Rabu, 07 Agustus 2024

Ocehan Seruni (38)

"Batara Guru mengawali kisahnya dengan langgam yang unik, 'Jauh sebelum Djakarta menjelma jadi Kota Metropolitan yang ramai, sebelum Batavia berkembang jadi Jayakarta atau Jacatra, sebelum Tarumanegara dikenal dengan nama Sunda Kalapa, dan bahkan sebelum kebudayaan Buni bermukim di sepanjang Sungai Tarum, masyarakat yang datang ke sini telah punya tradisi mendongeng yang kaya.
Dahulu kala, kata mereka, di tengah hiruk pikuk kota ini, terdapat alam semesta paralel dengan tempat para politisi yang bukan cuma manusia biasa, melainkan wayang golek—bayang-bayang yang dihidupkan oleh hasrat berkuasa. Dan di jalanan kota yang ramai, imbuh mereka, Bagong tenar dengan duren legendarisnya. Kiosnya, 'Duren Sedap Bagong,' jadi buah bibir. Setiap hari, ia membanggakan durennya, mengklaim bahwa durennyalah yang terlezat di seluruh area.
'Ayo, ayo kakak! Cicipi raja buah, duren hebat plus plus! Manis seperti madu, lembut seperti mentega!" seru Bagong, menarik perhatian banyak pelanggan yang antusias.
Suatu sore yang cerah, sekelompok punggawa istana, yang terpikat oleh aroma menggoda dan propaganda Bagong yang rabung, memutuskan mencobanya. Mereka berbaris, lidah mereka berliur karena kepo. Namun, mereka gak tahu, Bagong punya rahasia. Ia takkan rela membiarkan stok durennya yang berharga disantap habis oleh para punggawa itu, dan dalam upaya putus asa mempertahankan usahanya, ia menggantinya dengan jengkol, kacang beraroma khas, rasanya pedas bikin melas.
Saat punggawa pertama menggigitnya, raut wajahnya tampak bingung. 'Ini... ini bukan duureeen!' rengeknya. Bagong, yang selalu berpikir cepat, tersenyum dan berkata, 'Mantap, selera loe emang yahud! Ini jenis duren istimewa, udah mateng. Rasanya khaas banget!'
Para pejabat istana, yang gak mau keliatan dogol, manggut-manggut dan memaksakan senyum, berusaha meyakinkan diri bahwa mereka sedang menikmati buah lezat langka. Kabar itu menyebar dengan cepat, dan seketika, semua orang membicarakan 'duren spesial' Bagong.
Hari berganti minggu, dan kios Bagong jadi lebih ngetop dari sebelumnya. Khalayak datang dari jauh demi merasakan 'duren kempuh' yang masyhur itu. Ada yang menyukainya, ada yang kelimpungan, setiap orang kaan, boleh dong punya pendapat.
Suatu hari, seorang kritikus makanan dari sebuah majalah daring ternama, memutuskan berkunjung. Ia mencicipinya, berhenti sejenak, trus, ketawa ngakak. 'Bagong, ini jengkol, bukan dureen!' Bagong, yang ketangkap basah, ngangkat bahu dan ngomong, 'Yaaah, masak loe gak ngarti siih, variasi itu, bumbu kehidupaan!'
Sang kritikus, yang terkesan oleh kemaruahan Bagong, menulis ulasan cemerlang, menyanjung kreativitas dan nyali sang saudagar kuliner. 'Di dunia dengan cita rasa yang dapat diprediksi, Bagong berani tampil beda, Akan tetapi, maukah para pelanggan menerimanya begitu saja? Para penggemar duren sejati tahu betul bagaimana nikmatnya rasa duren yang ranum. Mereka tentulah takkan mau membeli duren mainan apalagi pepesan kosong. Bisa jadi, duren adalah maut,' demikian bunyi ulasannya.
'Kalau sudah kelewat batas, kesabaran pun punya titik puncaknya,' pungkas Batara Guru mengakhiri kisahnya."
[Disclaimer: Cerita ini murni fiksi dan satire. Segala kemiripan dengan politisi dan pedagang duren beneran, baik yang terang maupun yang samar, cuma kebetulan]

