajikan analisis terperinci tentang bagaimana kepentingan khusus yang kuat memanipulasi proses pembuatan kebijakan bagi keuntungan mereka, yang mengarah pada pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat dan meningkatnya ketimpangan. Lindsey dan Teles mengidentifikasi beberapa mekanisme utama yang menyebabkan hal ini terjadi.Regulasi-regulasi regresif merupakan aturan dan kebijakan yang secara tak proporsional menguntungkan orang kaya dan berkuasa, seringkali dengan mengorbankan masyarakat umum. Misalnya, celah pajak dan subsidi bagi industri tertentu dapat menyebabkan konsentrasi kekayaan di kalangan elit. Hal ini membuka arena dolanan yang tak seimbang, dimana orang kaya semakin kaya sementara mobilitas ekonomi bagi yang lainnya terhambat. Keadaan ini juga dapat menyebabkan alokasi sumber daya yang tak efisien, memperlambat pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.Subsidi-subsidi pengambilan risiko (subsidies for risk-taking), terutama terlihat di sektor keuangan, subsidi ini mendorong bank dan lembaga keuangan lainnya mengambil risiko yang berlebihan, mengetahui bahwa mereka akan diselamatkan jika terjadi kekeliruan. Hal ini dapat menyebabkan krisis keuangan, seperti yang terlihat pada krisis keuangan global tahun 2008. Biaya krisis ini acapkali ditanggung oleh pembayar pajak, sementara keuntungan dari usaha berisiko hanya dinikmati oleh elit keuangan.Undang-undang kekayaan intelektual dimaksudkan untuk melindungi inovasi, tetapi jika terlalu ketat, undang-undang tersebut dapat menghambat persaingan dan inovasi. Perusahaan besar dapat menggunakan paten dan hak cipta untuk mempertahankan kendali monopoli atas pasar. Hal ini membatasi pendatang baru dan inovasi, yang menyebabkan harga lebih tinggi dan lebih sedikit pilihan bagi konsumen. Ini memungkinkan pula perusahaan mapan mempertahankan dominasinya dan terus meraup untung besar.Persyaratan perizinan untuk profesi tertentu dapat terlalu ketat, sehingga memunculkan hambatan masuk bagi profesional baru. Kendati beberapa regulsi diperlukan bagi keselamatan publik, perizinan yang terlalu ketat dapat melindungi bisnis mapan dari persaingan. Hal ini mengurangi peluang berwirausaha dan bekerja, terutama bagi individu berpenghasilan rendah yang minim sumber daya memenuhi persyaratan ini. Keadaan ini juga menyebabkan biaya layanan yang lebih tinggi karena berkurangnya persaingan.Kebijakan semisal undang-undang zonasi dan pembatasan bangunan dapat membatasi pasokan perumahan, terutama di area yang diinginkan. Kontrol ini seringkali didorong oleh sentimen NIMBY (Not In My Backyard), dimana penduduk yang ada menentang pembangunan baru. Situasi ini menaikkan biaya perumahan, sehingga menyulitkan orang membeli rumah, terutama di daerah perkotaan. Pula, memperburuk ketimpangan, karena orang yang lebih kaya mampu tinggal di daerah ini sementara yang lain tak mampu.Mekanisme-mekanisme ini menggambarkan bagaimana regulatory capture dapat mendistorsi pasar dan hasil kebijakan agar menguntungkan pihak yang berkuasa, yang mengarah pada konsekuensi ekonomi dan sosial lebih luas.Daniel Carpenter, David Moss, dan kontributor lainnya mengusulkan beberapa strategi mengurangi regulatory capture. Mereka menawarkan beberapa strategi termasuk peningkatan transparansi, melibatkan pembuatan proses regulasi yang terbuka dan dapat diakses oleh publik. Hal ini dapat mencakup penerbitan notulen rapat, dasar pengambilan keputusan, dan