"Nala Gareng bertutur, 'Bayangin coba, orangtuamu memutuskan ngubah aturan rumah tangga agar dirimu bisa nyalonin diri sebagai birokrat. Kedengarannya gak waras, bukan? Nah, di Indonesia, bukan cuma gendeng; itu seperti nyari temen. Parlemen memutuskan menulis ulang undang-undang pemilu hanya buat putra bontot Presiden yang berusia 29 tahun. Soalnya, usia kaan cuma angka… kecuali itu memang mau dianggap serius.Anggota parlemen, dengan kearifan tak terbatasnya, berpikir, ‘Kenapa sih kudu repot-repot dengan pengalaman atau kualifikasi saat dirimu punya nama belakang terkenal?’ Mirip seperti omongan: ‘Jika engkau hendak membuat kesan pertama yang baik, mulailah dengan kesan nama belakang yang baik!’Tapi bentar, masih ada lagi! Mereka juga memutuskan ngutak-atik aturan sehingga siapa pun yang menentang rencana mereka bisa mencalonkan diri sebagai birokrat jika mereka lebih muda dari putra Presiden. Bicara tentang membalikkan keadaan! Seolah mereka ngomong, ‘Heh, jika dirimu menentang kami, engkau pastilah nyinyir, kami gak akan membiarkan dirimu mencalonkan diri sebagai birokrat jika dirimu lebih muda dari bocah kami!’Para pengunjuk rasa gak terima. Mereka turun ke jalan, meneriakkan slogan-slogan seperti ‘Keadilan Sekarang!’ dan ‘Tolak ego Nepotisme!’ Tapi polisi sudah siaga. Mereka menggunakan meriam air dan gas air mata, mengingatkan semua orang, siapa bosnya. Karena gak ada yang ngomong ‘demokrasi’ seperti gas air mata dan pengendalian massa lama ala Tiananmen.Dan kemudian, manakala keadaan tak bisa menjadi lebih absurd, polisi menangkap lebih dari 300 pengunjuk rasa. Sekarang, dirimu mungkin kepo, apa yang dilakukan para polisi itu.Nah, mari kita lihat. Pertama, mereka menangkap orang tanpa bukti yang tepat atau proses hukum. Seolah-olah mereka berkata, ‘Heh, kami cuma nangkepin siapa saja yang terlihat seperti sedang berunjuk rasa dan segera menghentikannya!’ Ini bukan cara yang tepat menangani demonstrasi damai.Kedua, mereka menggunakan kekuatan berlebihan. Meriam air dan gas air mata boleh-boleh saja membubarkan kerumunan, tapi memukuli dan menendang pengunjuk rasa? Itu gak keren bro. Seolah-olah mereka berkata, ‘Heh, kami bakalan nunjukin siapa bosnya… dengan nginjek-nginjek mereka!’Ketiga, mereka menargetkan para jurnalis dan penasehat hukum. Seolah-olah mereka berkata, ‘Heh, kami akan mengintimidasi siapa saja yang mencoba melaporkan kejahatan kami!’ Ini bukan cara yang tepat menangani kebebasan berbicara dalam demokrasi.Dan terakhir, mereka menangkap anak-anak dan pelajar di bawah umur. Mereka seakan berkata, ‘Heh, kami akan menangkap siapa saja yang terlihat muda dan seketika diciduk!’ Ini bukan cara yang tepat menangani protes damai.Kesimpulannya, jika dikau pernah menemukan dirimu dalam situasi dimana orangtuamu memutuskan mengubah aturan hanya karena dirimu bisa mencalonkan diri, ingat: semua hanya dagelan konyol ... atau bukan? Mungkin kita perlu tertawa dan berharap kelak punya pemerintahan yang bener-bener serius mengepankan negara dan rakyatnya.Tapi tunggu dulu, masih ada lagi. Ceritanya belum selese. Komisi Pemilihan Umum (KPU) juga mulai bergenit-ria dengan DPR. Tampaknya, mereka saling ngirim surat cinta—entah itu undangan main mata atau acara tunangan—namun publik bisa mencium aroma tak sedap dari jarak satu mil.Rasanya, sekaranglah momen yang tepat meruntuhkan kepongahan dan menegakkan keadilan sosial untuk semua. Saatnya memastikan bahwa setiap suara diperhitungkan dan didengarkan. Gak ada lagi nepotisme, gak ada lagi