“Aliansi dan kemitraan strategis merupakan landasan bagi kemampuan sebuah negara melakukan pengaruhnya di kancah internasional, sehingga negara tersebut tetap menjadi pemain yang kuat dan relevan di kancah global,” Seruni melanjutkan topik sebelumnya.
"Kendati 'strategic alliances (aliansi strategis)' dan 'strategic partnerships (kemitraan strategis)' sering digunakan secara bergantian, ada sedikit perbedaan di antara keduanya. Aliansi strategis merupakan perjanjian formal antara dua entitas atau lebih guna mengejar serangkaian tujuan yang disepakati seraya tetap menjadi organisasi yang independen. Aliansi strategis dapat bersifat luas dan mencakup berbagai bentuk kolaborasi, semisal joint venture (usaha patungan), equity alliances (aliansi ekuitas), dan non-equity alliances (aliansi non-ekuitas). Fokusnya adalah saling memanfaatkan kekuatan agar mencapai manfaat bersama. Aliansi ini dapat mengambil berbagai bentuk termasuk Usaha Patungan (dua pihak atau lebih membuat entitas baru untuk menjalankan proyek atau aktivitas bisnis tertentu), Aliansi Ekuitas (satu perusahaan membeli ekuitas di perusahaan lain dalam rangka memperkuat kemitraan mereka), Aliansi Non-ekuitas (kolaborasi berdasarkan kontrak daripada kepemilikan, semisal perjanjian lisensi, perjanjian pasokan, atau perjanjian distribusi), Kemitraan Penelitian dan Pengembangan (R&D) (perusahaan atau negara berkolaborasi dalam proyek penelitian untuk berinovasi dan mengembangkan teknologi atau produk baru), Aliansi Militer (negara-negara seoakat saling bekerjasama dalam pertahanan dan militer, semisal NATO).

Terma kemitraan strategis sering digunakan secara lebih luas lagi dan dapat merujuk pada kolaborasi jangka panjang antara organisasi atau negara. Istilah ini menekankan hubungan yang lebih dalam dan lebih terintegrasi dibandingkan dengan aliansi. Kemitraan strategis sering kali melibatkan sumber daya bersama, pengambilan keputusan bersama, dan tingkat komitmen yang lebih tinggi terhadap tujuan bersama. Intinya, meskipun kedua istilah tersebut melibatkan kolaborasi untuk keuntungan bersama, kemitraan strategis cenderung menyiratkan hubungan yang lebih dekat dan lebih terintegrasi daripada aliansi strategis.
Aliansi strategis dapat dipandang sebagai jenis kemitraan strategis, namun tak semua kemitraan strategis merupakan aliansi strategis. Aliansi strategis adalah jenis kemitraan tertentu yang melibatkan perjanjian formal antara entitas dalam berkolaborasi sambil tetap independen. Aliansi strategis seringkali berfokus pada pencapaian tujuan tertentu melalui upaya bersama, semisal usaha patungan atau aliansi ekuitas. Di sisi lain, kemitraan strategis mencakup berbagai kolaborasi yang lebih luas. Kemitraan strategis dapat mencakup aliansi strategis tetapi juga meluas ke bentuk lain dari hubungan jangka panjang yang terintegrasi, semisal inisiatif merek bersama, kemitraan teknologi, dan kolaborasi pemasaran.