data yang digunakan dalam keputusan regulasi. Strategi ini dapat memberikan manfaat jika transparansi membangun kepercayaan publik terhadap lembaga regulasi. Regulator cenderung bertindak demi kepentingan publik jika tindakan mereka tunduk pada pengawasan publik. Akan tetapi, membuat informasi regulasi yang kompleks dapat diakses dan dipahami oleh publik dapat menimbulkan lebih banyak tantangan.Badan pengawas independen dapat memantau badan pengawas untuk memastikan mereka tak dipengaruhi secara tidak semestinya oleh kepentingan khusus. Badan-badan ini dapat mengaudit keputusan, menyelidiki pengaduan, dan menegakkan kepatuhan. Strategi ini dapat memberikan beberapa manfaat, antara lain imparsialitas (pengawasan independen dapat memberikan pemeriksaan yang tidak bias terhadap tindakan pengawas) dan pencegahan (keberadaan pengawasan dapat mencegah regulator terlibat dalam praktik korupsi). Walau demikian, pengawasan yang efektif memerlukan pendanaan dan sumber daya yang memadai, dan memastikan independensi sejati badan pengawas dapat menjadi tantangan.Melibatkan publik dalam proses regulasi dapat mengimbangi pengaruh kepentingan khusus. Hal ini dapat dilakukan melalui dengar pendapat publik, periode komentar, dan konsultasi pemangku kepentingan. Partisipasi publik menghadirkan berbagai sudut pandang yang lebih luas dalam proses pengambilan keputusan. Keputusan yang melibatkan masukan publik cenderung dipandang absah. Tapi, mendorong partisipasi publik yang bermakna dapat menjadi hal yang sulit, terutama jika publik merasa masukan mereka takkan membuat perbedaan. Memastikan bahwa semua pemangku kepentingan yang relevan terwakili dapat menjadi tantangan.Membatasi masa jabatan pejabat regulator dan mendorong rotasi personel dapat mencegah regulator terlalu dekat dengan para industriawan yang mereka awasi. Rotasi membawa ide dan perspektif baru ke dalam badan regulator. Rotasi mengurangi kemungkinan regulator mengembangkan hubungan yang akrab dengan pelaku industri. Namun, rotasi yang sering dapat mengganggu kesinambungan dan memori kelembagaan. Akan sulit pula menemukan personel yang berkualifikasi, yang bersedia mengambil peran regulator jangka pendek.Menegakkan aturan konflik kepentingan yang ketat memastikan bahwa regulator tak punya kepentingan pribadi atau finansial yang dapat membahayakan keputusan mereka. Aturan yang jelas membantu menjaga integritas keputusan regulasi. Aturan tersebut meningkatkan kepercayaan publik terhadap proses regulasi. Kendati demikian, penegakan aturan konflik kepentingan yang efektif dapat menjadi tantangan. Memastikan pengungkapan potensi konflik secara menyeluruh dan jujur dapat menjadi hal yang sulit.Menggalakkan penelitian empiris yang ketat untuk mendiagnosis dan mengukur penangkapan regulasi, dapat menghasilkan reformasi yang lebih tepat dan efektif. Keputusan yang didasarkan pada data empiris cenderung lebih efektif. Penelitian dapat mengidentifikasi area tertentu tempat penawanan paling mungkin terjadi, sehingga memungkinkan intervensi yang ditargetkan. Namun bagaimanapun, memperoleh data yang andal bisa jadi sulit. Menerjemahkan temuan penelitian ke dalam reformasi regulasi praktis bisa jadi menantang.Jika strategi-strategi ini diterapkan secara efektif, dapat membantu membangun lingkungan regulasi yang lebih tahan terhadap penawanan dan lebih selaras dengan kepentingan publik.Dikala para pengusaha menjadi penguasa atau vice-versa seperti