favoritisme—yang ada hanyalah fairness dan transparansi bagi semua.Dan juga, inilah momentum sempurna berdiri tegak di depan keadilan sosial, memastikan bahwa kekuasaan tidak merusak dan bahwa setiap orang, punya kesempatan yang sama, berpartisipasi dalam demokrasi,' pungkas Nala Gareng.""Kemajuan teknologi dan militer biasanya dilihat sebagai kekuatan negara, tapi juga dapat berkontribusi terhadap pelemahan negara tersebut dalam kondisi tertentu," kata Cattleya."Kemajuan teknologi dan militer merujuk pada kemajuan dan inovasi dalam teknologi dan kemampuan pertahanan yang dapat mempengaruhi berbagai aspek masyarakat, tatakelola, dan hubungan internasional. Perkembangan internet, telepon pintar, kecerdasan buatan (AI), dan analisis data besar telah merevolusi komunikasi, berbagi informasi, dan pemrosesan data. Kemajuan tersebut memungkinkan konektivitas, efisiensi, dan otomatisasi yang lebih baik, namun menimbulkan pula risiko terkait keamanan siber, privasi, dan kesenjangan digital. Bioteknologi seumpama rekayasa genetika, teknologi CRISPR, dan kemajuan dalam diagnostik dan perawatan medis, berpotensi mengubah perawatan kesehatan dengan memungkinkan pengobatan yang dipersonalisasi, perawatan yang lebih baik, dan pencegahan penyakit. Tapi, juga menimbulkan masalah etika dan dapat menyebabkan masalah semisal diskriminasi genetik.Panel surya, turbin angin, dan sistem penyimpanan energi bertujuan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan memerangi perubahan iklim. Semuanya berkontribusi pada keberlanjutan tetapi juga memerlukan investasi yang besar dan dapat mengganggu sektor energi tradisional. Otomatisasi seperti robot industri, kendaraan otonom, dan drone, meningkatkan efisiensi dan produktivitas dalam manufaktur dan industri lainnya. Namun, dapat pula menyebabkan perpindahan pekerjaan dan memerlukan manajemen transisi tenaga kerja yang cermat.Teknologi semisal amunisi berpemandu presisi, senjata nuklir, dan rudal hipersonik, selain meningkatkan kemampuan militer negara, meningkatkan akurasi dan jangkauan, tapi juga berkontribusi pada perlombaan senjata global dan meningkatkan potensi konflik yang menghancurkan. Perang siber, misalnya: serangan siber, spionase, dan pengawasan digital, melibatkan penggunaan alat penggangu digital, merusak, atau mendapatkan akses tidak terotorisasi ke sistem informasi. Ini dapat merusak keamanan nasional dan infrastruktur penting, menimbulkan ancaman signifikan bagi target militer dan sipil. Pengawasan yang digerakkan oleh AI, drone otonom, dan sistem pendukung keputusan, meningkatkan kemampuan militer dengan meningkatkan analisis data, ketepatan penargetan, dan efisiensi operasional. Namun, hal itu menimbulkan pertanyaan etika dan risiko potensial yang terkait dengan pengambilan keputusan otonom dalam peperangan. Teknologi luar angkasa semisal komunikasi Satelit, sistem pertahanan rudal berbasis luar angkasa, dan eksplorasi luar angkasa, memberikan keuntungan strategis bagi komunikasi, navigasi, dan pengintaian. Ini juga memperkenalkan domain baru terhadap konflik dan membutuhkan kerjasama dan regulasi internasional.Meskipun kemajuan teknologi dan militer dapat memberikan keuntungan yang signifikan, kemajuan tersebut juga menimbulkan risiko dan kerentanan baru. Misalnya, ketergantungan pada teknologi canggih dapat menyebabkan ancaman keamanan siber, dan kemajuan militer dapat memicu perlombaan senjata dan ketegangan global.Kemajuan teknologi dan militer dapat berimplikasi etika dan sosial mendalam. Isu-isu