Kemitraan strategis dapat mengambil berbagai bentuk, selain dari bentuk aliansi strategis yang telah disebutkan, masing-masing disesuaikan dengan tujuan dan kebutuhan tertentu. Co-branding initiatives (inisiatif merek bersama) akan terbentuk bila dua perusahaan bekerja sama menghasilkan produk atau layanan yang menampilkan kedua merek, memanfaatkan keberadaan pasar masing-masing. Salah satu yang dikenal dari inisiatif merek bersama yang sukses adalah kolaborasi antara Nike dan Apple. Mereka bekerja sama membuka lini produk Nike+, yang mengintegrasikan teknologi Apple dengan perlengkapan atletik Nike. Kemitraan ini menghasilkan produk semisal Nike+ iPod Sport Kit, yang memungkinkan para pelari melacak performanya menggunakan iPod dan kemudian iPhone. Kolaborasi ini memanfaatkan keahlian Nike dalam pakaian olahraga dan inovasi teknologi Apple, memberikan pengalaman yang lancar bagi penggemar kebugaran dan meningkatkan jangkauan pasar kedua merek.
Distribution or reseller partnerships (kemitraan distribusi atau pengecer) dimana perusahaan sepakat mendistribusikan atau menjual produk bersama, memperluas jangkauan pasar mereka. Salah satu contoh penting dari kemitraan distribusi adalah kolaborasi antara Microsoft dan Tech Data. Tech Data merupakan distributor global produk dan layanan teknologi, dan bermitra dengan Microsoft dalam mendistribusikan beragam produk Microsoft, termasuk perangkat lunak, perangkat keras, dan layanan cloud. Kemitraan ini memungkinkan Microsoft memanfaatkan jaringan distribusi Tech Data yang luas agar menjangkau pasar yang lebih luas dan memberikan layanan yang lebih baik kepada pelanggan akhir.
Technology partnerships (kemitraan teknologi) adalah perusahaan mengintegrasikan teknologi mereka menghasilkan produk dan layanan baru atau yang telah ditingkatkan. Contoh yang baik dari kemitraan teknologi ialah kolaborasi antara IBM dan Salesforce. Kedua raksasa teknologi ini bermitra mengintegrasikan platform kecerdasan buatan (AI) IBM, Watson, dengan layanan Salesforce’s customer relationship management (CRM). Integrasi ini memungkinkan bisnis memanfaatkan kemampuan AI Watson agar memperoleh wawasan lebih mendalam dari data pelanggan mereka, meningkatkan layanan pelanggan dan proses penjualan. Kemitraan ini menggabungkan kekuatan IBM dalam AI dan analisis data dengan keahlian Salesforce dalam CRM, yang menyediakan alat yang ampuh bagi bisnis meningkatkan interaksi pelanggan dan proses pengambilan keputusan mereka.
Marketing partnerships (kemitraan pemasaran) dimana bisnis berkolaborasi dalam kampanye pemasaran agar menjangkau khalayak yang lebih luas dan meningkatkan visibilitas merek. Contoh kemitraan pemasaran yang terkenal adalah kolaborasi antara Red Bull dan GoPro. Kedua merek ini bekerja sama membuat konten yang menarik dan memikat, yang menampilkan olahraga ekstrem dan aktivitas yang penuh petualangan. Red Bull, yang dikenal dengan minuman berenergi dan sponsor acara olahraga ekstrem, dan GoPro, yang ternama dengan kamera aksinya, menggabungkan kekuatan mereka menghasilkan video dan kampanye pemasaran yang mendebarkan. Kemitraan ini memungkinkan kedua merek menjangkau khalayak yang lebih luas dan meningkatkan citra merek mereka dengan mengaitkannya dengan gaya hidup penuh energi dan penuh petualangan.

