Senin, 28 Juli 2025

Ballada Pangeran Kodok

Di sebuah kerajaan rawa yang penuh dengan gema suara sendiri, hiduplah seekor Kodok Tambun yang percaya bahwa dirinya bukan kodok biasa. Ia yakin, saat kecil dulu ia adalah seekor Kancil cerdas yang tercebur ke kolam perenungan dan bereinkarnasi menjadi makhluk berlendir dan suka mengembik di podium.

Setiap pagi, Pangeran Kodok berdiri di atas daun teratai, berkaca pada air, dan berkata,
"Aku ini bukan kodok. Akulah kancil yang kelak menjadi gajah!"

Penduduk rawa awalnya menganggap itu sebagai bentuk percaya diri yang manis. Tapi lama-lama mereka mulai khawatir, karena sang Pangeran mulai menggagas proyek megalomaniak bernama:
“Transformasi Amfibi Menjadi Gajah”
(yang disingkat menjadi TAMeGa, dan dicetak di spanduk seluruh rawa).

Namun, seekor Kura-Kura tua berkata,
"Menjadi gajah gak cukup cuma mimpi, wahai Pangeran. Dikau butuh jejak, tapi bukan cuma jejak digital."

Tersinggung dengan nasihat penuh makna itu, Pangeran Kodok mengumpulkan tim bayaran: segerombolan Ikan Cupang, Burung Jalak hafal satu skrip, dan beberapa Lintah Darat yang rela bersaksi asal diberi kuah lumpur segar.

Ia berkata,
"Kalian harus umumkan ke seluruh negeri, bahwa aku sarjana sejati, ijazahku asli, bahkan lebih orisinil dari ijazah para bangau di luar negeri!"

Para cupang menggonggong (sebisa mereka), burung jalak meniru suara profesor kampus, dan para lintah sibuk mencap stempel di kertas daur ulang yang diakui sebagai ijazah. Media rawa mulai heboh:

Pangeran Kodok Terbukti Punya Ijazah Asli, Kata Saksi Bayaran
Ahli Lumpuran Nyatakan Cap Jempol Kodok Identik dengan Dokumen Asli
Transformasi Kodok ke Gajah dalam Proses! Tunggu Sidang Daun Teratai

Namun, rakyat mulai bertanya:
"Kenapa ijazahnya disimpan di dalam gua?"
"Kenapa hanya boleh dilihat di hari bulan purnama, dengan kacamata khusus?"
"Dan kenapa setiap pertanyaan dibalas dengan suara kodok yang... ngerok?"

Sementara itu, seekor semut jurnalis dari Koloni Selatan menemukan kenyataan pahit: ijazah itu ternyata fotokopian yang dilewati oleh Capung Fotonya Raja Ular. Tapi sebelum semut itu sempat bersuara, ia ‘dipindah’ ke hutan yang sinyalnya gak pernah kembali.

Hari pengangkatan pun tiba. Pangeran Kodok berdiri di atas podium lumpur, mengenakan toga dari daun pisang dan kalung bunga plastik. Ia berkoar:
"Kini aku bukan hanya Pangeran, tapi Sarjana Kancil-Gajah, dan kelak, Raja Rawa Nusantara Raya!"

Seluruh rawa bersorak, atau pura-pura bersorak demi sekarung serangga kering.

Namun di kejauhan, seekor gajah bijak menghela napas:
"Biarin aja ia ngerok sesukanya. Belantara ini bakal melihatnya. Belantara ini bakal mengingatnya."

Tapi siapa peduli nasihat sang gajah? Di era ini, yang penting viral, bayar, dan palsu yang terkonfirmasi.

Konon, Pangeran Kodok kini sedang melatih suaranya agar bisa menirukan derap kaki gajah. Ada rakyat yang mulai menabuh genderang perubahan, tapi banyak juga yang tetep mingkem... karena takut gak kebagian subsidi.

[English]