seperti privasi, pengawasan, dan penggunaan teknologi militer secara moral perlu dipertimbangkan secara saksama. Baik kemajuan teknologi maupun militer sering membutuhkan investasi finansial yang besar. Menyeimbangkan investasi ini dengan kebutuhan masyarakat lainnya, sangat penting guna menghindari ketidakseimbangan ekonomi dan potensi konsekuensi negatif.Secara keseluruhan, kemajuan teknologi dan militer mendorong kemajuan tetapi juga memerlukan manajemen dan regulasi yang cermat untuk mengurangi risiko dan tantangan terkait.Seiring dengan semakin bergantungnya negara pada teknologi canggih, negara tersebut juga menjadi lebih rentan terhadap serangan siber. Serangan siber yang berhasil pada infrastruktur penting, seperti jaringan listrik, sistem komunikasi, atau lembaga keuangan, dapat melumpuhkan sebuah negara. Sejalan dengan makin terintegrasinya teknologi canggih ke dalam infrastruktur penting negara, risiko serangan siber pun meningkat. Layanan penting semisal jaringan listrik, transportasi, dan sistem keuangan menjadi target peretas, yang dapat mengganggu seluruh negara. Pada tahun 2015, Ukraina mengalami pemadaman listrik besar-besaran akibat serangan siber pada jaringan listriknya. Serangan ini, yang dikaitkan dengan peretas Rusia, menyebabkan sekitar 230.000 orang kehilangan listrik. Peristiwa tersebut menyoroti bagaimana ketergantungan yang berlebihan pada teknologi dapat membuat infrastruktur negara terekspos pada kerentanan yang parah.Ketergantungan yang besar pada otomatisasi dan teknologi dapat menyebabkan penurunan keterampilan penting manusia. Jika teknologi tak berfungsi atau terganggu, tenaga kerja akan tak siap mengelola. Ketergantungan pada otomatisasi dan teknologi dapat menyebabkan hilangnya keterampilan penting dalam tenaga kerja. Jika teknologi macet, tenaga kerja tak siap menangani tugasnya secara manual, yang menyebabkan gangguan operasional. Dalam manufaktur, meluasnya penggunaan robotika dan sistem otomatis telah menyebabkan penurunan keterampilan tenaga kerja manual. Jika sistem otomatis pabrik terganggu oleh serangan siber atau kegagalan teknis, kurangnya pekerja terampil dalam melakukan tugas secara manual dapat menghentikan produksi sepenuhnya.Investasi besar-besaran dalam kemajuan militer dapat menguras sumber daya dari bidang-bidang penting lainnya semisal pendidikan, perawatan kesehatan, dan infrastruktur. Hal ini dapat menyebabkan ketidakseimbangan ekonomi dan pengabaian layanan publik penting. Uni Soviet selama Perang Dingin adalah contoh klasik. Fokus Uni Soviet pada pengeluaran militer untuk mengimbangi AS dalam perlombaan senjata membebani ekonominya. Pengabaian barang dan jasa konsumen berkontribusi pada stagnasi ekonomi, yang akhirnya berperan dalam runtuhnya Uni Soviet.Kemajuan teknologi militer kerap membutuhkan investasi finansial yang besar. Hal ini dapat menyebabkan utang nasional yang besar, terutama jika ekonomi tak dapat mempertahankan tingkat pengeluaran tersebut tanpa memangkas area penting lainnya. Amerika Serikat telah menghadapi kekhawatiran yang semakin besar atas utang nasionalnya, sebagian karena pengeluaran militer yang besar. Biaya mempertahankan teknologi militer yang canggih, ditambah dengan pengeluaran pemerintah lainnya, telah berkontribusi pada tingkat utang yang menurut beberapa ekonom dapat menimbulkan risiko jangka panjang bagi ekonomi AS.Kemajuan teknologi dapat menyebabkan kesenjangan yang makin lebar antara berbagai segmen masyarakat. Mereka yang tak berakses ke