pintu putar, keadaan ini kerap menimbulkan konflik kepentingan dimana kebijakan dan regulasi dapat dirancang agar menguntungkan kepentingan bisnis penguasa daripada kepentingan publik. Pengusaha yang berkuasa (Pengpeng) dapat membuat atau mempengaruhi kebijakan yang menguntungkan bisnis atau industri mereka, yang mengarah ke ajang bermain yang tak seimbang dan menghambat persaingan. Badan pengatur akan kurang ketat dalam menegakkan hukum dan regulasi terhadap bisnis yang dimiliki oleh mereka yang berkuasa, yang menyebabkan kurangnya akuntabilitas. Sumber daya publik dapat dialokasikan dengan cara menguntungkan kepentingan bisnis penguasa, semisal memberikan kontrak atau subsidi yang memberi kemenangan bagi perusahaan mereka. Para Pengpeng dapat mempengaruhi legislasi agar membangun kondisi yang memaslahatkan bisnis mereka, semisal keringanan pajak, pengurangan beban regulasi, atau hak eksklusif.Benturan apa yang dihasilkan dari para pengusaha yang beralih menjadi penguasa ini? Impak dari para Pengpeng bisa sangat signifikan baik secara positif maupun negatif, tapi tampaknya, dampak negatifnya lebih menonjol. Di satu sisi, para pengusaha kerap membawa pola pikir berorientasi bisnis ke dalam tatakelola, dengan fokus pada pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, dan efisiensi. Misalnya, masa jabatan Thaksin Shinawatra di Thailand memperlihatkan pertumbuhan ekonomi dan pengurangan kemiskinan yang berarti. Pengalaman mereka di sektor swasta dapat menghasilkan pendekatan inovatif terhadap tatakelola dan administrasi publik. Sebastián Piñera di Chili menerapkan beberapa kebijakan yang ramah bisnis yang bertujuan meningkatkan inovasi dan kewirausahaan. Para pengusaha cenderung pragmatis dan berorientasi pada hasil, yang dapat menghasilkan pengambilan keputusan yang lebih efektif dan tepat waktu. Pendekatan ini dapat bermanfaat dalam mengatasi tantangan ekonomi dan administratif.Di sisi lain, dikala para pengusaha menjadi penguasa, kepentingan bisnisnya dapat berbenturan dengan tugas publik mereka. Hal ini dapat menghasilkan kebijakan yang menguntungkan bisnis atau industri mereka, seperti yang terlihat pada kasus Silvio Berlusconi di Italia, dimana kerajaan medianya menimbulkan kekhawatiran tentang bias media dan konflik kepentingan. Penawanan para regulator dapat menjadi lebih jelas ketika para penguasa berkepentingan bisnis yang menonjol. Hal ini dapat merusak efektivitas kerangka kerja regulasi dan mengikis kepercayaan publik. Beberapa penguasa-pengusaha mengadopsi praktik otoriter demi melindungi kepentingan bisnis mereka atau mengonsolidasikan kekuasaan. Thaksin Shinawatra menghadapi tuduhan merusak lembaga-lembaga demokrasi dan pelanggaran hak asasi manusia selama masa jabatannya. Perpaduan kekuatan bisnis dan politik dapat menyebabkan ketidakpercayaan publik terhadap lembaga-lembaga pemerintah. Hal ini dapat diperburuk jika ada persepsi korupsi atau favoritisme. Contohnya, Donald Trump, masa kepresidenannya ditandai dengan upaya deregulasi yang signifikan, pemotongan pajak, dan fokus pada peningkatan ekonomi. Namun, transaksi bisnisnya dan potensi konflik kepentingan merupakan sumber kontroversi yang konstan. Silvio Berlusconi, masa jabatannya sebagai Perdana Menteri ditandai dengan berbagai pertarungan hukum dan tuduhan menggunakan kekuatan politiknya demi melindungi kepentingan bisnisnya. Kontrolnya atas outlet media juga menimbulkan kekhawatiran tentang