Aliansi dan kemitraan strategis sangat penting bagi pengaruh internasional sebuah negara. Aliansi dapat bertindak sebagai pengganda kekuatan, meningkatkan kemampuan militer negara melalui latihan bersama, berbagi intelijen, dan akses timbal-balik ke pangkalan. Kekuatan kolektif ini dapat menghalangi musuh potensial dan memastikan postur pertahanan yang lebih kuat. Kemitraan kerap mengarah pada peningkatan perdagangan, investasi, dan penelitian serta pengembangan kolaboratif. Hubungan ekonomi ini dapat meningkatkan ekonomi sebuah negara, membuatnya lebih tangguh dan berpengaruh di panggung global. Aliansi membantu negara-negara menyelaraskan strategi dan kebijakan politik mereka, membangun front persatuan dalam isu-isu internasional. Persatuan ini dapat memperkuat suara sebuah negara di forum dan negosiasi internasional, menjadikannya pemain kunci dalam membentuk norma dan kebijakan global. Melalui aliansi, negara-negara dapat memperoleh akses ke wilayah-wilayah strategis yang penting bagi keamanan dan kepentingan ekonomi mereka. Jangkauan geografis ini dapat meningkatkan kemampuan sebuah negara memproyeksikan kekuatan dan pengaruh secara global. Aliansi dan kemitraan menumbuhkan perdamaian dan keamanan dengan mempromosikan norma-norma internasional dan prinsip-prinsip tatakelola yang baik. Stabilitas ini penting bagi pengaruh dan kemakmuran jangka panjang sebuah negara. Aliansi dan kemitraan strategis merupakan dasar bagi kemampuan negara memberikan pengaruh secara internasional, memastikan negara tersebut tetap menjadi pemain yang kuat dan relevan di panggung global.
Trans-Pacific Partnership (TPP) merupakan perjanjian perdagangan yang melibatkan 12 negara di kawasan Asia-Pasifik, termasuk Amerika Serikat, Jepang, Kanada, dan Australia. TPP bertujuan meningkatkan perdagangan dan investasi di antara negara-negara anggota, mendorong inovasi, pertumbuhan ekonomi, dan pembangunan, serta mendukung penciptaan dan retensi lapangan kerja. Dengan mengurangi tarif dan membina hubungan ekonomi yang lebih erat, TPP berupaya membuka kawasan ekonomi yang lebih terintegrasi dan kompetitif. Meskipun Amerika Serikat kemudian menarik diri dari perjanjian tersebut, negara-negara yang tersisa terus mengejar tujuan yang sama melalui Comprehensive and Progressive Agreement for Trans-Pacific Partnership (CPTPP). Contoh ini mengilustrasikan bagaimana aliansi dan kemitraan strategis dapat berdampak signifikan terhadap kebijakan ekonomi makro dan dinamika perdagangan internasional.

Aliansi perdagangan (trade alliances) adalah perjanjian antara dua negara atau lebih untuk memfasilitasi perdagangan dan kerjasama ekonomi. Aliansi ini bertujuan mengurangi atau menghilangkan hambatan perdagangan semisal tarif, kuota, dan pembatasan impor/ekspor, sehingga memudahkan negara-negara anggota saling memperdagangkan barang dan jasanya. Perjanjian Perdagangan Bebas (Free Trade Agreements, FTAs) merupakan salah satu aspek utama aliansi perdagangan. Perjanjian antara negara-negara ini, bertujuan mengurangi atau menghilangkan tarif dan hambatan perdagangan lainnya atas barang dan jasa. Contohnya termasuk North American Free Trade Agreement (NAFTA) dan Uni Eropa (UE). Serikat Pabean (Customs Unions) adalah aspek lain dimana negara-negara anggota sepakat membebaskan tarif di antara mereka dan mengadopsi tarif eksternal bersama atas impor dari negara-negara non-anggota. Contohnya Southern African Customs Union (SACU). Pasar Bersama (Common Markets) adalah aspek berikutnya, ia melampaui serikat pabean dengan memungkinkan pergerakan bebas barang, jasa, modal, dan tenaga kerja di antara negara-negara anggota. Uni Eropa (UE) adalah contoh pasar bersama.
Serikat Ekonomi (Economic Unions) juga merupakan salah satu aspek penting. Ia melibatkan integrasi yang lebih dalam, termasuk menyelaraskan kebijakan dan peraturan ekonomi di antara negara-negara anggota. Uni Eropa, dengan mata uang tunggalnya (Euro) dan kebijakan ekonomi yang terkoordinasi, merupakan contoh dari serikat ekonomi.
Aspek lainnya adalah Perjanjian Bilateral dan Multilateral (Bilateral and Multilateral Agreements). Perjanjian bilateral melibatkan dua negara, sedangkan perjanjian multilateral melibatkan banyak negara. Contohnya termasuk Progressive Agreement for Trans-Pacific Partnership (CPTPP) dan African Continental Free Trade Area (AfCFTA).
Aliansi perdagangan bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, meningkatkan daya saing, dan membina hubungan ekonomi yang lebih erat di antara negara-negara anggota. Aliansi perdagangan dapat berdampak signifikan terhadap pola perdagangan global dan pembangunan ekonomi.