teknologi baru akan mengalami kerugian ekonomi, yang menyebabkan keresahan sosial. Di banyak negara berkembang, kesenjangan digital merupakan masalah yang signifikan. Daerah perkotaan dapat memperoleh manfaat dari kemajuan teknologi seperti internet berkecepatan tinggi dan infrastruktur cerdas, sementara daerah pedesaan tertinggal. Kesenjangan ini dapat menyebabkan peningkatan migrasi ke kota, ketegangan sosial, dan protes, seperti yang terlihat di negara-negara semisal India.Teknologi militer baru, semisal pesawat nirawak atau senjata otonom, memunculkan pertanyaan etika. Potensi penyalahgunaan atau kecelakaan dapat mengakibatkan hilangnya nyawa dan reaksi keras internasional. Penggunaan pesawat nirawak dalam operasi kontraterorisme oleh AS telah menjadi kontroversi. Kendati efektif dalam menghilangkan target, serangan pesawat nirawak juga mengakibatkan korban sipil. Hal ini telah memicu perdebatan mengenai etika penggunaan teknologi tersebut, dengan para kritikus berpendapat bahwa hal itu dapat menyebabkan pembunuhan di luar hukum dan melanggar hukum internasional.Tatkala sebuah negara mengembangkan teknologi militernya, negara lain akan merasa perlu melakukan hal yang sama, berujung pada perlombaan senjata. Hal ini dapat meningkatkan ketegangan global dan kemungkinan terjadinya konflik. Perang Dingin menunjukkan perlombaan senjata antara AS dan Uni Soviet, khususnya dalam hal senjata nuklir. Persaingan ini berujung pada ketegangan global yang membawa dunia mendekati perang nuklir selama peristiwa semisal Krisis Rudal Kuba. Perlombaan senjata tersebut membebani perekonomian kedua negara dan membuat dunia terus-menerus dilanda ketakutan.Negara yang secara agresif mengejar kemajuan militer dapat mengasingkan sekutunya dan memprovokasi musuhnya. Hal ini dapat menyebabkan isolasi diplomatik, yang mengurangi pengaruh negara tersebut di panggung global. Fokus Korea Utara pada pengembangan senjata nuklir telah menyebabkan isolasinya dari sebagian besar komunitas internasional. Meskipun berkemajuan militer, negara tersebut menghadapi sanksi ekonomi yang berat dan isolasi diplomatik, membatasi pengaruhnya secara global dan melemahkan ekonominya.Kompleks industri-militer yang kuat dapat berpengaruh besar terhadap kebijakan nasional, terkadang memprioritaskan kebutuhan militer di atas kesejahteraan publik. Hal ini dapat menyebabkan ketidakseimbangan dan ketidakpuasan publik. Di Amerika Serikat, kompleks industri-militer telah dikritik karena pengaruhnya terhadap kebijakan pemerintah. Hal ini populer diperingatkan oleh Presiden Dwight D. Eisenhower dalam pidato perpisahannya tahun 1961. Para kritikus berpendapat bahwa pengaruh ini telah menyebabkan pengeluaran dan intervensi militer yang tak perlu, mengalihkan sumber daya dari kebutuhan dalam negeri semisal perawatan kesehatan dan pendidikan.Dikala pemerintah memusatkan kekuasaan di tangan mereka yang mengendalikan teknologi militer canggih, dapat mengarah pada otoritarianisme. Hal ini dapat menghambat demokrasi dan menimbulkan konflik internal. Di Mesir, para pemimpin militer secara historis memainkan peran penting dalam pemerintahan. Kontrol militer atas teknologi dan sumber daya canggih, telah memungkinkannya mempertahankan kekuasaan, bahkan dengan mengorbankan proses demokrasi. Hal ini telah menyebabkan periode pemerintahan otoriter dan keresahan sosial, seperti yang terlihat setelah Arab Spring.Kemajuan teknologi dapat mengganggu industri yang sudah mapan, mengakibatkan hilangnya lapangan kerja dan