kebebasan pers dan demokrasi.Implikasi jangka panjang adanya Pengpeng bisa sangat mendalam. Para Pengpeng kerap sangat berfokus pada pertumbuhan ekonomi, inovasi, dan efisiensi. Ketajaman bisnis mereka dapat mengarah pada penerapan kebijakan yang mendorong kewirausahaan, menarik investasi, dan menciptakan lapangan kerja. Contohnya, masa jabatan Thaksin Shinawatra di Thailand menghasilkan pertumbuhan ekonomi dan pengurangan kemiskinan. Namun, kebijakannya akan secara tak proporsional lebih memihak pada bisnis besar atau industri tertentu, yang berpotensi mengabaikan bisnis kecil dan sektor lainnya. Hal ini dapat menyebabkan ketidakseimbangan ekonomi dan meningkatnya kesenjangan.Para Pengpeng dapat menerapkan pendekatan yang berorientasi pada hasil dan pragmatis terhadap tatakelola, yang berpotensi menghasilkan pengambilan keputusan yang lebih efektif dan tepat waktu. Sebastián Piñera di Chili menerapkan beberapa kebijakan yang berpihak pada bisnis yang bertujuan meningkatkan inovasi dan kewirausahaan. Penggabungan kekuatan bisnis dan politik dapat menyebabkan konflik kepentingan, penangkapan regulasi, dan ketidakpercayaan publik. Ketika kebijakan tampaknya lebih memihak pada kepentingan bisnis penguasa, hal itu dapat mengikis kepercayaan publik terhadap lembaga pemerintah.Pengpeng mungkin mendorong reformasi yang menyederhanakan birokrasi dan mengurangi korupsi, memanfaatkan pengalaman mereka di sektor swasta untuk meningkatkan efisiensi sektor publik. Di sisi lain, peran gandanya dapat merusak integritas kerangka regulasi. Misalnya, masa jabatan Silvio Berlusconi di Italia menimbulkan kekhawatiran tentang bias media dan konflik kepentingan karena kendalinya atas outlet media besar.Pengpeng dapat memprioritaskan pembangunan ekonomi, yang dapat mengarah pada peningkatan infrastruktur, pendidikan, dan perawatan kesehatan. Akan tetapi, fokus mereka pada pertumbuhan ekonomi akan mengorbankan pertimbangan sosial dan lingkungan. Kebijakannya lebih memprioritaskan kepentingan industri dan komersial ketimbang perlindungan lingkungan dan kesejahteraan sosial.Pengpeng dapat membawa perspektif baru ke dunia politik, menantang status quo, dan memperkenalkan solusi inovatif untuk masalah yang sudah lama ada. Namun ada risiko kecenderungan otoriter, dimana para penguasa dapat mengonsolidasikan kekuasaan melindungi kepentingan bisnis mereka. Hal ini dapat merusak lembaga dan proses demokrasi, semisal yang terlihat pada masa jabatan Thaksin Shinawatra di Thailand, yang menghadapi tuduhan merusak lembaga demokrasi dan pelanggaran hak asasi manusia.Jika dikelola dengan baik, pendekatan kewirausahaan dapat menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, peningkatan layanan publik, dan ekonomi yang lebih dinamis. Tapi, jika konflik kepentingan dan regulasi tak ditangani dengan baik, dapat menyebabkan masalah jangka panjang semisal korupsi, kesenjangan ekonomi, dan melemahnya lembaga demokrasi.Berikut ini, dua contoh historis dimana jalinan antara kekuatan bisnis dan politik telah menyebabkan kerusakan serius. Mobutu Sese Seko yang memerintah Zaire dari tahun 1965 hingga 1997, mengumpulkan kekayaan pribadi yang sangat besar melalui praktik korupsi, termasuk eksploitasi sumber daya alam negara tersebut. Rezimnya ditandai oleh korupsi ekstrem, salah urus ekonomi, dan pelanggaran hak asasi manusia. Infrastruktur dan ekonomi negara tersebut memburuk secara signifikan, yang menyebabkan kemiskinan