Beberapa faktor secara berarti mempengaruhi aliansi dan kemitraan strategis sebuah negara. Kepemimpinan yang efektif dan visioner dapat membentuk kebijakan luar negeri dan prioritas strategis negara. Pemimpin yang memprioritaskan kerjasama dan diplomasi internasional cenderung membentuk aliansi dan kemitraan yang menguntungkan. Kepemimpinan yang kuat juga dapat meningkatkan reputasi dan kredibilitas sebuah negara di panggung global.
Negara-negara yang kaya akan sumber daya alam, semisal minyak, gas, mineral, atau produk pertanian, kerap menarik kemitraan strategis. Sumber daya ini dapat menjadi penting bagi ekonomi negara lain, yang mengarah pada aliansi berdasarkan kepentingan ekonomi bersama. Misalnya, negara-negara kaya energi sering membentuk aliansi dengan negara-negara pengimpor energi.
Populasi yang besar dan terampil dapat menjadi aset membentuk kemitraan strategis. Negara-negara dengan modal manusia yang berari, dapat menarik aliansi yang berfokus pada perdagangan, teknologi, dan pendidikan. Selain itu, pasar konsumen yang besar dapat menjadikan negara sebagai mitra yang menarik bagi perjanjian ekonomi dan perdagangan.
Lokasi geopolitik memainkan peran penting dalam aliansi strategis. Negara-negara yang terletak di wilayah yang secara strategis penting, semisal rute perdagangan utama atau wilayah yang rawan konflik, acapkali membentuk aliansi guna meningkatkan keamanan dan stabilitas. Misalnya, negara-negara di Timur Tengah atau di sepanjang Laut Cina Selatan secara strategis penting bagi perdagangan dan keamanan global.
Perekonomian yang kuat dan stabil menjadikan sebuah negara mitra yang menarik. Kekuatan ekonomi dapat memberikan pengaruh dalam negosiasi dan memungkinkan negara menawarkan bantuan keuangan atau teknologi kepada sekutunya.
Militer yang kuat dapat meningkatkan nilai strategis sebuah negara, menjadikannya sekutu yang diinginkan bagi kemitraan pertahanan dan keamanan. Kekuatan militer juga dapat memberikan pencegahan terhadap potensi ancaman.
Negara-negara dengan sistem politik yang stabil lebih mungkin membentuk dan mempertahankan aliansi jangka panjang. Ketidakstabilan politik dapat menghalangi mitra potensial karena risiko yang terkait dengan tatakelola yang tak dapat diprediksi.
Ikatan budaya, sejarah, atau bahasa yang sama, dapat memfasilitasi aliansi. Kesamaan ini dapat menumbuhkan kepercayaan dan saling pengertian, menjadikan kolaborasi lebih lancar.
Negara-negara yang menjadi pemimpin dalam teknologi dan inovasi dapat menarik kemitraan yang berfokus pada penelitian, pengembangan, dan pertukaran teknologi. Kecakapan teknologi juga dapat meningkatkan kepentingan strategis sebuah negara.
Hubungan diplomatik sebuah negara yang ada dan reputasinya di komunitas internasional dapat mempengaruhi kemampuannya membentuk aliansi baru. Hubungan diplomatik yang positif dapat membuka jalan bagi kemitraan baru. Kemampuan negara mempengaruhi pihak lain melalui daya tarik budaya, nilai-nilai, dan diplomasi (soft power) dapat meningkatkan daya tariknya sebagai mitra. Negara-negara dengan pengaruh global yang signifikan dapat membentuk norma dan kebijakan internasional.
Kepentingan strategis bersama atau ancaman bersama dapat mendorong negara-negara membentuk aliansi. Misalnya, negara-negara yang menghadapi tantangan keamanan serupa dapat berkolaborasi meningkatkan pertahanan kolektif mereka.
Faktor-faktor ini, memainkan peran penting dalam membentuk aliansi dan kemitraan strategis negara, yang mempengaruhi posisi dan pengaruhnya di panggung global. Kepemimpinan nasional sering dianggap sebagai salah satu faktor utama yang mempengaruhi aliansi dan kemitraan strategis sebuah negara. Pemimpin yang efektif dapat mengartikulasikan visi dan strategi yang jelas bagi kebijakan luar negeri negaranya, mengidentifikasi area utama bagi kolaborasi dan mitra potensial. Kepemimpinan yang kuat melibatkan diplomasi yang terampil, yang penting dalam bernegosiasi dan mempertahankan aliansi. Pemimpin membuat keputusan penting yang dapat membentuk arah dan keberhasilan aliansi, termasuk kemitraan ekonomi, militer, dan politik. Di masa krisis, kepemimpinan yang kuat dapat menavigasi tantangan dan menjaga stabilitas aliansi. Walau kepemimpinan sangat utama, faktor-faktor lain seperti kekuatan ekonomi, lokasi geopolitik, dan kemampuan militer juga memainkan peran penting.

