Sabtu, 17 Agustus 2024

Refleksi 17/8

"Hari Kemerdekaan Indonesia yang diperingati pada tanggal 17 Agustus merupakan refleksi dan perayaan mendalam bagi bangsa ini. Hari ini menandai hari di tahun 1945 ketika Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya dari penjajahan Belanda dan pendudukan Jepang, sebuah tonggak penting yang dicapai melalui keberanian dan tekad para pejuang kemerdekaan.

Hari Kemerdekaan Indonesia merupakan sebuah bentangan karpet yang terjalin oleh benang-benang kewiraan dan ironi. Pada tanggal 17 Agustus, kita merayakan hari dimana belenggu kolonialisme disingkirkan, dan diganti oleh rantai substil modernitas dan birokrasi.

Di negeri tempat kemerdekaan dimaklumatkan dengan pekik penuh semangat, Kita sekarang melewati kemacetan lalu lintas di bawah langit yang dipenuhi kabut asap. Para pahlawan masa lalu, dengan kemaruahan qalbu mereka, akan terpana oleh perjuangan kita yang baru dan lama.

Kala merenungkan hari kemerdekaan ini, penting mengakui kemajuan luar biasa yang telah dicapai Indonesia selama beberapa dekade. Dari mengusir kezaliman kolonial hingga membangun demokrasi yang dinamis, perjalanan ini penuh dengan tantangan dan kemenangan. Semangat 'Merdeka' berkemandang, yang melambangkan tak semata kemerdekaan politik, melainkan pula perjuangan tiada henti bagi keadilan sosial dan ekonomi.

Dari Belanda dan Jepang, kita telah break free, jauh sebelum didendangkan Freddie Mercury, lepas dari belenggu dengan semangat keagungan, tapi kini, kita bergulat dengan rumah jagal korupsi. Impian 'Merdeka' dengan kesucian dan kecemerlangan, kadang tertampak dalam perjuangan sehari-hari.

Bagaimanapun, saat kita merayakannya, penting pula mempertimbangkan bidang-bidang dimana bangsa ini terus berjuang bagi kemerdekaan sejati. Isu-isu semisal kemiskinan, kesenjangan, dan akses terhadap pendidikan tetap menjadi perhatian mendesak. Ucapan bijak presiden pertama Indonesia, Ir. Sukarno, mengingatkan kita bahwa perjuangan kemerdekaan masih berlangsung: 'Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri'.
Di era digital, petitih kearifan ini telah menjadi narasi meme yang diplesetkan: 'Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan anak-anak, menantu dan iparku.' Entah kepada siapa meme ini ditujukan?
Duhai, ironi keberlanjutan, di negara Kepulauan yang maha luas ini, dimana pergumulan masa lalu membahana, namun tantangan baru pun muncul. Mencerdaskan kehidupan bangsa itu, perintah mulia, tapi masih banyak yang mendambakan kemerdekaan berpeluang.

Hari Kemerdekaan Indonesia merupakan momen-momen mengenang masa lalu, merayakan masa kini, dan menatap masa depan dimana setiap warga negara dapat merasakan manfaat penuh dari kemerdekaan dan kesetaraan. Hari inilah hari keterpaduan sebagai satu bangsa, menegaskan kembali nilai-nilai persatuan, keberagaman, dan ketahanan yang mewujudkan keunikan Indonesia.

Maka, marilah kibarkan bendera kita setinggi-tingginya, dengan kemegahan merah putih, dan bersulang bagi masa depan yang seharusnya kita ingat selalu. Sebab kemerdekaan itu lebih dari sekadar datum di almanak, ia perjalanan estafet, tahap demi tahap. Rayakanlah dengan gelak-tawa, dengan mata tajam satire, karena dalam humor, kita temukan kekuatan untuk mempertanyakan.
Saat kita berkumpul di jalan, di rumah, dan di hati, kita mengingat pengorbanan yang telah mengambil perannya. Dari Sabang hingga Merauke, pulau-pulau menyatu, dalam paduan suara kemerdekaan, sungguh panorama yang indah. Anak-anak bermain, tawa mereka begitu jelas, menggemakan keceriaan bangsa yang disayanginya. Kompetisi kekuatan, kecerdasan, dan keanggunan, mencerminkan semangat negeri yang beragam ini.
Di malam hari, kembang api menerangi langit. Sebuah pengingat akan impian yang terus membubung. Setiap percikan yang muncul, sebuah harapan terlahir kembali, dalam qalbu orang Indonesia, dari senja hingga fajar.

Janganlah kita lupa, saat kita bersuka ria dan bersorak, perjalanan menuju kemerdekaan masih jauh dan dekat. Seiring tahun-tahun berlalu, semoga kita berusaha keras mencapai, sebuah negara dimana semua orang dapat memimpikan dan meyakininya.
Di pasar yang ramai dan desa-desa yang hening, gaung sejarah berbisik sepanjang masa. Dari sawah hingga pelebaran kota, semangat kemerdekaan menyatukan kita semua.
Para tetua menuturkan kisah perjuangan dan keperkasaan, tentang peperangan yang diperjuangkan dengan gagah berani, tentang siang yang berubah jadi malam. Kisah-kisah mereka mengingatkan kita akan harga yang dibayarkan, bagi kemerdekaan yang kita junjung tinggi, bagi kemajuan yang telah kita buat.

Namun, di tengah perayaan itu, janganlah pula kita lupakan janji-janji yang belum terpenuhi, tujuan-tujuan yang belum tercapai. Lantaran kemerdekaan bukan sekadar prestasi bersejarah, melainkan misi yang hidup dan terus berlanjut, tantangan yang harus dihadapi.
Di ruang-ruang kelas, para pemimpin masa depan diajarkan. Dengan pembelajaran tentang kemerdekaan, dengan perjuangan yang berat. Mata mereka penuh oleh utopia, hati mereka dengan keinginan, membangun bangsa yang takkan pernah lelah. Para seniman dan penyair, dengan kuas dan pena mereka, menangkap esensi kemerdekaan, berulangkali. Melalui karya-karya mereka, semangat 'Merdeka' bersinar, dalam rona dan untaian kata-kata, dalam irama dan syair.

Saat kita berdiri bersama, bergandengan tangan. Mari kita berjanji, melindungi tanah air tercinta ini. Dengan persatuan dan keberanian, dengan kearifan dan keanggunan. Mari kita bangun masa depan yang dapat diterima semua orang.
Indonesia, duhai Indonesia, dengan spiritmu yang tulus, semoga masa depanmu cerah, dan langitmu selalu biru. Merdeka!
Wallahu a'lam."

English