ketidakstabilan ekonomi. Jika tenaga kerja tak dilatih ulang, dapat menimbulkan pengangguran jangka panjang dan masalah sosial. Meningkatnya otomatisasi dan AI dalam manufaktur, telah menyebabkan hilangnya lapangan kerja dalam industri tradisional semisal manufaktur otomotif. Di wilayah seperti Rust Belt di AS, telah menyebabkan kemerosotan ekonomi dan tantangan sosial, karena para pekerja sulit menemukan peluang kerja baru.Mengandalkan teknologi asing, terutama di sektor-sektor penting semisal pertahanan, dapat menjadi kerentanan strategis. Jika hubungan diplomatik memburuk atau rantai pasokan terganggu, keamanan dan ekonomi negara dapat terancam. Ketergantungan Eropa pada teknologi dan sumber daya energi Rusia telah menjadi perhatian penting, terutama selama konflik Ukraina. Ketergantungan pada gas Rusia telah membuat beberapa negara Eropa rentan terhadap gangguan pasokan dan tekanan politik, yang menyoroti risiko ketergantungan pada teknologi asing bagi kebutuhan penting.Menangani tantangan yang ditimbulkan oleh kemajuan teknologi dan militer memerlukan pendekatan multifaset yang menyeimbangkan inovasi dengan keamanan, etika, dan kesejahteraan masyarakat. Negara-negara hendaknya berinvestasi dalam membangun dan memelihara kerangka kerja keamanan siber yang kuat guna melindungi infrastruktur penting, sistem pemerintah, dan jaringan sektor swasta dari ancaman siber. Terapkan audit keamanan rutin dan pastikan bahwa sistem diperbarui secara konsisten agar terlindung dari ancaman yang muncul. Berikan edukasi kepada warga negara dan organisasi tentang praktik terbaik keamanan siber agar mengurangi kerentanan yang terkait dengan kesalahan manusia.Membuat dan menegakkan pedoman etika bagi pengembangan dan penggunaan teknologi canggih, terutama di bidang seperti AI, bioteknologi, dan senjata otonom. Menerapkan peraturan yang mengatur penerapan teknologi baru guna mencegah penyalahgunaan, melindungi privasi, dan memastikan keselamatan. Bekerjasama dengan badan internasional dalam mengembangkan dan mengadopsi standar global bagi penggunaan teknologi yang beretika, terutama dalam aplikasi militer.Fokus pada pelatihan ulang dan peningkatan keterampilan pekerja agar beradaptasi dengan perubahan yang disebabkan oleh otomatisasi dan kemajuan teknologi lainnya. Hal ini membantu mengurangi perpindahan pekerjaan dan memastikan tenaga kerja yang tangguh. Dorong inovasi tak semata di sektor pertahanan dan teknologi, melainkanpula di bidang perawatan kesehatan, pendidikan, dan energi terbarukan guna membangun ekonomi yang seimbang dan berkelanjutan. Pastikan bahwa pengeluaran militer diimbangi dengan investasi di bidang penting lainnya semisal perawatan kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur agar menghindari tekanan ekonomi.Berpartisipasi aktif dalam perjanjian pengendalian senjata internasional agar mencegah perlombaan senjata dan mengurangi risiko konflik militer. Bekerjasama dengan negara lain dalam mengatasi tantangan keamanan global, termasuk ancaman dunia maya dan militerisasi ruang angkasa. Menggunakan jalur diplomatik untuk mengurangi ketegangan dengan negara lain, terutama yang dapat menyebabkan konfrontasi militer.Berinvestasi dalam penelitian dan pengembangan (R&D) untuk mengurangi ketergantungan pada teknologi asing, terutama di bidang-bidang penting seperti keamanan siber, pertahanan, dan infrastruktur. Dorong kolaborasi antara pemerintah dan sektor swasta dalam menggerakkan inovasi dan memastikan bahwa kemajuan teknologi sejalan