Beberapa negara dikenal sangat terbuka dan efektif dalam membentuk aliansi dan kemitraan strategis. AS memiliki sejarah panjang dalam membentuk aliansi strategis di berbagai sektor, termasuk pertahanan, teknologi, dan perdagangan. Ekonominya yang kuat dan pengaruh globalnya, menjadikannya mitra utama bagi banyak negara.
Sebagai ekonomi terkemuka di Eropa, Jerman dikenal karena basis industrinya yang kuat dan kemajuan teknologinya. Negara ini sering membentuk kemitraan strategis di sektor-sektor seperti otomotif, teknik, dan energi terbarukan.
Teknologi canggih Jepang dan sektor manufaktur yang kuat menjadikannya mitra yang berharga. Negara ini memiliki banyak aliansi strategis, khususnya di bidang teknologi, otomotif, dan elektronik.
Dikenal karena lingkungannya yang ramah bisnis dan lokasinya yang strategis di Asia Tenggara, Singapura merupakan pusat perdagangan dan keuangan internasional. Negara ini sering membentuk kemitraan di bidang keuangan, logistik, dan teknologi.
Dengan ekonominya yang stabil dan hubungan perdagangan yang kuat, Kanada merupakan mitra yang dapat diandalkan untuk aliansi strategis, khususnya di bidang sumber daya alam, teknologi, dan perawatan kesehatan.
Negara-negara ini dikenal karena keterbukaannya terhadap kolaborasi dan telah menetapkan kerangka kerja yang memfasilitasi kemitraan strategis.

T.K. Das menawarkan beberapa wawasan utama tentang dinamika kemitraan strategis. Ia menekankan pentingnya memilih mitra dengan cermat yang tujuan, budaya, dan sumber dayanya saling selaras. Keselarasan ini sangat penting bagi keberhasilan aliansi. Struktur tatakelola dan mekanisme kontrol yang efektif sangat penting dalam mengelola kompleksitas aliansi strategis. Belajar dari mitra merupakan manfaat penting dari aliansi strategis. Membangun dan memelihara kepercayaan antara mitra digarisbawahi sebagai faktor penting. Kepercayaan mengurangi biaya transaksi dan menumbuhkan lingkungan kerjasama yang sangat penting bagi keberhasilan jangka panjang.