dan ketidakstabilan yang meluas. Marcos, yang memerintah Filipina dari tahun 1965 hingga 1986, menggunakan kekuatan politiknya untuk memperkaya dirinya bareng konco-koncona. Rezimnya ditandai oleh korupsi dan kronisme yang meluas. Salah urus ekonomi dan korupsi menyebabkan kemerosotan ekonomi yang parah, meningkatnya kemiskinan, dan keresahan sosial. Pemerintahannya berakhir dengan pemberontakan rakyat, tetapi kerusakan jangka panjang pada lembaga dan ekonomi negara tersebut sangat dalam. Contoh-contoh ini menyoroti potensi bahaya dari regulatory capture dan perpaduan kekuatan bisnis dan politik. Semua ini menggarisbawahi pentingnya lembaga yang kuat, transparansi, dan akuntabilitas untuk mencegah kerusakan tersebut.Jadi, apa peran masyarakat sipil dalam mengidentifikasi dan menangani pola-pola regulatory capture? Contoh-contoh regulatory capture yang merugikan acapkali menunjukkan beberapa pola umum. Regulator atau pemimpin politik memiliki kepentingan finansial atau pribadi yang menonjol dalam industri yang mereka atur. Hal ini menyebabkan pengambilan keputusan yang bias, yang lebih mengutamakan kepentingan mereka sendiri daripada kepentingan publik. Misalnya, kerajaan media Silvio Berlusconi mempengaruhi keputusan politiknya, yang menimbulkan kekhawatiran tentang bias media dan konflik kepentingan.Badan regulator tak mampu menegakkan hukum dan peraturan secara ketat, seringkali karena tekanan dari pelaku industri yang kuat. Hal ini mengakibatkan kurangnya akuntabilitas dan dapat menyebabkan kerugian ekonomi dan sosial yang berarti. Kelonggaran SEC terhadap lembaga keuangan sebelum krisis keuangan 2008 adalah contoh penting.Kebijakan dan peraturan dibuat untuk menguntungkan industri atau perusahaan tertentu, kerapkali mereka yang punya hubungan dekat dengan para pemimpin politik. Hal ini membuka persaingan yang tak seimbang, menghambat persaingan, dan dapat menyebabkan ketidakseimbangan ekonomi. Kebijakan Thaksin Shinawatra di Thailand selalu menguntungkan bisnis telekomunikasinya.Perpaduan kekuatan bisnis dan politik mengikis kepercayaan publik terhadap lembaga pemerintah. Hal ini dapat menyebabkan ketidakstabilan politik, keresahan sosial, dan melemahnya proses demokrasi. Kepresidenan Donald Trump mengalami ketidakpercayaan publik yang signifikan karena adanya konflik kepentingan dan kurangnya transparansi.Fokus pada kepentingan pribadi atau bisnis menyebabkan kebijakan ekonomi yang buruk dan salah urus. Hal ini dapat mengakibatkan kemerosotan ekonomi, meningkatnya kemiskinan, dan kerusakan jangka panjang pada pembangunan negara. Rezim Mobutu Sese Seko di Zaire adalah contoh nyata bagaimana korupsi dan salah urus dapat menghancurkan ekonomi sebuah negara.Para pemimpin dapat mengadopsi praktik otoriter demi mengonsolidasikan kekuasaan dan melindungi kepentingan mereka. Hal ini melemahkan lembaga-lembaga demokrasi dan dapat menyebabkan pelanggaran hak asasi manusia. Pemerintahan Ferdinand Marcos di Filipina ditandai oleh otoritarianisme dan kerusakan parah pada pemerintahan yang demokratis.Proses pengambilan keputusan tidak transparan, dan hanya ada sedikit pengawasan atau akuntabilitas publik. Hal ini memungkinkan terjadinya kekuasaan yang tidak terkendali dan dapat menyebabkan korupsi yang meluas. Kurangnya transparansi dalam proses regulasi seringkali memperburuk efek dari regulatory capture.Masyarakat sipil memainkan peran penting dalam mengidentifikasi dan menangani