dengan kepentingan nasional. Kembangkan rantai pasokan yang tangguh dan aman bagi teknologi penting guna mengurangi kerentanan akibat gangguan global atau ketegangan geopolitik.Terapkan kebijakan untuk memastikan akses yang adil terhadap teknologi di seluruh lapisan masyarakat, mengurangi kesenjangan dan ketegangan sosial. Dorong keterlibatan dan dialog publik tentang dampak sosial kemajuan teknologi dan militer guna memastikan bahwa keputusan mencerminkan nilai dan perhatian masyarakat yang lebih luas. Lawan misinformasi dan promosikan pelaporan akurat dan bertanggungjawab tentang dampak kemajuan teknologi dan militer.Melaksanakan latihan perencanaan skenario untuk mengantisipasi dan mempersiapkan tantangan teknologi dan militer di masa mendatang, termasuk potensi serangan siber, gangguan ekonomi, atau bentuk peperangan baru. Mendanai penelitian tentang ancaman yang muncul, semisal perang siber, bioterorisme, dan risiko keamanan terkait iklim, mengembangkan strategi proaktif guna mitigasi. Menetapkan mekanisme respons cepat dan kerangka kerja manajemen krisis untuk menangani keadaan darurat yang timbul akibat kemacetan teknologi atau konflik militer.Berinvestasi dalam penelitian akademis dan lembaga pemikir kebijakan dalam mengeksplorasi dampak jangka panjang dari kemajuan teknologi dan militer serta mengembangkan strategi berbasis bukti untuk mengelolanya. Mengedepankan kepemimpinan yang memprioritaskan pertimbangan etika dalam pengembangan dan penerapan teknologi baru dan strategi militer.Yang terakhir disebutkan ini, teramatlah penting dan telah menjadi tuntutan di zaman kekinian dalam segala bidang. Kepemimpinan beretika merupakan praktik memimpin organisasi atau kelompok berdasarkan prinsip integritas, keadilan, dan tanggungjawab. Para pemimpin beretika memprioritaskan melakukan apa yang benar, meskipun itu mungkin bukan jalan yang termudah atau menguntungkan. Mereka mengambil keputusan yang mencerminkan nilai-nilai moral dan mempertimbangkan dampaknya terhadap seluruh pemangku kepentingan, termasuk karyawan, pelanggan, dan masyarakat luas. Dengan memberikan contoh etika yang kuat, para pemimpin ini menumbuhkan budaya kepercayaan, transparansi, dan akuntabilitas, yang dapat mengarah pada keberhasilan jangka panjang dan reputasi organisasi yang positif. Kepemimpinan beretika juga melibatkan dorongan kepada orang lain agar bertindak secara etis dan membangun lingkungan dimana perilaku beretika diakui dan diberi penghargaan.Negara yang terisolasi secara diplomatik akan kesulitan mempertahankan diri atau menjaga stabilitas ekonomi. Sanksi ekonomi atau politik yang berkepanjangan dapat melemahkan negara, yang berujung pada keruntuhan. Kita akan lanjutkan dengan perbincangan pendek tentang topik isolasi diplomatik. Biidznillah."Kemudian Cattleya membaca puisi,Dengan bijak, kita maju dalam teknologi dan kekuatan,Melindungi dunia dan menjaga kecerahan masa depan.Jadikan kemajuan melayani manusia dan bumi,Dalam harmoni, kita temukan nilai tertinggi.
Kutipan & Rujukan:
- Harry McCallion, A History of Modern Mercenary Warfare, 2023, Pen & Sword Military
- Paul J. Springer, Outsourcing War to Machines: The Military Robotics Revolution, 2018, Praeger
- Jonathan Parshall & Anthony Tully, The Shattered Sword: The Untold Story of the Battle of Midway, 2007, Potomac Books
- P.W. Singer, Wired for War: The Robotics Revolution and Conflict in the 21st Century, 2009, The Penguin Press
- John Lewis Gaddis, The Cold War: A New History, 2005, The Penguin Press