Membentuk aliansi dan kemitraan strategis dapat menjadi tantangan dengan negara-negara tertentu karena berbagai faktor semisal ketidakstabilan politik, kebijakan ekonomi, atau ketegangan geopolitik.
Karena sikapnya yang terisolasi, kontrol pemerintah yang ketat, dan sanksi internasional yang sedang berlangsung, membentuk aliansi strategis dengan Korea Utara sangatlah sulit.
Ketegangan geopolitik, khususnya dengan negara-negara Barat, dan sanksi ekonomi membuat sulit membangun kemitraan strategis dengan Iran.
Konflik geopolitik dan sanksi yang dijatuhkan oleh negara-negara Barat telah mempersulit banyak negara membentuk aliansi dengan Rusia.
Ketidakstabilan politik, krisis ekonomi, dan hubungan yang tegang dengan banyak negara Barat menghambat pembentukan kemitraan strategis dengan Venezuela.
Konflik sipil yang sedang berlangsung dan ketidakstabilan politik membuat sulit membentuk aliansi strategis dengan Suriah.
Negara-negara ini menghadapi hambatan berarti yang mempersulit pembentukan kemitraan yang stabil dan saling menguntungkan. Jika sebuah negara tak mampu membentuk aliansi dan kemitraan strategis, negara tersebut dapat menghadapi beberapa konsekuensi yang serius. Tanpa kemitraan perdagangan, sebuah negara akan kesulitan mengakses pasar internasional, yang menyebabkan berkurangnya pertumbuhan ekonomi dan terbatasnya akses ke barang dan jasa. Aliansi strategis sering mencakup perjanjian pertahanan dan keamanan. Tanpa hal ini, sebuah negara akan lebih rentan terhadap ancaman eksternal dan kurang mampu menanggapi konflik regional.
Kemitraan acapkali memfasilitasi pertukaran teknologi dan inovasi. Kurangnya aliansi dapat mengakibatkan kemajuan teknologi yang lebih lambat dan berkurangnya daya saing. Negara-negara tanpa aliansi yang kuat, akan mendapati dirinya terisolasi secara diplomatik, sehingga mengurangi pengaruh mereka dalam organisasi dan negosiasi internasional.
Kemitraan strategis dapat mendatangkan investasi dan keahlian asing, yang sangat penting bagi proyek infrastruktur dan pembangunan. Tanpa hal tersebut, pembangunan kemungkinan akan lebih lambat dan kurang efektif. Aliansi membantu membangun pertukaran budaya dan pendidikan, yang meningkatkan citra dan pengaruh global sebuah negara. Tanpa hal tersebut, negara akan kesulitan memproyeksikan soft powernya.

Mark Brigman menawarkan beberapa saran penting untuk mengembangkan dan mengelola kemitraan strategis yang sukses. Kepercayaan merupakan dasar dari setiap kemitraan yang sukses. Brigman menekankan pentingnya membangun dan menjaga kepercayaan melalui transparansi, keandalan, dan komunikasi yang konsisten. Kepercayaan mendorong komunikasi yang terbuka dan jujur ​​di antara mitra. Ketika mitra saling percaya, mereka cenderung berbagi informasi penting, wawasan, dan umpan balik yang penting bagi kolaborasi dan pemecahan masalah. Kepercayaan membantu mengurangi konflik dan kesalahpahaman. Ketika mitra saling percaya, mereka cenderung tak ragu memberi manfaat dan bekerja menyelesaikan masalah secara damai. Kepercayaan menumbuhkan rasa komitmen dan kesetiaan di antara mitra. Manakala kepercayaan hadir, mitra cenderung tetap berkomitmen pada kemitraan dan bekerja mencapai tujuan bersama. Kepercayaan memungkinkan mitra untuk mengambil risiko yang diperhitungkan bersama-sama. Ketika mitra saling percaya, mereka lebih bersedia menginvestasikan sumber daya dan mengeksplorasi peluang baru, mengetahui bahwa mitra mereka akan bertindak dengan itikad baik. Kepercayaan sangat penting dalam membangun hubungan jangka panjang. Kemitraan yang didasarkan pada kepercayaan, cenderung lebih mampu menghadapi tantangan dan beradaptasi dengan keadaan yang berubah, yang mengarah pada keberhasilan yang berkesinambungan.

Kita akan menyelami lebih dalam unsur-unsur yang membentuk pengaruh global. Biidznillah."
Dan saat kita menjelajahi benang-benang yang menjalin pengaruh global, Seruni membujuk kita dengan melodi kata-kata,

Dalam persatuan, kita temukan kekuatan kita,
Di seberang lautan, meluas ikatan kita.
Bersama-sama, membangun dan menumbuhkan kita
Dalam kemitraan, masa depan menyatukan kita.
Kutipan & Rujukan:
- Brian Tjemkes, Pepijn Vos & Koen Burgers, Strategic Alliance Management, 2023, Routledge
- T.K. Das, Managing the Partners in Strategic Alliances, 2021, Information Age Publishing Inc.
- Mark Brigman, Partnernomics: The Art, Science, and Processes of Developing Successful Strategic Partnerships, 2017, CreateSpace Independent Publishing Platform
- Ard-Pieter de Man, Alliances: An Executive Guide to Designing Successful Strategic Partnerships, 2014, Wiley