pola-pola regulatory capture. Organisasi masyarakat sipil (OMS) dapat meningkatkan kesadaran tentang penangkapan regulasi dan dampaknya. Mereka mengadvokasi transparansi, akuntabilitas, dan reformasi guna mencegah regulatory capture. Dengan mendidik masyarakat dan pembuat kebijakan, OMS dapat membangun tekanan untuk perubahan dan mempromosikan kebijakan yang melayani kepentingan publik. OMS memantau lembaga-lembaga regulasi dan industri untuk mengidentifikasi contoh-contoh penangkapan regulasi. Mereka sering menerbitkan laporan dan melakukan investigasi untuk mengungkap konflik kepentingan dan korupsi.Masyarakat sipil mendorong dan memfasilitasi partisipasi publik dalam proses regulasi. Ini termasuk menyelenggarakan konsultasi publik, forum, dan kampanye mengumpulkan masukan dari berbagai pemangku kepentingan. Peningkatan partisipasi publik memastikan bahwa keputusan regulasi mencerminkan berbagai kepentingan yang lebih luas, sehingga mengurangi pengaruh pelaku industri yang kuat.OMS dapat mengambil tindakan hukum menentang keputusan regulasi yang dipengaruhi oleh regulatory capture. Ini termasuk mengajukan tuntutan hukum, mendukung whistleblower, dan mengadvokasi kerangka hukum yang lebih kuat. Gugatan hukum dapat membatalkan regulasi yang bias dan menetapkan preseden untuk tatakelola yang lebih transparan dan akuntabel.Masyarakat sipil berkontribusi pada pengembangan kebijakan dan regulasi dengan menyediakan keahlian, penelitian, dan rekomendasi. Mereka sering berkolaborasi dengan pemerintah dan organisasi internasional untuk merancang kerangka regulasi yang efektif. Dengan berpartisipasi dalam pengembangan kebijakan, OMS membantu menciptakan regulasi yang adil, transparan, dan sesuai dengan kepentingan publik.OMS agar sering membangun koalisi dengan organisasi lain, termasuk media, akademisi, dan gerakan akar rumput, untuk memperkuat dampaknya. Koalisi ini dapat memobilisasi dukungan yang lebih luas untuk reformasi dan menciptakan front persatuan melawan penangkapan regulasi.Masyarakat sipil berupaya memberdayakan masyarakat yang terdampak oleh penangkapan regulasi, memberi mereka perangkat dan pengetahuan untuk mengadvokasi hak-hak mereka. Masyarakat yang berdaya dapat secara lebih efektif menentang regulasi yang tak wajar dan menuntut akuntabilitas dari regulator dan industri.Trus, jika seorang pengusaha terpilih menduduki jabatan publik, semisal menteri atau presiden, apa saja pertimbangan penting terkait keterlibatan mereka dengan bisnisnya? Kita ngomongin dalam obrolan berikutnya, biidznillah."Kemudian nyanyian Seruni yang penuh perasaan menyampaikan emosi yang mendalam,Do we need somebody just to feel like we're alright?[Butuhkah kita seseorang semata agar kita merasa fine-fine aja?Is the only reason you're holding me tonight[Hanya itukah alasan dikau mendekapku malam ini'cause we're scared to be lonely? *)[lantaran kita takut kesepian?]
Kutipan & Rujukan:
- George J. Stigler, Citizen and the State: Essays on Regulation, 1975, University of Chicago Press
- Brink Lindsey & Steven Teles, The Captured Economy: How the Powerful Enrich Themselves, Slow Down Growth, and Increase Inequality, 2017, Oxford University Press
- Daniel Carpenter & David Moss (Eds.), Preventing Regulatory Capture: Special Interest Influence and How to Limit It, 2013, Cambridge University Press
*) "Scared to be Lonely" written by Giorgio Tuinfort, Nathaniel Campany, Kyle Shearer, and Georgia Ku